🌬️ 13 : Kekesalan Gavin

491 62 0
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

SETELAH puas membeli semua keperluannya, Sheyla lantas menyuruh Gavin untuk berbelanja juga. Walau lelaki itu sempat menolak dengan alasan ingin cepat-cepat pulang, tapi Sheyla sama sekali tidak menghiraukannya.

Dia malah menarik tangan Gavin masuk ke toko pakaian pria dan mulai memilih-milih pakaian yang cocok untuk lelaki itu. Setelah mendapat satu set pakaian yang sekiranya pas, Sheyla lantas menyuruh Gavin untuk mencobanya.

Namun, sama seperti sebelumnya. Gavin menolak dan bilang kalau dia pasti akan cocok memakai apa pun tanpa harus mencobanya lebih dulu.

Sayangnya, Sheyla yang keras kepala dan tidak menerima penolakan terus memaksa, membuat Gavin yang tidak ingin berdebat akhirnya mengalah.

"Sekarang coba yang ini," ujar Sheyla seraya menyodorkan satu set pakaian lainnya.

Gavin menyilangkan tangannya di dada. "Aku tidak mau, sudah langsung beli saja."

"Kau harus mencobanya dulu. Kalau tidak cocok bagaimana?"

"Tidak masalah, aku tetap akan memakainya."

"Ck, sudah sana coba dulu!" bentak Sheyla seraya mendorong lelaki itu untuk masuk ke kamar ganti.

Jujur saja Gavin sudah lelah, ini adalah yang kelima kalinya dia harus mengganti pakaian. Meskipun berulang kali dia menolak tapi Sheyla sama sekali tidak mendengarkan.

Bahkan walau ekspresi Gavin sudah kesal dan tidak senang, Sheyla tetap memaksa. Alhasil, untuk kesekian kalinya Gavin kembali mengalah dan berharap semua akan segera berakhir.

Tak berapa lama Gavin keluar dari kamar ganti dengan pakaian tadi Sheyla pilihkan. Melihat ekspresi wajah masam lelaki itu, dengan susah payah Sheyla menahan diri untuk tidak tertawa.

"Sepertinya cocok," kata Sheyla seraya mengamati penampilan lelaki di depannya dari atas hingga bawah. "Sekarang coba yang ini."

"Sheyla!"

"Apa?" tanya gadis itu pura-pura polos.

"Aku tidak mau, beli saja semua pakaian yang menurutmu bagus!"

"Kau yakin?"

"Ya, tentu saja!"

"Baiklah, kita beli semuanya," balas Sheyla yang akhirnya menuruti keinginan Gavin.

Namun, kalau boleh jujur Sheyla sebenarnya masih ingin menguji kesabaran lelaki itu, tapi daripada nantinya Gavin benar-benar marah, Sheyla terpaksa menurut.

°°°°

Setelah berjam-jam berada di mal, dengan semua kekesalan yang Gavin rasakan, akhirnya setelah mereka makan siang, dia dan Sheyla pergi dari tempat itu.

Jika sebelumnya Sheyla dan Gavin berangkat menggunakan bus, lain halnya saat mereka hendak pulang. Pastinya akan sangat merepotkan jika mereka harus naik bus dengan menenteng banyak belanjaan. Karena itu Sheyla memutuskan untuk naik taksi dan di sinilah mereka.

Sheyla menyandarkan punggungnya seraya menghela napas lega. Rasanya sungguh nyaman saat merasakan jok mobil yang empuk. Dia lalu menatap Gavin yang duduk di sebelahnya.

"Aku benar-benar lelah, bagaimana denganmu?" tanya Sheyla saat taksi mulai melaju.

"Ya, aku juga."

"Tapi ini pengalaman yang bagus bukan?"

"Sebenarnya tidak."

"Ck, ayolah, kapan lagi kau bisa datang ke mal, kan?"

Gavin menghela napasnya. "Entahlah, Sheyla. Aku masih kesal padamu."

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang