🌬️ 49 : Marah tapi rindu

388 43 1
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

TAK terasa hampir empat bulan sudah Gavin meninggalkan Sheyla. Selama itu pula Sheyla sudah berhenti mengharapkan Gavin kembali. Bagaimana tidak? Lelaki itu sama sekali tidak memberi kabar, dia seakan hilang ditelan bumi.

Sebenarnya masih ada sedikit rasa percaya di hati Sheyla jika Gavin akan kembali padanya. Namun, dia tidak ingin berekspektasi tinggi. Pulang atau tidak, Sheyla sudah pasrah.

Henry juga mengutarakan kekecewaannya, dia merasa ditipu oleh lelaki itu. Seandainya Gavin kembali, Henry bersumpah tidak akan memaafkannya.

Namun, di balik semua itu ada hal yang membuat Sheyla begitu senang. Dia berhasil menamatkan ceritanya dan seminggu yang lalu, dia bersama Adrien pergi ke tempat penerbitan buku. Di mana teman Adrien yang merupakan seorang editor bekerja di sana.

Setelah membaca sekilas cerita yang Sheyla buat dan setelah mendengar penjelasan gadis itu, teman Adrien yang bernama Robby tampaknya tertarik.

Namun, dia belum memberi kepastian kapan bisa menggarap naskah Sheyla, mengingat ada banyak naskah lain yang harus dia kerjakan juga.

Sheyla sama sekali tidak keberatan, mendengar Robby tertarik dengan ceritanya saja dia sudah sangat senang.

°°°°

"Padahal aku mau lihat kembang apinya," gumam Adrien seraya mengusap tengkuknya.

"Aku tidak menyuruhmu ikut pulang, Adrien," balas Sheyla sambil merapatkan mantelnya saat angin malam kembali berhembus.

Malam ini adalah malam tahun baru dan biasanya orang-orang akan berkumpul bersama keluarga, teman, pacar, atau yang lainnya untuk merayakan pergantian tahun.

Awalnya Sheyla berniat untuk pulang, tapi setelah dia tahu keluarga besarnya akan berkumpul di rumah Henry, dengan berbagai alasan dia menolak untuk pulang ke rumah.

Sheyla yakin seandainya dia pulang, dirinya akan menjadi topik utama di antara keluarganya dan Sheyla tidak mau mempermalukan apalagi sampai menambah beban pikirannya hanya karena ucapan mereka.

Karena itu saat Adrien mengajak Sheyla untuk makan malam di luar, tanpa pikir panjang gadis itu langsung mengiyakan. Namun, sebelum jam dua belas malam tiba, Sheyla meminta untuk pulang.

Padahal tepat tengah malam nanti akan ada pesta kembang api di pusat kota dekat sungai besar. Adrien sangat ingin melihatnya, tapi rasanya tidak akan seru bila dia menonton seorang diri. Alhasil, dengan terpaksa dia ikut pulang bersama Sheyla.

"Ya, tapi rasanya akan membosankan kalau aku menonton sendirian," balas Adrien.

Mendadak Sheyla menghentikan langkahnya lalu ditatapnya Adrien. "Maafkan aku, Adrien. Bukannya aku tidak mau menemanimu, tapi entah kenapa aku sangat ingin pulang."

Adrien mengembuskan napasnya. "Baiklah, aku tidak menyalahkanmu. Kita masih bisa melihatnya tahun depan, kan?"

Sheyla mengangguk, tapi tak bisa dipungkiri ada rasa menyesal di hatinya. "Terima kasih dan ... maaf."

Adrien tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Lalu dia menggenggam tangan Sheyla. "Ayo, aku akan mengantarmu pulang."

°°°°

Langkah Sheyla dan Adrien terhenti saat tiba di depan gedung apartemen. Meskipun hari sudah cukup larut, tapi bisa mereka rasakan jika suasana malam ini cukup ramai karena banyak kendaraan dan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka.

"Terima kasih sudah mengantarku," ujar Sheyla.

"Bukan masalah," balas Adrien. "Kalau kau mau, aku juga bisa menemanimu di apartemen dan merayakan tahun baru. Kita bisa —"

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang