☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️
UNTUK kesekian kalinya Gavin melirik keluar jendela, tepatnya ke arah langit berwarna abu-abu kehitaman. Sebuah pertanda jika langit akan segera mengguyur bumi. Padahal tadi siang matahari bersinar terik, tapi entah kenapa cuaca mendadak berubah drastis.
Namun, bukan hujan yang akan turun yang membuat Gavin khawatir. Dia justru mengkhawatirkan Sheyla. Bagaimana tidak? Jarum jam sudah menunjukkan pukul lima sore lebih, tapi tidak ada tanda-tanda jika gadis itu akan segera pulang.
"Cepatlah pulang, Sheyla," gumam Gavin seraya menatap jam yang tertempel di dinding.
Dia benar-benar takut Sheyla akan terjebak hujan dan pulang terlambat. Seandainya ketakutannya terjadi, itu artinya Sheyla dan Adrien akan menghabiskan waktu berdua lebih lama lagi dan Gavin tentu tidak ingin hal itu terjadi.
Bahkan hati Gavin terasa panas saat membayangkan keduanya sedang berbincang sambil tertawa-tawa. Lalu saking asyiknya, Sheyla akan melupakan dirinya yang berada di rumah. Gavin berdecak sebal, dia benar-benar benci dengan pikirannya sendiri.
Perlahan rintik-rintik hujan mulai berjatuhan dari langit, membuat hati Gavin semakin gelisah. Haruskah dia pergi mencari Sheyla? Tapi Gavin tidak tahu di mana gadis itu saat ini.
Sebenarnya dia bisa saja berteleportasi. Dia hanya perlu berkonsentrasi agar bisa berpindah ke tempat di manapun gadis itu berada sekarang.
Namun, risikonya terlalu besar jika Sheyla berada di keramaian. Tentu kemunculannya yang tiba-tiba bisa membuat kehebohan dan menimbulkan masalah besar.
"Baiklah, aku akan mencarinya dengan berjalan kaki saja," ujar Gavin yang akhirnya mengambil keputusan.
°°°°
Sheyla dan Adrien berpisah ketika mereka sudah turun dari bus. Awalnya Adrien ingin mengantar Sheyla sampai rumah, tapi jelas gadis itu menolaknya.
Dengan dalih takut hujan akan segera turun dan Adrien tidak bisa pulang, lagi-lagi lelaki itu hanya bisa mengalah. Padahal bukan itu alasan Sheyla melarang Adrien mengantarnya pulang.
Jujur saja Sheyla benci terus berbohong seperti ini. Namun, dia tidak punya pilihan lain, karena tidak mungkin juga dia mengatakan yang sebenarnya pada Adrien.
Sheyla berjalan menuju rumahnya dengan ditemani langit mendung yang kini sudah menurunkan rintik-rintik hujan. Sebisa mungkin dia mempercepat jalannya sembari memeluk tubuhnya sendiri.
Bagaimana tidak? Saat ini angin dingin dengan leluasa menyentuh kulitnya. Sekarang barulah Sheyla menyesali keputusannya memakai gaun. Bahkan dia sampai bersumpah tidak akan mengenakan baju itu lagi.
Tanpa diduga rintik hujan kini turun semakin deras. Bahkan samar-samar Sheyla mendengar suara gemuruh dari kejauhan.
Di saat itulah Sheyla memutuskan untuk berlari sampai apartemen, tapi celakanya awan justru menurunkan hujan lebih deras lagi dan dalam sekejap tubuh Sheyla langsung basah kuyup.
Padahal apartemennya sudah tidak jauh lagi, tapi sayangnya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Parahnya tidak ada tempat untuk berteduh di dekat Sheyla.
Sambil terus berlari kecil melawan derasnya hujan, Sheyla sangat berharap Gavin datang dan menjemputnya sambil membawa payung. Meskipun dia tahu hal itu sangatlah mustahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAN IN THE SKY [END]
FantasyMulanya kehidupan Sheyla Azzura berjalan selayaknya orang normal. Dia juga berusaha menjalani hari-harinya dengan baik. Namun, kehidupan normalnya seketika berubah saat semesta mempertemukannya dengan seorang lelaki aneh yang mengatakan dirinya adal...