🌬️ 10 : Kegagalan yang menyakitkan

537 70 0
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

WALAU Gavin baru datang ke bumi beberapa kali dan hanya datang lalu pergi lagi, tapi dia sudah cukup banyak mengetahui apa saja yang sering dilakukan oleh manusia bumi. Tentunya hal itu tidak lepas dari campur tangan Edgar.

Salah satu hal yang Gavin ketahui adalah tentang manusia bumi yang suka menonton televisi dan itulah yang sedang dia lakukan saat ini.

Sayangnya, dia tidak bisa berkonsentrasi penuh dengan apa yang ditonton saat hati dan pikirannya terus dilanda rasa bersalah.

Bagaimana tidak? Sejak kejadian tadi siang, Sheyla sama sekali tidak berbicara padanya. Saat ditanya pun gadis itu hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan.

Padahal sebelumnya Sheyla selalu cerewet, selalu marah dan membentaknya. Bahkan di saat mereka berada di meja makan dan duduk saling berhadap-hadapan, Sheyla sama sekali enggan menatapnya. Apa mungkin apa yang dia lakukan benar-benar sudah kelewatan?

"Haruskah aku minta maaf padanya?" tanya Gavin pada dirinya sendiri.

Jujur saja Gavin merasa tidak nyaman berada dalam situasi seperti ini. Walaupun dia dan Sheyla baru bertemu, tapi mengingat keduanya kini tinggal bersama rasanya tidak baik jika mereka saling mendiamkan satu sama lain.

"Aaaaaaa!"

"Sheyla!" teriak Gavin yang dibuat khawatir saat Sheyla tiba-tiba berteriak.

Dia lantas berlari menuju pintu kamar gadis itu, tapi saat hendak membukanya pintu kamar Sheyla terkunci.

"Sheyla, apa kau baik-baik saja?" tanya Gavin seraya mengetuk pintu.

Namun, bukannya jawaban yang dia dapat, dia malah mendengar suara benda terjatuh. Dia juga mendengar suara teriakan lagi disertai suara isak tangis.

Karena penasaran dan khawatir, tanpa pikir panjang Gavin segera membuat dirinya menghilang dan dalam sekejap, dia sudah berada di dalam kamar gadis itu.

Bisa Gavin lihat jika Sheyla sedang duduk di kursi seraya melipat tangannya di meja dengan kepala menelengkup di sana. Dia juga melihat beberapa buku tergeletak di samping meja. Sepertinya buku-buku itulah yang tadi terjatuh.

Entahlah apa yang terjadi, tapi punggung Sheyla tampak bergetar dan sepertinya dia sedang menangis. Perlahan, didekatinya gadis itu.

"Sheyla, kau baik-baik saja?" tanya Gavin seraya menyentuh pundak Sheyla.

Sheyla seketika berbalik dan matanya yang merah serta basah tampak terbelalak, terkejut akan kehadiran Gavin. Tiba-tiba saja Sheyla berdiri, menatap Gavin dengan tajam lalu mendorong dada lelaki itu.

"Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Sheyla tapi sesaat kemudian dia mengerti. "Ah, kau menggunakan kekuatanmu lagi, kan?"

"Pintu kamarmu terkunci dan aku tidak punya pilih—"

"Memangnya kenapa kalau pintu kamarku terkunci? Apa kau berharap aku tidak menguncinya? Sehingga kau bisa keluar masuk ke kamarku dengan mudah?!"

Kening Gavin berkerut dan mulutnya sedikit terbuka. Dia tentu tidak mengerti dengan sikap Sheyla saat ini.

Kenapa juga dia harus mempermasalahkan dirinya yang menggunakan kekuatan? Padahal yang paling penting adalah apa yang terjadi padanya.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanya Gavin berusaha untuk tetap tenang.

"Apa pedulimu? Kau bukan siapa-siapa, jadi tidak usah ikut campur urusanku!"

"Apa ini ada hubungannya dengan apa yang aku lakukan tadi siang? Kau masih marah padaku?"

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang