🌬️ 34 : Gavin & Keluarga Sheyla

381 61 2
                                    

☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️

SETELAH hampir dua jam lebih berkutat di dapur untuk memasak berbagai jenis makanan kesukaan Sheyla, akhirnya semua sudah siap dihidangkan sekarang. Tentu Elina tidak memasak sendirian, dia juga mendapat sedikit bantuan dari Sheyla dan juga Sheryl.

Awalnya Sheyla kebingungan dari mana Ibunya mendapat semua bahan makanan yang dia perlukan, karena di rumahnya bahan-bahan makanan tidak begitu lengkap dan ternyata dalam perjalanan ke sini, Elina sempat mampir ke toko untuk membeli semuanya.

"Makanlah yang banyak, Sheyla. Ibu lihat di lemarimu kebanyakan cuma mie instan saja," ujar Elina saat mereka semua sudah berkumpul di meja makan.

Sheyla hanya tersenyum simpul mendengar perkataan Ibunya karena pada kenyataannya memang begitu. Dia lebih suka memakan sesuatu yang praktis dan bisa langsung mengenyangkan dan mie instanlah solusinya.

"Jangan terlalu banyak makan mie, tidak baik untuk kesehatanmu," ujar Henry yang untuk pertama kalinya berbicara pada Sheyla.

Meskipun pria itu tidak menatapnya, tapi Sheyla cukup senang karena Ayahnya ternyata masih peduli.

"Baiklah," balas gadis itu sembari tersenyum.

Selama beberapa saat mereka tidak lagi saling berbicara. Semuanya sibuk menyantap makanan lezat buatan Elina. Bahkan Sheyla saja sampai menyantap makanannya dengan lahap.

Bagaimana tidak? Setelah dia mengeluarkan semua isi perutnya tadi pagi, dia baru mengisi perutnya lagi dengan sepotong roti dan buah apel saja. Lalu tadi dia juga memaksakan diri untuk berlari, membuat tenaganya terkuras habis.

"Kak Gavin," panggil Sheryl yang langsung memecah keheningan.

Sheyla dan Gavin yang duduk bersebrangan tampak saling melirik sekilas. Rasanya cukup aneh di telinga Sheyla saat Gavin disebut kakak, sedangkan lelaki itu segera menatap Sheryl yang duduk di samping Sheyla.

"Ya?" tanya Gavin.

Sheryl mengulum bibirnya lalu tersenyum malu-malu. "Kakak punya adik laki-laki tidak?"

Sepertinya Sheyla tahu ke mana arah pembicaraan ini. "Memangnya di kampusmu tidak ada lelaki tampan apa?" tanya Sheyla tanpa menatap adiknya.

"Bukan begitu!" jawab Sheryl sedikit membentak. "Tapi kalau Kak Gavin punya adik laki-laki yang seumuran denganku, boleh, kan, aku berkenalan dengannya?"

Gavin tersenyum simpul lalu menjawab, "Sayangnya aku tidak punya adik. Aku anak tunggal."

"Yaahh." Sheryl tentu kecewa. "Bagaimana kalau teman? Pasti punya, kan?"

"Ya, aku punya."

"Bisakah Kakak memperkenalkanku dengannya?" Sheryl kembali bertanya dengan mata berbinar-binar penuh harap.

"Sudahlah, Sheryl, kau sudah cukup banyak kenalan lelaki." Elina tiba-tiba berbicara.

"Mereka, kan, cuma teman. Aku ingin mencari pacar, Ibu."

"Fokus saja pada kuliahmu dulu. Jangan terlalu sibuk mencari pacar." Henry ikut berbicara membuat Sheryl langsung menundukkan kepalanya. "Seharusnya Kakakmu yang fokus memikirkan itu."

THE MAN IN THE SKY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang