☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️
SETELAH membukakan pintu dan melihat siapa yang datang, Sheyla lantas kembali menghampiri Gavin dengan diikuti seorang lelaki di belakangnya.
Awalnya dia sama sekali tidak mengenal lelaki itu, tapi saat dia menyebutkan namanya, barulah Sheyla tahu siapa dia karena baru saja Gavin membahasnya.
"Edgar?" ujar Gavin yang langsung bangkit berdiri. Kentara sekali keterkejutan di raut wajahnya.
"Halo Gavin, lama tidak berjumpa," sapa Edgar sambil tersenyum.
Gavin tidak membalas, dia hanya menatap Edgar dengan ekspresi datar. Dia yakin kedatangan lelaki itu pasti bukan tanpa alasan dan dia berani menjamin kakek Roland pasti yang menyuruhnya.
"Aku sudah berkenalan dengan gadis cantik ini," kata Edgar sambil mengerling Sheyla.
Sheyla tersenyum simpul. "Duduklah dulu, aku akan buatkan minuman."
"Tidak perlu repot-repot, Sheyla. Aku hanya sebentar."
"Apa yang kau lakukan di sini, Edgar?" tanya Gavin ketus.
Sebelah alis Edgar terangkat, terutama saat mendengar nada tidak suka dalam pertanyaan Gavin. "Sebelumnya aku ucapkan selamat ulang tahun untukmu. Untuk hadiahnya? Sejujurnya aku belum menyi—"
"Terima kasih, tapi aku akan lebih senang kalau kau menjawab pertanyaanku dulu," tukas Gavin.
Edgar berdecak. "Seharusnya yang datang ke sini, hari ini, adalah kakek Roland, tapi sangat disayangkan dia sedang ada pekerjaan. Jadi, aku ke sini untuk menggantikannya dan tentunya untuk menjemputmu juga."
Hati Sheyla mencelus. Lalu ditatapnya Gavin yang sama sekali tidak menatapnya. Dia tentu sangat berharap kalau Gavin tidak akan pergi.
Di dalam hati Gavin terus merutuki dirinya sendiri. Bagaimana tidak? Dia benar-benar lupa kalau dulu kakek Roland pernah bilang akan datang tepat di hari ulang tahunnya.
"Kenapa kau malah diam? Ayo, kita pergi sekarang," ujar Edgar.
"Haruskah?"
"Tentu saja, karena hari ini kakek Roland akan ..." Edgar melotot saat dia hampir saja membocorkan sesuatu yang seharusnya tidak boleh Gavin ketahui sekarang.
Sadar kalau Gavin tengah menatapnya intens, Edgar langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia juga berusaha untuk tidak memikirkan apa pun.
Dia tentu tahu jika Gavin sedang berusaha menyabotase pikirannya dan dia tidak akan membiarkan hal itu. Apalagi kalau sampai membocorkan rencana kakek Roland yang hari ini akan menemui keluarga Ol ... mata Edgar terbelalak, lalu ditatapnya Gavin yang sedang menyeringai.
"Baiklah, aku bersiap dulu," ujar Gavin.
Edgar mendengkus seraya menatap tajam lelaki itu. Mentang-mentang Gavin menguasai beberapa kekuatan yang tak semua orang kuasai, termasuk dirinya, Gavin jadi sering menyabotase pikiran orang lain sembarangan.
Sesaat sebelum berjalan ke kamarnya, Gavin melirik Sheyla dan memberi isyarat agar dia mengikutinya. Bukannya menurut, Sheyla malah memutar bola matanya kesal.
Dia tentu tidak menyangka Gavin akan mengiyakan ajakan Edgar. Padahal dia sangat berharap kalau Gavin akan menolak.
"Rumah yang bagus." Edgar tiba-tiba berkata. "Boleh aku duduk?"
"Oh, ya, silahkan," balas Sheyla.
"Terima kasih." Edgar tersenyum lalu dia duduk di sofa.
Sheyla hanya tersenyum. "Eum ... sebaiknya aku membantu Gavin bersiap."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAN IN THE SKY [END]
FantasyMulanya kehidupan Sheyla Azzura berjalan selayaknya orang normal. Dia juga berusaha menjalani hari-harinya dengan baik. Namun, kehidupan normalnya seketika berubah saat semesta mempertemukannya dengan seorang lelaki aneh yang mengatakan dirinya adal...