☁️ SELAMAT MEMBACA ☁️
"HARI ini kita akan ke rumah temanku, namanya Ainsley. Beberapa bulan lalu dia baru berpisah dengan pasangannya, tapi dia sangat berharap bisa cepat-cepat menemukan pasangan baru lagi," ujar Sheyla memberi tahu.
Entahlah Gavin mendengarkan atau tidak, karena sedari tadi dia terus diam sambil berjalan di belakang Sheyla. Namun, jika dilihat dari raut wajahnya, Gavin seperti sedang memikirkan sesuatu.
Tidak, dia tidak sedang memikirkan siapa yang akan dia temui saat ini atau apakah pertemuannya akan berakhir seperti sebelumnya atau tidak, tapi Gavin sedang memikirkan kejadian semalam.
Jujur saja Gavin tidak tahu apa yang terjadi padanya saat malam itu. Dia juga tidak berani membayangkan bagaimana reaksi Sheyla seandainya gadis itu tahu kalau dia hampir saja menciumnya.
Semalam saja Gavin sampai rela tidur di sofa, karena selain tidak ingin membangunkan Sheyla yang baru tertidur, Gavin juga tidak berani memindahkan gadis itu ke kamarnya. Bahkan dia saja tidak berani dekat-dekat dengan Sheyla karena takut kehilangan kendali lagi.
"Kali ini aku jamin dia berbeda dengan Clarissa. Bahkan Ainsley bilang padaku kalau dia tidak punya tipe lelaki khusus, dia hanya menginginkan lelaki yang penyayang dan bertanggung jawab," imbuh Sheyla.
Gavin masih diam dan tidak memberi tanggapan apa pun. Sepertinya dia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Aku tidak tahu apa kau lelaki seperti itu atau tidak, tapi selama aku tinggal bersamamu, aku yakin kau bukan lelaki jahat," ujar Sheyla. "Aku benar, kan?"
Jangankan membalas, Gavin sepertinya tidak mendengar satu pun kata yang Sheyla ucapkan. Alhasil, Sheyla yang merasa heran pun lantas membalikkan tubuhnya.
Dug!
"Aww!" pekik Sheyla saat keningnya menabrak dada Gavin.
Di saat itulah, Gavin yang sejak tadi larut dalam pikirannya, akhirnya tersadar.
"Ada apa?" tanyanya.
Sheyla mendengkus seraya mengusap-usap keningnya. Dia juga memberi Gavin tatapan tajam.
"Harusnya aku yang bertanya. Ada apa denganmu? Kenapa kau diam terus? Apa kau berjalan sambil melamun?!" tanya gadis itu kesal.
"Apa? Te-tentu saja tidak. Aku tidak melamun."
"Terus kenapa dari tadi kau diam saja?!"
"Hah? Eum ... a-aku hanya ... hanya sedang ... ti-tidak enak badan. Ya, aku merasa tidak enak badan. Itu saja," dusta Gavin.
Sheyla menurunkan tangannya dari kening. "Benarkah? Apa kau sakit?"
"Y-ya, sedikit."
Sheyla lantas menyentuh kening Gavin, membuat lelaki itu seketika menahan napasnya. Parahnya jantung Gavin pun kembali berulah dan kalau saja dia tidak langsung menyingkirkan tangan Sheyla, tak bisa dia bayangkan apa yang akan terjadi padanya.
"Kau tidak demam, tapi wajahmu sedikit pucat. Apa kau mau ke dokter?" tanya Sheyla yang mendadak khawatir kalau Gavin benar-benar sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MAN IN THE SKY [END]
FantasíaMulanya kehidupan Sheyla Azzura berjalan selayaknya orang normal. Dia juga berusaha menjalani hari-harinya dengan baik. Namun, kehidupan normalnya seketika berubah saat semesta mempertemukannya dengan seorang lelaki aneh yang mengatakan dirinya adal...