27 | tempat pembuangan

200 85 4
                                    

Zhang Zhehan, tersenyum dengan antusias ketika Gongjun setuju dengan ajakannya pergi ke suatu tempat yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan oleh teman-temannya.

"Kenapa mesti ngajak gua sih kalau urusan beginian?" protes Gongjun setibanya mereka di lokasi. Ia membanting pintu mobil setelah menginjakkan kakinya di atas jalan raya di area yang masih sangat minim penduduk ini.

"Ya karena cuma lo yang berani dan mau. Yang lain mana ada," jawab Zhehan sembari menyalakan ponselnya. Lalu membuka aplikasi kamera dan merubahnya menjadi mode video.

Zhehan ingin merekam temuan yang mungkin akan mereka temukan nanti.

"Demi konten?"

"Nope. Cuma buat menuhin rasa penasaran aja."

"Kenapa pake direkam segala?"

"Buat dokumentasi."

Gongjun menghela napas. Tak habis pikir dengan jalan pikiran laki-laki yang lebih tua darinya itu.

Ia kemudian melihat ke kanan dan kiri. Di sepanjang jalanan di kilometer 44 ini, sama sekali tidak ada satu bangunan pun yang berdiri. Hanya ada tiang lampu jalanan dan beberapa rambu lalu lintas yang diperlukan. Sementara di sisi jalan tempat mobil Zhehan berhenti, dipenuhi ilalang yang bahkan tingginya melebihi tinggi Gongjun sendiri.

"Menurut rumor yang gue denger dari Zhou Ye, di sini itu suka dijadiin tempat pembuangan mayat." Jelas Zhehan sembari terus berjalan dan merekam keadaan di depannya dengan hati-hati.

"And then?"

"Katanya mayat-mayat yang dibuang di sini itu selalu dalam keadaan rapi. Meskipun ada bekas pembunuhan dan segala macem, tapi pas dibuang selalu dipakein baju yang rapi gitu."

"Cih. Psikopat."

"I know right." Sahut Zhehan. "Cuma mitosnya, hal itu dilakuin supaya arwah dari mayat-mayat yang dibuang di sini nggak bales dendam dan ikutin pembunuhnya balik ke rumah. Paham nggak?"

Gongjun mengangguk.

"Orang kalau otak sama nyalinya kecil ya gitu. Bunuh orang berani. Tapi sama setan yang nggak ada raganya malah takut."

Zhehan tertawa. Ia menganggukkan kepala tanda setuju.

Keduanya, terus berjalan masuk ke ilalang-ilalang yang semakin banyak. Sambil mengedarkan pandangan, sesekali Gongjun melihat ke belakang untuk memastikan kendaraan milik Zhehan masih berada di tempatnya.

BRUK!

"Shit!" tutuk Gongjun yang kaget karena menabrak Zhehan yang tiba-tiba berhenti. "Jangan berhenti mendadak, anjrit!"

"Ssssst!" desis Zhehan membuat Gongjun langsung diam. "Lihat, Jun!" ucap Zhehan meminta Gongjun melihat apa yang kamera ponselnya tangkap dengan mode pengambilan video diperbesar beberapa kali lipat.

Mata Gongjun melebar. Ia kemudian beralih menatap area yang direkam oleh Zhehan.

Tidak terlalu jelas bila dilihat oleh mata telanjang. Namun, bila dilihat melalui kamera ponsel Zhehan bisa terlihat jelas penampakan sepasang kaki dengan sepatu hak tinggi berwarna merah tergeletak agak jauh dari posisi mereka berdiri.

Dengan cepat, keduanya berlari.

Berlari menuju tempat kejadian perkara penemuan sepasang kaki tersebut.

Dugaan sementara itu adalah perempuan. Setidaknya kalau dilihat dari sepatu yang terpasang.

"Anjing!" seru Gongjun yang langsung memalingkan muka dan bertingkah seolah ingin muntah karena rasa mual yang mendadak menyerangnya.

Benar.

Itu adalah seonggok mayat perempuan. Dengan gaun putih panjang sampai sebatas betis. Menutupi sampai sebatas leher dari tubuh yang telah kehilangan bagian kepalanya.

urban legend; c-idols  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang