Jam menunjukkan pukul 11 malam ketika Zhao Lusi terbangun dari tidurnya dalam keadaan pakaian basah karena keringat dingin. Ia baru saja mengalami mimpi buruk; penglihatan, yang membuatnya langsung terbangun setelah mendapatkan apa yang orang-orang katakan sebagai sebuah prediksi atau ramalan.
Dengan keadaan masih berusaha mengumpulkan kesadarannya, Zhao Lusi menyugar rambutnya ke belakang.
Basah.
Ternyata tak hanya bajunya saja yang jadi basah karena keringat. Tapi juga rambut di kepalanya.
Tak mau terlalu memusingkan hal tersebut. Setelah benar-benar bisa membuka mata, Lusi mengambil ponselnya yang berada di atas meja nakas di samping tempat tidur.
Ia membuka widget kontak dan mencari nama dari orang yang ia lihat di dalam mimpi buruknya tadi.
Tangannya gemetar karena tertahan di udara. Lusi, tengah berusaha untuk menahan diri setengah mati agar tidak menekan icon bergambar telepon dan menghubungi orang tersebut.
"No!" ucap Lusi yang kemudian melempar ponselnya. Ia menarik kedua sisi rambut di kepalanya.
Melihat penglihatan akan kecelakaan tragis yang menyebabkan salah satu orang yang dikenalnya meninggal di tempat, Lusi sungguh ingin memberikan sedikit bocoran akan penglihatannya supaya orang itu terhindar dari kecelakaan tragis tersebut dan bisa tetap hidup.
Ia, ia tak mampu menahan rasa sedih membayangkan bila harus kehilangan orang tersebut.
Namun...
Namun tak mungkin juga untuk Lusi memberitahu akan penglihatan yang dilihatnya kepada orang yang terlibat.
Karena terakhir kali Lusi melakukan itu, musibah yang seharusnya menimpa orang yang ia beritahu jadi berpindah kepada dirinya.
Bagai tak kasat mata, tak ada satupun orang yang menolongnya ketika ia mengalami musibah yang tak seharusnya ia alami.
Sejak saat itu, Lusi berjanji untuk tidak akan memberikan bocoran persis atau memberitahu secara keseluruhan dari penglihatan yang ia dapatkan.
Hingga... hingga ketika penglihatan yang ia anggap sebagai mimpi buruk yang baru saja terjadi.
Dimana korban dalam penglihatannya itu adalah salah satu dari anggota keluarganya sendiri.
Kini, Lusi harus memilih.
Tetap pada prinsipnya untuk tak ikut campur pada takdir orang lain.
Atau ikut campur untuk terakhir kalinya di mana taruhannya adalah nyawanya sendiri.
Terdengar seperti mitos, namun itu adalah konsekuensi yang harus ditanggung Lusi, selain dari energinya akan terkuras hingga membuatnya lemas ketika ia dipaksa untuk melihat masa depan dari orang yang meminta penerawangan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
urban legend; c-idols ✅
Fanfic[BOOK EIGHT] horror short stories collection starring by chinesse idols 🎥 started: 29th June 2020 finished: 21st March 2022