35 | pindah

175 66 0
                                    

"Pindah lagi?" tanya Ding Yuxi pada Leo Wu, atau yang biasa dipanggil Leo.
 
 

Leo menganggukkan kepala. Hari ini ia izin pulang lebih cepat dari kantornya karena harus membereskan sisa barang yang akan dibawa pindah ke kos barunya sore ini.
 
 

"Kali ini karena apa?" tanya Yuxi lagi.
 
 

Well, Yuxi adalah tempat penampungan segala curahan hati Leo ketika mengalami hal-hal tak mengenakan di tempat tinggal sewanya itu. Selain soal pekerjaan dan kehidupan pribadinya tentunya.
 
 

"Bukannya kos lo itu deket masjid? Gua kira bakal aman-aman aja." Sambung Yuxi sebelum Leo menjawab pertanyaan yang ia ajukan sebelumnya.

"Ya gua pikir juga begitu. Ternyata sama aja. Kalau bukan karena gua tipe yang susah tidur, mungkin gua bakal bodo amat sama penunggu di sana. Sayang aja sebaliknya. Dilihatin dari pinggir kasur, ngetukin jendela tiap malem, sampe dimiripin segala."

"Dimiripin?"

Leo menganggukkan kepala.
 
 

Ia merubah posisinya menjadi duduk di atas meja dan menghadap ke arah Yuxi.
 
 

"Udah lima kali." Katanya sambil mengangkat tangan kanannya. Mengangkat lima jari sebagai penunjuk perhitungan. "Terakhir minggu lalu, gua abis balik kerja langsung ke kamar, 'kan. Nah sekitar sejam-an kemudian, gua keluar kamar karena mau ambil makanan yang gua order secara daring. Eh tiba-tiba penjaga kos nanya katanya gua kenapa, kok tadi dipanggilin nggak nyaut dan malah diem aja. Terus katanya gua bolak-balik mulu di dapur."
 
 

Yuxi diam. Mendengarkan secara saksama cerita yang Leo ceritakan. Seumur hidupnya, Yuxi selalu tinggal di rumahnya sendiri bersama ibunya. Jadi, ia tidak pernah merasakan pengalaman kos seperti Leo. Makanya, mendengar cerita Leo membuatnya seperti mendapat insight baru.
 
 

"Nggak cuma gua doang, sih. Penghuni lain juga sering dimiripin. Mending lah kalau cuma kayak gua tadi, dipanggil nggak nengok. Lah yang laen? Dimiripin terus ganggu. Gua pernah malem-malem diketokin pintu kamarnya. Pas gua buka dan tanya kenapa eh mereka malah diem, terus pergi begitu aja. 'Kan ganggu. Mana gua susah tidur." Lanjut Leo lagi.

"Bener, sih, kalau lo emang mau pindah. Daripada lo bayar mahal-mahal tapi nggak nyaman. Mending pindah"

"Ya makanya."

"Mau gua bantuin pindahan nggak?" tawar Yuxi. "Tapi gua nyusul. Sore nanti. Lo shareloc aja. Gimana?"

"Boleh. Bantuin beres-beres ya lo?"

"Gampang!"
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

👻👻👻
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 

Seminggu berlalu.
 
 

Leo sudah pindah ke tempat baru. Yuxi bahkan menepati perkataannya dan datang membantu.

Harusnya Leo merasa senang karena bisa pergi dan menghindar dari gangguan di tempat lama.

Sayangnya ekspektasi Leo harus dipatahkan dengan realita yang ia dapatkan.
 
 
 

Sehari setelah pindah dan tidur di tempat barunya. Leo bermimpi. Ia mendapatkan mimpi buruk. Mimpi dengan gambaran jelas dan sangat nyata akan tempat tinggal barunya yang berada di lantai 3. Di mana ketika Leo membuka pintu balkon dan berdiri di sana, ia mendapati keadaan yang sangat ramai.

Ramai dengan sosok sepertinya. Sial, mereka bukan manusia.
 
 

Tak sampai di situ.
 
 

Di hari ketiga dan keempat ia harus terbangun karena telinganya dibisiki oleh sebuah suara yang ia tak tahu darimana asalnya karena ia tak bisa melihat sosok yang membisikinya hingga membuatnya bangun.

Sementara dihari kelima dan semalam, pintu kamarnya diketuk di jam-jam tengah malam.

Padahal, kamar sebelahnya baik kanan ataupun kiri, dalam keadaan kosong. Dan yah, hanya dia penghuni di lantai tersebut. Pun dengan keberadaan penjaga yang tak tinggal bersama para penghuni kosan.
 
 
 

"Kenapa lagi, lo?" tanya Yuxi ketika mendapati Leo yang duduk di cubiclenya dengan raut wajah lesu dan lunglai. "Lesu amat kayak orang kaga tidur."
 
 

Leo menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya sebelum akhirnya menoleh ke arah Yuxi.
 
 

"Kayaknya... gua harus pindah kosan lagi."

urban legend; c-idols  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang