43 | wanita sebrang jalan

170 67 0
                                    

Hari pertama.

Hari pertama Darren menginjakkan kaki di tempat tinggal barunya. Ia yang mendapat SK kerja di daerah agak jauh dari ibukota, mendapatkan fasilitas rumah dinas yang terletak dia area pemukiman yang tak terlalu padat penduduk.

Sedikit barang yang dibawanya. Hanya beberapa barang pokok seperti baju, peralatan mandi dan barang kebutuhan kantornya. Perabotan lain seperti tempat tidur, lemari, dan lain-lain sudah tersedia di rumah dinasnya.

Sambil menunggui beberapa orang menurunkan barang dari mobil pick up yang disewa, Darren duduk di teras bagian depan.

Matanya tertuju pada rumah yang berada di sebrang jalan yang berhadapan langsung dengan rumah yang ditempatnya.

Ada seorang wanita cantik belia yang tengah duduk-duduk di kursi teras depan rumah seperti dirinya; Darren.

Mencoba bersikap ramah, ia lemparkan senyum perkenalan kepada wanita tersebut.

Sial, senyumnya tak mendapat sambutan.




👻👻👻




Hari kedua.


Jam kerja Darren hanya sampai pukul empat sore. Ia tak langsung pulang dan memilih membeli makanan terlebih dahulu untuk makan malam. Ia juga sengaja pergi berjalan-jalan sebentar. Ingin menghapal jalan ke beberapa tempat yang mungkin akan ia datangi lain waktu. Dan baru akan tiba di rumah ketika langit sudah berwarna kemerahan pertanda senja.

Pun kali ini, di tempat barunya.

Jam menunjukkan pukul enam sore kurang lima menit ketika motornya berhasil memasuki area pekarangan rumah.

Tak butuh garasi.

Daerah tempat tinggalnya kini bisa dibilang amat. Kelewat aman malah. Mau motor terparkir semalaman di depan rumah pun tak akan ada yang mengambil. Begitu menurut penuturan RT setempat. Dan hal itu diakui oleh Darren. Di hari pertama kemarin, ia lupa memasukkan motornya ke dalam rumah. Untungnya kendaraan roda dua tersebut tetap ada di tempatnya.

Ketika turun dari motornya, mata Darren tak sengaja melirik ke arah tetangga sebrang jalan. Ia kembali melihat sosok wanita yang sama seperti hari kemarin.

Darren sempat melihat wanita itu sekilas tadi pagi, di tempat yang sama. Namun, karena terburu-buru atensinya sama sekali tak tersita ke arah wanita tersebut. Berbeda kali ini. Setelah menatap cukup intens beberapa detik, Darren mengalihkan pandangannya. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

Hatinya sedikit terusik. Ingin tahu siapa wanita berparas cantik yang selalu duduk di muka rumah tersebut.




👻👻👻




Hari kesembilan.


Sudah lebih dari seminggu Darren tinggal di tempat baru. Beberapa jalan dan tempat sudah ia hapal. Terima kasih karena kerajinannya yang selalu menyediakan waktu luang sehabis pulang kerja untuk berkeliling.

Kini, ia tak butuh google Maps atau hal sejenisnya hanya untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang lain. Setidaknya di daerah tersebut.

Tak ada hal baru atau aneh yang terjadi. Selain ia yang masih belum mengetahui nama wanita yang belakangan ini selalu ia lihat setiap harinya.

Namun, ada yang berbeda dua hari belakangan ini.

Semenjak ia mengadakan syukuran di rumahnya hari Minggu lalu, pandangannya seperti mengabur.

Entahlah. Darren menganggapnya demikian.

Wanita cantik yang ia lihat di rumah di sebrang jalan, mengalami perubahan. Wajahnya semakin menua dari hari sebelumnya. Rambut panjang berwarna hitam kelam mendadak berganti dipenuhi dengan uban berwarna putih di hari berikutnya. Kulit wajah kencang nan mulus yang bisa Darren lihat dari balik kaca helmnya, berubah menjadi berkerut khas lansia yang bertambah tua.

Rasa penasaran semakin tinggi. Beberapa kali ia mencoba menyapa tapi tak dapat tanggapan. Jangankan tanggapan, mengajak berkenalan saja tak dipedulikan.

"Kenapa, Mas? Kok melamun?" sapa seorang paruh baya yang merupakan ketua RT di tempatnya tinggal. Saat ini Darren tengah berada di balai desa. Ikut berkumpul dengan para wira yang ada di desa tempatnya tinggal.

Ia menghadiri kegiatan rutin yang diadakan sebulan sekali guna mempererat tali silaturahmi antar warganya.

"Lagi mikirin sesuatu, Pak."

"Sesuatu?"

"Iya."

"Soal apa? Kalau ada yang tidak dimengerti atau mau ditanyakan sama saya atau warga sini, tanya saja. Tidak usah sungkan."

Darren menatap ke dalam sepasang mata coklat tersebut. Sedikit tak yakin ingin menanyakannya. Namun, ia juga tak mungkin terus membiarkan rasa penasarannya tak mendapat asupan.

"Begini, Pak. Saya mau tanya. Yang tinggal di rumah di sebrang jalan rumah saya. Itu siapa ya, Pak?"

Bola mata yang sebelumnya biasa itu membulat. Terlihat ekspresi keterkejutan ditunjukkan selesainya Darren berbicara.

"Yang di sebelah kiri itu, Pak."

"Kenapa memang, Mas? Mas ada perlu?"

"Oh. Engga. Cuma... penasaran aja sama yang tinggal di sana. Setiap hari saya lihat-"

"Rumah itu kosong, Mas. Ndak ada apa-apa."

"Loh? Yang bener, Pak? Tapi saya lihat ada perempuan yang tiap hari duduk di kursi teras depan rumah itu."

"Wes, Mas. Jangan terlalu diperhatiin. Nggak ada apa-apa di sana. Mungkin Masnya dilihatin sesuatu. Tapi percaya sama saya, Mas. Rumah itu udah kosong selama puluhan tahun."

urban legend; c-idols  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang