46 | pohon bambu

179 62 0
                                    

"Tahu urban legend Besho Bhoot?" tanya Dilraba pada Yangzi ketika mereka hendak memasuki area hutan bambu yang hanya berjarak beberapa belas meter dari posisi mereka berdiri saat ini.
 
 

Yangzi yang ditanya menggeleng sebagai jawaban. Ia terus mengambil ranting kayu kering yang berada di tanah. Niatnya, sebagai bahan baku untuk acara api unggun malam nanti.
 
 

"Dia siapa emangnya?" tanya Yangzi sembari menghentikan langkahnya. Di depannya kini ada banyak ranting kayu yang bisa ia kumpulkan.
 
 

Sepertinya setelah ini mereka tidak harus memasuki area hutan bambu yang berada di depan saat ini.
 
 

"Penunggu pohon bambu. Mereka bakalan nunggu kita, biarinin kita lewat di sana. Salah satu tandanya itu mereka bakalan lengkungin satu batang pohon bambu sampe nyentuh tanah, di mana pas kita sengaja atau nggak sengaja lewatin pohon itu, mereka bakalan langsung nyerang."

"Nyerang gimana?"
 
 

Dilraba menggendikan kedua bahunya. Tanda tak tahu. Ia hanya pernah mendengar cerita tentang Besho Bhoot tanpa pernah mengalami kejadian yang berkaitan dengan penunggu pohon bambu tersebut sama sekali.
 
 

"Nggak tahu. Gue, 'kan, nggak pernah ngalamin," jawab Dilraba membuat Yangzi merotasikan bola matanya malas. Ia paling tidak suka dengan cerita yang setengah-setengah dan tidak lengkap.
 
 

Namun, Yangzi juga memaklumi hal itu. Kalaupun Dilraba pernah mengalami, pasti ia tidak akan setenang ini ketika mengetahui bahwa ada hutan bambu tak jauh dari posisi mereka.

Selesai mengumpulkan ranting kayu yang dirasa cukup. Yangzi mulai mengikat bahan baku untuk api unggun tersebut dengan tali yang sempat ia bawa. Lalu membuat simpul yang bisa memudahkannya membawa.

Tak hanya Yangzi, Dilraba yang sudah selesai pun turut melakukan hal yang sama. Well, bagi keduanya yang sering pergi kemah di hutan belantara seperti ini, kegiatan yang mereka lakukan sekarang bukanlah hal baru. Ya, mereka sudah terbiasa.
 
 

"Kalau yang gue denger beda lagi," ucap Yangzi tiba-tiba.
 
 

Membuat Dilraba sontak melihat ke arah Yangzi dan mendapati teman satu tendanya itu tengah memandang ke arah hutan bambu yang ada.
 
 

"Kata kakek gue, di deket sekumpulan pohon bambu itu biasanya ada pintu gerbang buat menuju ke alam gaib," ucapnya yang kemudian menoleh ke arah Dilraba. "Tapi ya nggak semuanya. Cuma yang pohonnya melengkung sampe hampir mau ke bawah. Kayak gitu," sambungnya sembari menunjuk pohon bambu yang dimaksud.

Ya, ada beberapa pohon bambu yang saking tingginya, ia tumbuh melengkung hingga ke bawah, seperti kuku jari tangan manusia yang apabila terlalu panjang akan tumbuh melengkung ke bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, ada beberapa pohon bambu yang saking tingginya, ia tumbuh melengkung hingga ke bawah, seperti kuku jari tangan manusia yang apabila terlalu panjang akan tumbuh melengkung ke bawah.
 
 

"Kalau di urban legend Besho Bhoot tadi katanya kalau ngelewatin bambu itu bakal diserang, nah yang gue denger dari kakek gue kalau kita lewatin bawahnya pohon bambu yang melengkung. Kita bakal masuk ke alam lain. Makanya kakek gue selalu ngingetin buat jangan lewat di bawah pohon bambu yang melengkung dan mending diputerin. Cuma kalau yang itu mah, 'kan," sambung Yangzi sembari menunjuk pohon bambu itu lagi. Kali ini tidak dengan jari, melainkan dengan ujung dagunya, "nggak melengkung sampe bawah. Jadi kayaknya aman."
 
 

"Hampir sama berarti ya urban legendnya?"
 
 

Yangzi mengangguk. Ia mengambil ranting kayu yang sudah diikatnya untuk ditenteng dengan satu tangan. Merasa kalau sudah saatnya untuk kembali ke tenda keduanya.

Diikuti oleh Dilraba yang mengekori dari belakang.
 
 

"Selain itu ada juga yang bilang kalau area pohon bambu tuh jadi tempat ngumpulnya makhluk astral gede item yang suka seneng sama manusia perempuan, atau nggak makhluk astral yang dadanya gede dan suka nyulik dan ngumpetin anak-anak itu."

"Ya Tuhan.... yang bener, Zi????" Dilraba mempercepat langkahnya supaya beriringan dengan Yangzi. Ia tak mau berjalan di belakang sendirian.

"Iya. Tapi ya wajar, sih. Namanya juga pohon. Rata-rata tempat tinggal makhluk astral, 'kan, emang di pohon."

urban legend; c-idols  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang