16 | the cursed place

391 115 5
                                    

Eleanor Lee, atau yang  biasa dipanggil El memandang tempat di hadapannya dengan perasaan tak nyaman yang sulit ia artikan.

Seperti.... takut. Tapi karena apa? Seperti kalut. Tapi karena siapa?

Makanya ia hanya diam dan menunggu orang di sampingnya menjelaskan apa yang ada di hadapan mereka.

"Dulu, di rumah ini pernah ada pembantaian sebuah keluarga," jelas sang broker tak menutupi. "Dua orangtua, empat anak kecil dan dua tamu yang kebetulan menginap. Tujuh dari delapan orang ditemukan tewas akibat luka dari benda tumpul yang ada di sekujur badan. Diduga mereka dipukuli sampai mati ketika dalam keadaan tidur. Satu orang hilang. Dan nggak pernah ditemuin sampai sekarang."

Kedua mata Eleanor membulat sempurna.

Sadis, begitu menurutnya.

"Tapi itu udah sekitar 50 tahun yang lalu kok. Dan udah dilupain juga."

Kening Eleanor kini mengerut.

"Kalau udah dilupain, terus yang bikin satu wilayah ini dikosongin apa?" tanyanya penasaran.

"Kutukan," jelas broker tersebut.

"Kutukan?"

"Sekitar setahun setelah kejadian pembantaian itu, ada satu keluarga yang akhirnya membeli murah rumah ini. Dan ya sesuai perkiraan, hidupnya di rumah ini nggak tenang. Mereka diganggu. Diganggu banyak penunggu yang berkeliaran di rumah ini. Biar gimanapun, terlepas dari peristiwa pembantaian itu, rumah ini sempat kosong selama setahun penuh."

"Terus?"

"Tapi mereka tetap bertahan di rumah ini. Tahu apa alasannya?"

Eleanor menggelengkan kepalanya.

"Karena ternyata mereka adalah salah satu pengikut sekte aliran sesat yang sengaja beli rumah ini untuk dipakai dalam ritual sekte mereka. Sampai pada akhirnya ada satu anak dari penduduk sini yang melihat itu semua, terus melaporkannya ke penduduk setempat. Ya kamu bisa nebaklah ya apa yang selanjutnya terjadi."

"Para penduduk eksekusi mereka?"

Kali ini gantian sang broker yang menganggukan kepalanya.

"Dengan cara dibakar hidup-hidup. Tapi sebelum dibakar, salah satu anggota dari keluarga itu ucapin sebuah kalimat yang lebih terdengar seperti kutukan. Dia mengutuk semua penduduk ini akan mati dalam keadaan terpanggang sama seperti keluarganya. Dan bener aja, seminggu setelah kejadian eksekusi itu, terjadi musibah kebakaran di rumah penduduk sini, nggak langsung kebakar semua, tapi ya sedikit demi sedikit. Sampai banyak korban jiwa. Penduduk yang tersisa sadar kalau itu mungkin akibat dari kutukan penganut aliran sesat itu. Akhirnya mereka mutusin buat bakar rumah ini. But guess what?"

"It's failed?"

"Exactly! Dan karena itu, penduduk yang tersisa lebih milih untuk pergi dari wilayah ini."

Eleanor terdiam. Ia memandangi rumah di depannya. Kemudian secara lambat laun sudut bibirnya terangkat. Mengulaskan sebuah senyum yang cukup manis untuk dilihat.

"Oke, saya jadi beli semua rumah di yang ada di wilayah nggak berpenghuni ini!" putusnya dengan sangat yakin.

Eleanor memang sengaja mencari sebuah tempat untuk dibeli. Ya sebuah tempat, bukan hanya sekadar satu dua rumah, tapi satu wilayah. Ia berniat untuk membangun sebuah taman wisata horor yang belakangan sedang trend di kalangan anak muda.

"Jangan salahkan saya ya kalau terjadi apa-apa sama kamu," ucap sang broker tersebut pada Eleanor.

Eleanor tersenyum, lalu menepuk bahu sang broker.

"Tenang aja. Memang ini yang saya cari kok."

urban legend; c-idols  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang