“Duke? Kenapa ia bisa ada di sini?” aku tertegun sejenak, tidak menyangka untuk bertemu dengannya.
Ainsley datang dengan jubah berwarna biru gelap, dan itu berkibar mengikuti angin yang berhembus secara merajalela. Kedua warna pupilnya lebih gelap namun bercahaya. Tatapannya menjadi sangat tajam, seperti aku bisa tertusuk jika terus terusan melihatnya. Sangat menakutkan.
Semakin lama guntur dan petir semakin banyak bermunculan, terasa sangat dekat sampai membuatku berfikir kepalaku bisa saja mengenainya. Semua pria yang ada disana sangat ketakutan, tidak ada lagi hal hal meremehkan seperti tadi.
Aku tidak bisa diam seperti ini terus. Aku harus melakukan sesuatu. Aku membawa gadis itu ke luar gang melewati para lelaki dan Ainsley. Aku duduk disamping jalan, memeriksa luka yang ada pada gadis berambut pirang. Tidak ada yang serius, aku bisa mengobatinya dengan cepat.
“Te te rimakasih” gadis itu terlihat sangat ketakutan, mungkin itu efek setelah melihat perbuatan Ainsley.
“Bang” suara bangunan roboh bergema.
‘Pasti itu perbuatan Ainsley’
Aku harus cepat membantu gadis ini dengan lukanya dan kemudian bergegas. Aku memegang pergelangan kakinya yang lecet dan terluka. Menyentuhnya dengan menyeluruh dan ketika aku melepaskan tanganku, luka luka itu hilang.
“Tidak sakit lagi, Terimakasih banyak” wanita itu menggerakkan kakinya, masih sedikit ketakutan.
Aku tersenyum dan meninggalkannya.“Aku akan mengingat kebaikanmu nona, kalau boleh tau siapa namamu? Namaku Asha” sebelum aku sempat melangkah lebih jauh dia bertanya.
“Namaku Rina” aku tersenyum dan berjalan kembali.
Aku harus buru buru melihat keadaan Ainsley.
Sesampainya aku disana, pemandangannya terlihat sangat mengerikan. Potongan tubuh ada dimana mana, tanah yang tadi aku pijak sudah retak, bangunan disamping kanan dan kiri sudah roboh, sebuah mayat bak korban kebakaran berada tak jauh dari aku berdiri.
Pasti Ainsley selalu membawa korek api kemanapun, setauku ia tidak bisa menciptakan api, tapi bisa mengendalikannya.
Saat ini, Ainsley sedang berdiri didepan seorang pria yang tersisa. Pria itu mengatupkan tangan, memohon agar tidak dibunuh. Ainsley mengangkat tangannya dengan itu satu batu besar ikut terangkat.
“DUKEEEE”
Aku membuka tudungku berteriak dan berlari mendekatinya, mungkin saja jika ada yang memanggilnya, Ainsley akan menoleh dan mengurungkan niatnya. Namun usahaku sia sia, Ainsley tidak menggubris.
Bung
Aku yang tak sanggup melihat kejadian didepan menutup mata dan menghentikan langkahku. Darah berceceran dimana mana. Aku mematung, tidak tau harus berbuat apa. Duke berbalik dan berjalan kearahku, ketika jarak antara aku dan Duke hanya beberapa langkah, aku reflek, mundur.
“Hah, aku sudah tidak bisa mengendalikannya Charta” suara yang biasanya berat dan rendah saat ini berubah menjadi parau.
Aku memberanikan diri menatap matanya. Sekarang warna pupil matanya sudah berubah, tidak gelap dan bercahaya seperti tadi. Wajahnya terlihat lebih lelah dari terakhir kita bertemu.
“Sudah berapa lama duke?” aku bertanya dan mengabaikan nama panggilan itu.
“3 hari”
Mata itu terlihat lebih sayu dan jawabannya sangat singkat. Aku yakin saat ini bahwa kekuatan itu sudah menjadi lebih besar.
Apa aku harus memanggil Freya untuk membantunya? Meski baru 3 hari, kekuatan yang dihasilkan bukan main. Jika orang biasa mungkin saja dirinya bisa hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Healer [END]
SonstigesAku yang memasuki dunia novel, dimana dunia itu banyak sekali kemampuan kemampuan menakjubkan Bisa berteleportasi, kekuatan mimpi, mampu mengendalikan seluruh elemen langit dan bumi, membuat orang terlena dengan nyanyian, penyembuh, pemanggil naga d...