Chapter 18

4.4K 609 24
                                    

Apakah yang ia maksud Eilaria? Hanya Eilaria yang memungkinkan untuk menjadi kekasih. Namun, mengapa Cattegirn meminta tolong pada Ainsley? Bagai ada orang lain selain Eilaria. 

“Mungkin saja, Yang Mulia Eilaria dan Cattegirn memiliki hubungan” Ainsley seakan menjawab apa yang aku pikirkan.

Aku tau bahwa Eilaria adalah seorang yang hebat, tapi tidak menyangka hingga Duke saja memanggil dengan hormat.

Aku hanya mengangguk, membenarkan.

“Ngomong ngomong tuan Duke” Aku masih belum terbiasa memanggil namanya. 

“Ainsley”

“Ainsley, apakah keluargamu juga memiliki kekuatan, turun temurun dari leluhur?”

“Bisa dibilang begitu, karena kekuatan seluruh kekuatan Duke Chevalier sama, mengenai bumi dan langit. Kamu tidak tau itu?” Ainsley menatap keheranan padaku.

“Bukan itu maksudku, eemm sesuatu seperti pendahulu. Mungkin saja, kekuatan bumi dan langit yang kau miliki, sama seperti pendahulumu.”

“Aku tidak tau, tidak ada yang pernah berkata apa apa padaku.”

Aku menatap Ainsley, selama masa hidupnya hanya Ibu yang berada disisinya. Semenjak Ainsley lahir ayahnya sudah sangat membencinya, itu karena mata beda warnanya. Kebencian itu bertambah saat Ainsley membunuh istri yang sangat ia cintai.

‘Ia pasti selalu merasa kesepian’

Angin malam ini berhembus dengan sangat kencang. Rambut ungunya terbang berantakan. Aku yang melihat itu spontan mengarahkan tanganku, memegang rambutnya. Menyisir agar tidak menghalangi matanya.

Ainsley tersentak karena gerakanku yang tiba tiba, namun setelah itu Ainsley mengarahkan seluruh badannya kepadaku, sedikit membungkuk. Menyerahkan sepenuhnya agar aku bisa leluasa memegang rambutnya.

Surai ungu miliknya sangat berbeda denganku. Bergelombang dan sangat halus. Milikku meski lurus namun terkesan sedikit kasar.

“Kamu menyukainya?”

Aku mengangguk.

“Sepertinya kau benar benar menyukai rambutku. Bisa bisanya aku kalah dengan rambutku sendiri.”

“Apa?” mataku beralih dari rambut ke matanya.

Dia tidak menjawab hanya tersenyum.

Aku menatap kearahnya lagi, kenapa dia sangat tinggi. Ada sekitar 20an cm perbedaan tinggi kami dan itu membuat leherku sakit.

“Ainsley, bisakah kau menaikkanku diatas pagar jembatan ini?” Aku menunjuk pegangan jembatan.

“Untuk apa?” dahinya mengernyit, bingung.

“Kau terlalu tinggi, leherku sakit dan aku ingin duduk.”

“Nanti kau ter…”

“Kau bisa menjagaku kan? Lagi, aku tidak selemah itu” Aku memotong perkataannya dan memajukan bibirku, cemberut.

“Huuh, baiklah”

Ainsley lalu menyentuh pingangku dan mengangkatku duduk diatas pagar jembatan. Ia lalu menaruh kedua tangannya disamping kanan dan kiriku. Meskipun aku sudah duduk diatas pagar, ketinggian kami masih sama.

“Kau benar benar makan 3 kali sehari kan? Kenapa ringan sekali?”

“Dirimu saja yang terlalu besar” aku berkata selirih mungkin.

“Apa?” Ainsley terkejut mendengar perkataanku. “Waahh kau mulai berani.” Ia berkata sambil tersenyum.

Ainsley kemudian mendekat, aku bisa merasakan pinggangnya dipahaku. Ia juga melingkarkan kedua tangannya dibelakang pinggangku. Mendekatkan kepalanya dengan kepalaku yang membuat, dahi kami bertemu.

Be a Healer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang