Hari berlalu begitu saja, setelah aku membuat perhitungan dengan Marina kesibukanku bertambah. Persiapan pernikahan.
Ainsley dan aku sepakat mempercepat prosesnya. Dua minggu kedepan kami akan melangsungkan pernikahan. Masih banyak hal yang perlu dipersiapkan, karena Ainsley sibuk ia mempercayakan segala sesuatunya padaku. Tentu saja ia kadang datang untuk melihatku atau membantuku jika aku kesusahan.
Aku memilih dekorasi melalui katalog, setelah melalui diskusi yang panjang aku sudah memutuskan bagaimana tempat resepsi dan perjamuan diadakan.
Sudah menjadi kebiasaan pada bangsawan di Kekaisaran, ketika pernikahan semua dekorasi harus berwarna putih. Entah itu selama proses sumpah hingga perjamuan.
Adat itu dipercaya akan menambah kesakralan prosesi menikah. Itulah sebabnya aku sedikit kesusahan untuk memilih karena di mataku semua model dekorasi mirip dan hampir sama, untungnya banyak yang membantuku.
“Haahhh, hari yang melelahkan”
Sesudah mandi, aku meregangkan tubuhku melepas lelah.
Tok tok tok
Saat aku mau naik ke ranjang kasur, aku mendengar seseorang mengetuk pintu menuju balkon. Aku yang sudah menduga siapa orang itu, langsung mengambil selimut menyampirkannya di bahuku dan langsung membuka pintu.
“Ainsley” aku membuka kedua tanganku lebar lebar.
Dia yang dipanggil mematung, hanya menatapku tanpa berkata kata, tanpa melakukan apapun. Ada apa dengannya? Biasanya dia akan langsung memelukku. Ainsley akhir akhir ini sering pergi ke balkon kamar di malam hari, karena di siang hari kesibukannya meningkat.
“Ainsley” aku memanggilnya sekali lagi dan menggerak gerakkan kedua lenganku.
“Ekhm, bajumu” Ainsley melihat sekilas kearah bajuku, menaruh tangan di wajah dan memalingkan muka.
Ah, aku lupa karena biasanya Ainsley datang sebelum aku ingin tidur, pakaian yang aku pakai otomatis masih gaun biasa. Tetapi sekarang aku sudah ingin tidur, jadi mau tidak mau aku menggunakan baju tipis yang nyaman untuk tidur. Aku memang menggunakan selimut tapi baju tidurku kali ini sangat tipis, beberapa bagian masih terlihat.
Aku tiba tiba malu karena baru menyadari perkataannya, namun semua itu sirna ketika aku melihat wajah dan telinganya yang merah. Menggodanya sepertinya menyenangkan. Aku menurunkan sedikit selimut yang ada di bahuku, mendekat kearahnya.
“Ada apa? Apa karena baju ini?”
Aku maju dan Ainsley mundur begitu seterusnya hingga dirinya mengenai pagar balkon.
“Rina!”
Mata Ainsley bergetar, pertama kali Ainsley melihat Charta ia menahan diri untuk tidak mencium Charta. Ia sudah bersusah payah menekan gelombang panas ditubuhnya.
“Kenapa? Kita aahhh”
Tanpa aba aba Ainsley menggendong Chartarina, mendekatkan kepalanya di bahu wanita berambut biru ash, wanita ini tidak tau betapa menggoda dirinya sekarang. Ainsley mau tidak mau membenamkan wajahnya, karena ia takut semakin lama Ainsley melihat Chartarina semakin ia tidak bisa menahan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be a Healer [END]
RandomAku yang memasuki dunia novel, dimana dunia itu banyak sekali kemampuan kemampuan menakjubkan Bisa berteleportasi, kekuatan mimpi, mampu mengendalikan seluruh elemen langit dan bumi, membuat orang terlena dengan nyanyian, penyembuh, pemanggil naga d...