Chapter 68

1.1K 104 2
                                    

“Apa? Katakan sekali lagi”

Tidak tidak mungkin itu benar, Charta tidak akan pernah meninggalkannya dan Ainsley tidak akan pernah membiarkan.

“Nyo-nya sudah meninggal Yang Mulia”

Ainsley yang mendengar itu, menaruh Charta di lantai sejenak, pergi ke arah salah satu Kesatria yang berjaga.

“Kemari”

Mata beda warnanya mengarah ke lelaki yang ada didekat Charta. Dokter yang dipanggil mau tidak mau mendekat.

Sring

Tras

“Argh”

Lengan seorang lelaki jatuh ke lantai.

“Jika ada yang mengatakan kalimat konyol itu lagi, bukan hanya lengan yang terpotong”

Prang

Suara pedang yang di buang memenuhi ruangan.

Ainsley kemudian pergi ke kamar Charta dengan wanita itu di pelukannya.

“Siapkan air dan pakaian untuk Charta”

“Ba-baik Yang Mulia”

Merry yang mendengar perintah segera menjawab, kebingungan terlihat jelas di wajahnya. Ia yang tadinya ingin menangisi kepergian Nonanya, harus menahan diri karena ketakutan atas apa yang terjadi di bawah tangga. Kaiden tidak ada di sisinya saat ini, jadi Merry harus lebih mengandalkan dirinya sekarang.

Setelah membersihkan diri, Ainsley kembali ke kamar Charta. Ia melihat seorang wanita yang terbaring dengan wajah berwarna putih pucat, dada sudah tidak bergerak.

Ainsley duduk di sampingnya, memegang tangan Charta yang sangat dingin.

“Kau pasti akan bangun kan? Tidak apa apa untuk tertidur, aku akan selalu menunggumu”

Tangan besar yang tidak memegang apapun, menata rambut Charta agar tidak menutupi matanya. Dalam hatinya yang terdalam, Ainsley tau bahwa Charta sudah tidak bernyawa, tapi pikiran dan hatinya menolak. Lelaki ini bisa menunggu berapa lama pun waktu berlalu.

Sepanjang hari Ainsley tidak meninggalkan sisi Charta, semakin lama waktu berlalu semakin pengap hatinya, penolakan yang dari tadi ia agung agungkan menjadi sebuah pertanyaan. Bagaimana kalau Charta benar benar meninggalkannya? Tangan dingin yang tidak pernah hangat entah seberapa lama Ainsley mengenggam, membuat penolakan kematian semakin tipis.

“Hiks a-aku huuuhh sekarang harus bagaimana? huhuhu” tangis Ainsley semakin menjadi.

Kepala pelayan yang melihat keluar jendela, hujan lebat beserta petir mengaum dengan dasyat. Alasan utama mengapa tiba tiba ada hujan karena emosi kesedihan Tuannya. Emosi ekstrim yang terlepas dan tidak di kendalikan dengan baik akan mempengaruhi iklim dan cuaca seluruh Kekaisaran.

Satu satunya cara agar menghentikan Tuannya dengan menerima kematian Duchess dan berhenti menolaknya. Dean berfikir jika Tuannya berdua dengan Duchess, Tuannya akan segera sadar bahwa Nyonya sudah tidak ada, namun hasilnya nihil. Sudah satu hari penuh Duke ada disamping Nyonya dan sudah satu hari juga hujan tidak henti henti turun. Pilihan terakhir Dean untuk meminta tolong pada Tuan Madison, satu satunya sahabat Tuannya.

Be a Healer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang