Chapter 55

989 132 3
                                    

Esoknya aku bersiap siap untuk pergi, aku mengatakan pada Merry bahwa aku sakit dan tidak ingin diganggu seharian.

Setalah menggunakan kereta sewaan di pasar, aku harus turun dan berjalan ke dalam hutan lebat. Aku tidak tau pasti di mana aku berada. Aku hanya mengikuti arahan Yang Mulia Eilaria.

Semakin aku masuk ke dalam hutan, pepohon semakin banyak dan rimbun, membuatku bertanya tanya apakah memang ada orang yang tinggal di sini.

“Dia sungguh menjagamu” disela sela kita berjalan Eilaria berkata sambil melihat ke satu tempat.

“Ya?” aku tidak mengerti subjek yang sedang dibicarakan Yang Mulia, karena saat aku melihat ke tempat yang sama tidak ada orang.

“Tidak, kita sudah sampai”

“Apa? Tapi tidak ada apa apa di sini”

Di depan kami hanya pohon yang lebat dan satu batu besar, tidak ada rumah atau sesuatu yang layak huni.

“Arahkan kotak itu di depan batu”

Eilaria memberikan arahan dan aku segera melakukannya.

Segera, sekeliling pucuk kotak yang aku arahkan ke batu bersinar dan memunculkan pemandangan baru.

Langit yang awalnya bersinar berubah menjadi gelap, di depanku terdapat kastil besar nan megah berwarna hitam, di depan kastil terdapat berbagai rumput, tidak ada pencahayaan, semua hal itu membuat nuansa kastil menyeramkan.

‘Aku merasa seperti sedang jerit malam, ugh tapi kenapa tiba tiba jadi malam?’

“Yang Mulia” aku berkata setelah menyadari bahwa tidak ada jejak kehadiran Eilaria disini.

Tidak ada jawaban membuatku semakin takut.

Brak!

Pintu kastil tiba tiba terbuka sendiri, tidak ada orang yang datang setelahnya.

Kalau saja aku tau dirinya tinggal di tempat seperti ini, akan aku pendam rasa penasaranku sampai mati.
Aku yang ingin kembali, memutar tubuhku tapi sebelum itu aku merasa seperti ada angin yang sangat kuat, membawa tubuhku untuk masuk kedalam kastil.

“Tidak, aku tidak ingin pergi. Maafkan akuuu” aku meronta, menyeret kakiku dengan putus asa.

Usahaku sia sia, angin dan dorongannya benar benar kencang membawaku masuk ke dalam kastil.

Brak.

Pintu besar itu tertutup begitu aku berada didalam.

“Bangsat!” aku mengumpat, saat aku membuka pintu, pintu itu terkunci.

Aku yang sudah kehilangan akal karena ketakutan berlebih, mendobrak, menendang, memukul pintu berulang kali.

Ketakutanku bukan tanpa sebab, bagian dalam kastil jauh lebih menyeramkan, ruangan di dalamnya sangat besar, hanya ada kegelapan, tidak ada suara apapun selain usahaku membuka pintu.

“Hei, berisik” suara lelaki mengema ke seluruh ruangan.

Seorang lelaki datang dari atas tangga, aku tidak bisa melihat bagaimana fitur wajah dan warna rambut lelaki itu karena tidak ada cahaya, yang terlihat hanya mata merahnya yang bersinar menakutkan.

Be a Healer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang