Batu Ginjal

1.7K 251 30
                                    

Hobi Ican sekarang adalah ngobrol sama si bocil #2 yang ada diperut Mimi. Tiap berduaan sama Mimi pasti yang diajak ngobrol calon adeknya, bukan Mimi. Mereka selalu ngobrol dengan bahasa yang Mimi sendiri gak pernah tau kalo bahasa itu ada didunia.

Kaya sekarang ini misalnya, Ican sama Uji baru selesai belajar ngaji. Ujinya juga baru balik ke tempat aslinya. Ican duduk disamping Mimi sambil natap serius perut Mimi.

"Singi bing bing bung Bang Ican hui hui." Trus tiba-tiba dia nempelin telinganya ke perut Mimi.

Boo kebetulan mau ke dapur ngeliat tingkah adeknya itu jadi sedih. Masih kecil jiwanya udah keganggu. "Mi, itu si Adek masih sehat kan?"

"Huss! Ngomongnya jangan gitu, Boo."

"Ya khawatir, Mi."

"Ican lagi ngomong sama adek ya, Nak, ya?"

Ican ngeliat ke Mimi dan ngangguk. "Baboo, kata Acil jangan berisik. Ntar dipukul loh."

"Hah? Acil sape?"

Ica nunjuk perut Mimi. "Ini, si Acil. Baboo ih, masa sama adek sendiri gak kenal. Ayo kenalan dulu!" Ican narik tangan Boo ngedeketin perut Mimi.

Boo ngerasa dia lagi dikerjain tapi gatau kenapa dia juga nurut aja ikut duduk ngadep perut Mimi.

"Ayo, kenalan!" paksa Ican.

"Kenalan gimana?!"

"Masa gitu aja harus Icaaaan juga yang ngajarin! 'Halo, Acil. ini Baboo." Gitu! Baboo bisa kan?"

Boo ngangguk ragu. "Halo Acil, ini Baboo."

Selesai Boo ngomong, Ican ngedeketin telinganya ke perut Mimi trus ngeliat ke Boo. "Ah, Baboo! Kata Acil, pake sayang dong! Kan dia masih kecil."

"Sayang gimana?"

"Acil sayang manggilnya."

"Oh, oke. Halo, Acil sayang. Ini Baboo."

Mimi nahan ketawa ngeliat Boo yang nurut aja sama Ican seakan-akan janin yang diperut Mimi memang bisa ngomong sama Ican.

"Nah gitu dong! Baboo harusnya kaya Ican, sayang sama adeknya."

"Emang si Acil denger suara kita ya, Can?" tanya Boo serius.

"Mana Ican tau."

"Trus tadi kenapa katanya Acil minta dipanggil sayang?"

"Kan Ican ngerjain Baboo! Ih, gak pinter deh."

Boo ngeliat Ican berang. Kayanya Ican ini gak bisa gak nyari masalah sama dia.

Ngeliat ancang-ancang anak-anaknya yang mau berantem, Mimi langsung ngelus kepala dua orang yang ada didepannya itu.

"Udah, udah, sebelum berantem maaf-maafan dulu. Ican minta maaf ke Abangnya, Nak."

"Iya, Mimi." Ican meluk Boo yang masih duduk disebelahnya. "Baboo, ayo minta maaf ke Ican."

"Can..."

Yang ditegur nyengir, "Hehe, Baboo, maafin Ican ya."

"Hm."

"Boo, Mimi mau minta tolong, Nak."

Boo yang masih meluk Ican, ngeliat ke Mimi. "Kenapa, Mi?"

"Tolong panggilin Papi boleh?"

"Ican aja, Mi! Ican aja!" Ican lompat-lompat sambil nunjuk dirinya sendiri.

Mimi ketawa. "Yaudah, Ican deh Ican. Papi dikamar ya, Bang Ican."

Yang dipanggil Abang semakin semangat dan mengangguk. "Siap, Mimi!"

SeCaratttTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang