Cerita dari Jalan

1.5K 247 30
                                    

"Uji kapan punya Uminya sih?!"

Pertanyaan Uji pekan lalu nyatanya sampai sekarang masih buat Tante Uyun salting sendiri. Kadang Tante Uyun harus berusaha sekuat tenaga biat saltingnya gak keliatan waktu ketemu Abah.

Sekarang ini Tante Uyun lagi bantuin Uji meronce dirumah Abah. Uji katanya suka sama hiasan yang ada dirumah Tante Uyun. Jadi Uji minta diajarin buat yang kaya gitu.

Uji ngeliat satu per satu manik-manik yang dibeliin sama Papi. "Tante, Uji masukin yang mana dulu ya biar cantik?"

"Uji mau yang mana dulu? Uji yang kreasiin."

"Kalau nanti jelek?" tanya Uji. Uji yang cemberut gini menurut Tante Uyun mirip Abah banget.

Tante Uyun senyum dan ngegenggam tangan Uji. "Sini deh, liat Tante. Apapun yang Uji buat dari tangan Uji sendiri, semuanya bakalan indah. Kalau pun orang-orang bilang jelek, Tante bakal selalu bilang semua yang Uji buat indah."

Uji ngeliat Tante Uyun lama. Bukan karena terharu karena kata-kata Tante Uyun. Justru Uji gak paham Tante Uyun ini ngomong apa? :(

Tapi gak tau kenapa, Uji tiba-tiba jadi semangat lagi mau meronce. "Ayo kita buat, Tante!"

Tante Uyun ngangguk dan ngangkat tangan Uji yang masih ia genggam ke atas. "Ayo!"

Tali yang akan digunaka untuk meronce dipotong ke dalam beberapa potongan dengan masing-masing potongan berukur satu meter. Tapi Uji jadi keinget hal lain.

"Tante,"

"Iya? Kenapa, Sayang?"

Uji beranjak dari sofa dan berjalan ke meja yang ada dibawah tv. Uji ngambil sebuah foto dan menunjukkannya ke Tante Uyun. "Tante, Uji mau buat ini."

Tante Uyun fokus pada bayi Uji. Ini maksudnya Uji mau buat--aduh aduh.

"Uji mau buat apa?" tanya Tante Uyun.

"Mainan kaya gini. Boleh, Tante?" Oh, mainan bayi. Yang biasanya digantung diatas trus bisa muter-muter gitu. Yang punya Uji ada bentuk kuda, bulet-bulet besar dan kecil, belah ketupat dan segitiga.

"Boleh. Buat siapa? Buat Uji?"

Uji menyilangkan kedua tangannya. "Tante salah, ini untuk adik Wawa sama adik Nana sama Abah."

"Abah? Kan Abah bukan bayi, Ji."

"Tapi kalo ada Tante Uyun kenapa Abah jadi bayi?"

Waduh.

Tante Uyun cepat-cepat nyari topik lain dan matanya gak sengaja ngeliat satu objek dirumah ini. Objek yang baru ini Tante Uyun lihat dirumah ini karena sepertinya objek yang berupa figura itu baru diletakkan disana.

Anggun.

Satu kata yang ada dibenak Tante Uyun liat foto Umi yang dipajang tergantung didinding rumah. Walau hanya melihat foto dan tak pernah bertemu langsung, Tante Uyun yakin Umi ini perempuan yang keibuan sekali. Rupa wajahnya lembut dan enak dipandang. Pipinya tembam persis Bang Oci. Tante Uyun gak tau apakah Umi memang segemesin itu atau faktor kehamilannya saat foto itu diambil.

Uji ikut ngeliat ke arah pandang Tante Uyun, sebab perempuan yang ada disebelahnya itu terdiam cukup lama. "Tante lagi liat foto Umi ya?"

Tante Uyun senyum. "Iya, Umi cantik banget ya, Ji? Pantes, anaknya ganteng begini." Pipi Uji dijawil sama Tante Uyun. Anak bungsu Abah itu malu-malu.

Ngeliat Uji yang malu-malu, Tante Uyun justru ketawa. "Duh malu-malu Ujinya. Ahahha!" Tante Uyun meluk Uji sebentar. "Yaudah, yuk kita buat mainannya."

Sebelum memulai kegiatannya sama Uji, Tante Uyun ngeliat lagi ke foto lain. Foto Abah sama Umi bareng triplets juga.

SeCaratttTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang