Ayang

1.7K 237 52
                                    

Bangun tidur, Kak Jun dikagetkan dengan kembarannya yang tiba-tiba datang dan meluk dirinya kenceng banget.

Jadi ceritanya Kak Jun baru aja keluar dari kamar mandi dan berniat turun ke bawah buat sarapan. Tapi waktu masih ngaca, Mas Nonu tiba-tiba dateng dan meluk kepala Kak Jun kuat. Mungkin Kak Jun gak heran kalau yang bertingkah kaya gini Bang Oci, tapi masalahnya ini seorang Novin Nugraha.

"Ape sih, Nu? Lo kenapa?"

"Si Dini suka anime juga, Kak!"

"Iye suka, iye! Ini kepala gue tetep mau diajak goyang nih? Kaga kasian sama otak gue?" Kak Jun nunjuk tangan Mas Nonu yang ada di kepalanya.

Tapi Kak Jun ngerasa ada yang aneh sama adik kembarnya ini. "Badan lo panas. Lo sakit ya? Suara lo juga serak, Nu." Kak Jun narik paksa Mas Nonu ke tempat tidur sampe di tempat tidur kembarannya didorong ke belakang sampe Mas Nonu kejengkang.

Kak Jun jalan keluar kamar tapi gak lama balik lagi. Kak Jun narik paksa lagi Mas Nonu buat bangkit dari tempat tidurnya. "Bangun kau, Kerbau! Gue lupa, yang kamar pesakitan itu kamar Oci."

Sama Kak Jun, Mas Nonu diseret ke bawah. Asli, beneran diseret.

"OCI NAKAL! DIMANA ENGKAU?!" teriak Kak Jun.

"DAPUR!"

"SINI!"

Dengan tangan yang basah sampai ke siku serta baju bagian depan yang juga basah, Bang Oci berlari ala naruto ke depan kamarnya. "Apa?"

"Nonu sakit."

"Oh."

"Anak monyet ini. Bukain pintu kamar lo, Ci, ah!"

Bang Oci buka pintu kamarnya dan nyuruh kembarannya masuk. Setelah diliat-liat, mukanya Mas Nonu memang pucat. Kalo Mas Nonu demam gini, yang sekeluarga khawatirin itu penyakit Mas Nonu yang lain ikut kambuh.

Mas Nonu punya penyakin maag yang cukup parah kalau udah kambuh. Belum lagi, alergi yang Umi punya, nurun ke Mas Nonu. Alergi orang jelek akhlak. Enggak deng, Mas Nonu sama Umi sama-sama gak bisa makan kacang tanah. Tapi tetap Umi yang lebih parah. Karena Umi sama sekali gak bisa makan kacang tanah maupun makanan yang dicampur dengan kacang tanah. Sedangkan Mas Nonu masih bisa, asal jangan berlebihan.

Ingat chingu, sesuatu yang berlebihan tyda baik.

Bang Oci menatap Mas Nonu yang baringan di kasurnya curiga, "Waktu gue nyuci piring, ada bekas piring sisa makan pecel. Jangan bilang itu yang makan elu, Nu? Ditempat sampah kamar lo ada sisa kulit kacang, gak mungkin Abah atau Jun yang ribet makan kacang ke kamar lo kan? Gak mungkin Uji, Uji makan kacang sama kulit-kulitnya."

Mas Nonu meringis, dirinya memang cari penyakit. Mau mengelak juga kembarannya mirip intel gak dibayar. "Iya, salah gue."

Kak Jun menghela nafas. Mau ngamuk juga kasihan. "Yaudah, Ci, lo masak bubur. Biar gue nyiapin obatnya diatas."

"Dih, enak di elu dong?!"

"Gue yang nyuci piring, Ci, gue!"

Barulah Bang Oci merasa adil.

Waktu Kak Jun sama Bang Oci keluar kamar, Abah juga baru masuk rumah. Abah abis nganterin Ican sama Uji ke sekolah.

"Pada kaga kuliah?"

"Kaga, udah pinter." Kalian tau ini siapa.

Memilih mengabaikan Bang Oci, Abah nyariin anaknya satu lagi. "Anak Abah yang baik hati mana?"

Baik Kak Jun maupun Bang Oci kompak angkat tangan. Ah, Abah gemes jadinya. Ini abang-abang mau setua apapun, bagi Abah mereka tetep bocil yang gak ada bedanya sama Uji.

SeCaratttTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang