Gula

1.6K 246 87
                                    

Balik dari Toko, Abah langsung pulang ke rumah Tante Uyun. Abah parkirin mobil didepan rumah Tante Uyun dan masuk. Karena udah jadi kebiasaan, setelah ketuk pintu Abah langsung masuk ke dalam. Tapi kali ini ada yang gak biasa.

Abah berdiri kaku didepan pintu dengan tangan yang masih di knop pintu. Didalam ada orang-orang yang baru ini Abah liat, kecuali seorang laki-laki yang dulu pernah nganter Tante Uyun ke rumah.

"Ma, ini Bang Cheol. Dia yang sering aku ceritain ke Mama." Tante Uyun ngomong gini ke perempuan paruh baya yang duduk disebelahnya dan ngebuat Abah harus menahan senyum. Ah, bapak si Uji kesenengan karena diceritain ke calon mertua.

"Bang Cheol ini udah kaya Abang aku sendiri, Ma. Dia sama anak-anak baik banget sama aku." Lanjut Tante Uyun yang ngebuat suara kretek dari hati Abah. Ekspresinya yang tadi gugup campur seneng berubah jadi gugup campur patah hati.

Tante Uyun justru ketawa dan selanjutnya ngejalanin kursi rodanya ke Abah. Tangannya ngegenggam tangan kanan Abah dan naro dipundaknya. "Bercanda." Katanya sambil ketawa.

"Ma, ini Bang Cheol. Laki-laki yang selama ini jagain aku disini. Dia baik banget, Ma. Anak-anaknya juga." Tante Uyun mengulang sesi kenalannya.

Abah senyum ke tiga orang yang ada disana dan berjalan kearah ibu dari Tante Uyun buat salim tangan. "Cheol, Tante."

Mamanya Tante Uyun senyum dan mengangguk. "Ganteng banget ya. Kenapa mau sama Silmi?"

"Ikut kata hati, Tante." Jawab Abah apa adanya.

"Aduh aduh, anak muda. Makasih ya udah jagain Uyun disini. Dia kekeuh banget mau disini aja, gak mau balik ke rumah. Tante kira ada apa gitu kan kenapa anak gadis Tante gak mau balik ke rumah, taunya disini ada yang ganteng."

Kelima orang tadi lanjut mengobrol santai. Santai untuk Tante Uyun dan keluarganya tapi gak santai untuk Abah sih. Abah takut banget dia salah ngomong. Apalagi Tante Uyun sempat cerita kalau Abah pernah cemburu ke si Boby. Makin dugun dugun dah tuh.

Sampe tiba-tiba ucapan salam menjeda obrolan ke limanya dan berfokus pada orang yang menyembulkan kepalanya didepan pintu.

"Eh lagi rame." Kata Mas Nonu sedikit malu. Pasalanya dia tadi ngucapin salam kaya upin ipin.

"Nu, sini dulu." Panggil Abah nyuruh Mas Nonu masuk ke dalam rumah.

"Kenapa, Bah?"

"Salim dulu, Nu. Ini Mamanya Teteh sama Kakaknya Teteh." Tante Uyun yang ngerti alasan Abah manggil Mas Nonu, langsung ngenalin ibu dan kakaknya ke Mas Nonu.

Mas Nonu nurut dan nyalim tiga orang yang baru ini ia jumpai.

"Ini anaknya, Cheol?" tanya Mamanya Tante Uyun.

Abah ngangguk. "Iya, Tan."

"Wihh udah gede ya. Ganteng lagi."

Mas Nonu senyum. "Ehehe, makasih,-"

"Nini. Panggil Nini aja, Nak."

"Makasih, Nini."

"Udah sembuh, Nu? Masih sakit perutnya?" tanya Tante Uyun. Soalnya tadi malem waktu Tante Uyun ke rumah Abah, Mas Nonu udah bisa ngejar Kak Jun keliling komplek.

"Udah, Teh. Udah jadi anak kuat lagi." kata Mas Nonu sambil nunjukin bisepnya.

Dimata Nini Mas Nonu justru gemes. "Aduh gemesnyaaa. Eh, tapi kata Uyun ada yang kecil ya?"

Abah ngangguk. "Yang kecil masih SD, Tan. Adek dimana tadi, Nu?"

"Di Bude, Bah. Eh iya, Nonu kesini mau pamit keluar tadi. Nonu mau ke ATM ya, Bah?" pamit Mas Nonu dan beranjak dari duduknya.

SeCaratttTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang