Prosedur

1.5K 245 66
                                    

Semakin dekat sama hari pernikahan Abah, semakin rempong jugalah persiapannya. Hal ini gak mungkin gak berdampak ke buibu yang ingin ikut peran serta ngebantu Uma dalam segala persiapannya.

"Yun, kamu udah pesen jasa hena?" tanya Mimi yang sibuk nyari kontak jasa henna yang kemarin dipakainya waktu nikahan.

"Udah, Kak."

Sekarang Ibun yang sibuk nyari kontak Teteh-teteh yang jual souvenir nikahan. "Souvenir apa kabar, Yun? Tamu biasa sama tamu VIP sama gak souvenirnya?"

"Udah disiapin juga, Kak. Kata Bang Cheol disamain aja."

"Terus, cincin? 17 carat gak? Kaya album sepentin."

"Iyaa, udah juga, Kak."

Mimi naro hpnya dipaha. "Lah apa yang belum dong?!"

Si Uma ngakak. "Udah semua, Kak By. Udah sepaket sama WO-nya kecuali catering sama pakaian. Sengaja milih paket yang lengkap kemarin sama Bang Cheol. Biar gak ribet. Aku mana bisa kalau bolak-balik, Kak. Takut ngerepotin anak-anak."

"Beda ya, By, kalo nikah sama pengusaha ambal."

Mimi ngangguk setuju. "Suruh Pak Johan jual ambal gih, jadi kompetitor Pak Aspa."

"AH YUN! Ini pasti belom kan?"

Mimi sama Uma kaget liat Ibun yang tiba-tiba teriak. "Apa, Kak?!"

Ibun nunjukin salah satu akun instagram yang ngejual baju tidur. Jangan heran, dia bini Johan. "Belom kan?"

Mimi tiba-tiba nyentuh kening Ibun terus komat-kamit. Habis itu ubun-ubun Ibun dihembus.

"Ahahah! Kak Ruby kenapa sihh?"

"Ngadi-ngadi soalnya, Yun." Bukannya marah, si Ibun justru ketawa kenceng.

"Eh tapi aku bener kan, By? Yang kaya gitu memang harus disiapin. Kamu udah ada nyiapin, Yun?"

Mukanya si Uma merah. "Udah ah, jangan bahas itu. Yang lain aja."

"Dih, merah mukanya, By. Yakin nih aku, Bang Cheol pasti-"

"Udaaah dong, Kak Odyyy!"

Mimi sama Ibun ngakak. Seru juga godain calon manten.

"Mending kasih tau aku, enak dan gak enaknya nikah sama duda kaya raya."

Ibun nulis sesuatu dikertas dan kertasnya dikasih ke Uma. "Sekali konsultasi, tiga juta ya." ternyata yang ditulis si Ibun nomor rekeningnya :)

"Gampang itu mah. Ayo cepet kasih tau."

Mimi ngasih buku dan pulpen yang dipegang Ibun. "Catet, anggap aja kita lagi workshop. Enaknya ya, Yun, waktu kamu nikah, kamu gak perlu nunggu lama-lama buat jadi ibu. Begitu sah langsung dijadi ibu-ibu. Betul, Saudari Ody?"

Ibun ngangguk setuju. "Betul, Saudari Ruby. Jangan nunggu sah, belum jadi Ibu aja kamu udah dipanggil ibu sama anak-anaknya. Betul, Saudari Uyun?"

"Betul."

"Pakai saudari dong, Yun. Ah, kamu gak ngikutin prosedur!" protes bininya Johan.

"Oh iya, ralat. Betul, Saudari Ody."

"Terus, kamu bakal jadi ratu. Maksudnya, anak-anak bakal sayang ke kita kaya mereka sayang sama ibu kandungnya. Anak-anak bisa juga jadi lebih nurut ke kita daripada ke bapaknya. Dan dari situ kita bisa ngarahin anak-anak yang lagi cari jati diri itu ke arah yang baik. Iya kan, Kak?"

"Loh gak pakai saudari lagi?"

"Enggak, udah ganti SOP."

Ibun ngangguk. "Bener sih, Mingyu contohnya. Beuh, kata Ayahnya, dalam seminggu bisa tujuh cewe yang dateng ke rumah beda-beda orang. Ngaku pacar Mingyu semua. Itu yang dateng ke rumah ya, yang dimodusin diluar aku gak tau. Tapi Ruby termasuk. Bener kan?"

SeCaratttTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang