Papi-Mami

1.2K 229 90
                                    

Perjalanan cinta Joshi bisa dibilang lebih mulus dari temen-temennya. Dia gak pake acara jodoh-jodohan kaya Johan atau acara kubur-kuburan ala Aspa-Tia. Dia sama Cathy, ketemu di wartel a.k.a warung telepon.

Jadi dulu baru-baru ke Indo, Joshi kehilangan hp-nya sementara dia mau nelfon Daddynya yang ada di L.A. Selesai nelfon dan ngadu kalau hp-nya ilang, Joshi mau bayar biaya panggilannya.

"Three thousand, Mister." Kata yang jaga wartel. Dia ngira Joshi ini bule asli, padahal si Joshi kalo lancar bahasa Indonesianya.

Nah, waktu ngerogoh saku celananya, tidak ada yang menggembung alias Joshi lupa bawa dompet. "Teh, punten pisan ini mah, saya lupa bawa dompet. Boleh gak saya ambil dulu? Nanti saya balik lagi. Jaminannya ini," Joshi ngelepas sepatunya, "Ini sepatu merk naiki. Di Amerika harganya sembilan puluh dolar. Teteh bisa jual kalo saya gak balik mala mini."

"Halah! Bule kere! Ngakunya punya sepatu harga dolar tapi bayar tiga ribu tidak bisa. Kalau kere mah kere aja, Mister!"

Wah, Joshi yang dari lahir udah nyium bau dolar mana terima dikatain miskin. Dia ngelawan dong. Ancur imej dia sebagai bule kaya kalo begini.

Mereka debat cukup sengit sampe Cathy yang baru mau masuk ke wartel nyamperin. "Saya aja yang bayar punya Masnya, Teh. Berapa?"

Joshi dan penjaga wartel berhenti debat.

"Tiga ribu, Teh."

Cathy ngeluarin enam lembar uang 500 yang gambar orang utang dan dikasih ke Teteh yang jaga wartel. "Maafin temen saya ya, Teh."

Setelah bayarin punya Joshi, Cathy masuk ke salah satu kamar telepon. Joshi yang sadar kalau dia belum bilang makasih, bernisiatif nungguin Cathy didepan wartel. Untung didepan wartel ini ada pot bunga besar yang terbuat dari semen. Joshi jadi bisa nunggu Cathy disitu sambil memasang sepatunya lagi.

Iseng, Joshi ngeraba kantong celananya. Dan gotcha! Ada uang seratus ribu yang terlipat-lipat. Dari bentukannya uang ini udah kena cuci sama setrika.

"Hei!" Joshi langsung berdiri begitu ngeliat Cathy keluar dari wartel.

Cathy yang merasa terpanggil langsung berhenti dan balik badan ke arah Joshi. "Kenapa?"

"Saya... belum bilang makasih tadi. Makasih ya."

Perempuan didepan Joshi itu tersenyum kemudian mengangguk. Dan Joshi berani bersumpah kalau detik itu juga dia mau perempuan itu yang jadi ibu dari anak-anaknya. Senyuman yang menurut Joshi tulus. Apalagi mata Cathy ikut senyum waktu bibirnya senyum.

"Ah yaa, sama-sama."

Cathy nunggu Joshi yang merhatiin tangannya. Dia pikir Joshi mau ngomong lagi tapi udah ditungguin orangnya justru senyum-senyum gak jelas.

"Ada yang salah sama tangan saya?" tanya Cathy pelan dan membolak-balikkan telapan tangannya.

"Oh, enggak! Tadi cuman, eum, mastiin kalau belum ada cincin ditangan kamu hehe." Haha hehe haha hehe, ketularan Aspa kan lo, Jo?

"Eh, berarti gak ada yang marah kan kalau saya ajak kamu makan malam?" sambung Joshi. Ngeliat gelagat Cathy yang sepertinya akan menolak (Ya siapa yang mau diajak makan malam sama orang yang baru dikenal), Joshua langsung menyambung ucapannya. "Jangan salah paham dulu, ini murni sebagai tanda terimakasih saya karena kamu udah nolongin saya tadi. Saya punya duit kok! Cuma tadi keselip aja."

"Bukan gitu, ini udah malem. Orangtua saya bakal nyariin kalau saya pulangnya telat. Mungkin lain kali aja ya?"

"Kalau gitu kita makan malam bareng orangtua kamu aja. Gimana? Kamu bisa pilih, kita bawa mereka ke restoran langsung atau kita pesen dari restoran trus kita bawa ke rumah."

SeCaratttTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang