Kebun Binatang

1.4K 232 23
                                    

Abah sama Uma yang ditinggal anak-anaknya sekolah dan kuliah, pagi-pagi ini mau bertandang ke rumah Barbie. Sesekali Abah senyum ke orang yang nyapa dia sama Uma.

"BAH!" itu Boo yang kebetulan lewat mau pergi ke kampus dengan motor barunya. Itu motor hasil nabung, malakin bapak-bapak dan ibu-ibu, dan gak lupa malakin abang-abangnya. Ingin motor baru? Jadilah seperti Boo.

Boo nepiin motornya didekat Uma sama Abah dan ngelepas helm beserta maskernya, "Duit jajan, Bah."

Abah ngeluarin dompetnya dan ngasih isinya ke buat Boo, "Anak Joshi, anak Johan, anak gue semua minta duit ke gue. Kapan kayanya kalo begini?" Ngedumel tapi duitnya dikasih juga, "Nih, cukup gak?"

Uang lima ratus ribu dimasukin ke saku kemejanya dan tersenyum, "Kurang sih, nanti malam Abah tambahin yak," Boo kembali menengadahkan tangannya pada Uma. "Teh, duit jajan."

Prinsip mereka itu, beda orang beda pemasukan. Bukan ke Abah sama Uma aja, ke yang lain juga gitu.

"Adanya dua puluh ribu ini, Boo. Teteh jarang bawa duit kalo lagi bareng ATM." Yap, Abah adalah ATM yang dimaksud. Duit dua puluh ribu itu tadinya bakal Kak Jun mau ngisi angin ban motornya tapi gak jadi karena Kak Jun nebeng Bang Dika.

"Gapapa, Teh. Rejeki pamali ditolak." Boo ngambil duit yang Uma keluarkan dari saku bajunya. "Boo pamit ya," Boo nyalim Abah sama Uma gantian dan lanjut jalan dengan motor barunya.

Ingin duit 520k dalam waktu singkat? Jadilah seperti Boo.

Setelah Boo pergi, Abah nanya ke Uma, "Kira-kira yang kemarin Joshi bilang, kukasih ke tau ke Johan gak ya? Atau Johannya udah tau?"

"Baiknya gak usah dibilang, Bang. Kita kan gak bisa pastiin Bang Johan udah tau atau belum masalah itu. Takutnya kalau dia belum tau dan malah taunya dari kamu bukan dari Bang Joshi, Bang Johan ngerasa kecewa. Biar gimana pun kalian sahabatan bertiga, kamu yang bilang sama Bang Joshi yang ngomong langsung itu beda." Jelas Uma yang udah tau semua ceritanya. Si Abah ini memang tipe yang cerita tentang apapun ke pasangannya.

"Gitu ya?"

Uma ngangguk, "Saranku ya gitu. Lagian itu masih belum pasti, kita gak tau kedepannya gimana."

"Okei, ikut saran Nyai aja."

Uma nyubit pinggang Abah, "Panggil aku Ibu peri."

"Baik, Ibu Peri."

Abah dan Uma sampai dirumah Barbie. Pagarnya gak kekunci padahal motor Mas Gyu beserta kunci lagi dipanasin dihalaman. Begitu masuk ada dua buntelan lucu yang lagi nonton gosip diruang tengah.

"Umumumu~" ini Nana yang mengangkat tangannya begitu melihat Uma dateng bareng Abah.

Beda dari kembarannya, Wawa lebih excited lagi waktu liat Abah. "BAH! BAH!"

"Aduh gemesnya!" Abah ngangkat Nana dan diletakkan diatas pangkuan Uma. Ngeliat Itu Wawa gak terima, lah kan dia yang nyambut Abah duluan.

Si Wawa gemes kembali memanggil Abah, "BAH!"

Abah justru ketawa dan mengangkat Wawa yang sibuk mengulurkan tangannya. "Jadi anak Abah aja ya, Wa." Seakan ngerti sama omongan Abah, Wawa ngangguk sambil ketawa.

"Eh, Abah sama Teteh Uma," Mas Gyu datang dari tangga dengan menggangtungkan jaket ijonya dibahu dan ditangan kirinya menenteng sepatu.

"Mau jalan, Mas?" tanya Uma.

"Iya, Teh." Mas Gyu naro sepatunya dilantai kemudian duduk lesehan buat Makai sepatu, "Ibuuun, Gyu mau pamitan."

Yang dipanggil Ibun tapi justru yang keluar Ayah dengan celana training dan baju kaos warna abu. "Eh, ada tamu dari kerajaan sebelah. Monggo, duduk."

SeCaratttTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang