Sat Set Sat Set

1.5K 235 49
                                    

Hari ini pelajaran terkahir dikelas Ican adalah pelajaran olahraga. Bocil-bocil itu berada dilapangan bersama dengan seorang guru. Uji sama Ican udah dapat kesempatan nendang bola tadi. Dari sepuluh kesempatan keduanya bisa memasukkan bola ke dalam gawang sebanyak sepuluh kali.

Ya pasti bisalah, latihan keras sama abang-abangnya.

Semua siswa udah, giliran para siswi yang menendang bola ke dalam gawang.

"WONY PASTI BISA!!" mendapat semangat dari Ican, Wony selaku penjaga gawang tersenyum. Tadi secara suka rela Wony mengajukan diri sebagai kipper untuk temen-temennya.

Waktu giliran Aira, Aira bisa nge-gol-in tiga kali dari sepuluh kesempatan. Setelah kesempatan sepuluh, Aira berjalan ke pinggir lapangan. "Bolanya kayanya suka deh sama Wony."Aira ga ngomong sama siapa-siapa. Cuma karena bola yang ditendangnya selalu ketangkap sama Wony, Aira mikir bola itu suka sama Wony.

Dari tadi pagi adiknya Teh Yumna ini udah sensian karena dia sendiri yang gak pakai baju sesuai jadwal. Temen-temennya yang lain pakai baju olahraga tapi Aira pakai baju merah putih.

"Kenapa?"

"Aku tuh kesel, Zidan. Masa bolanya gak mau masuk. Aku udah nendang pakai kaki kiri sama kaki kanan tapi tetep ngga masuk! Wony juga kenapa ditangkap bolanya. Harusnya dibiarin aja masuk." Aira gusar duduk disamping Uji.

Karena cara duduknya rada bar-bar, rok Aira sedikit tersingkap sampai celana pendek yang dipakainya terlihat. Ngeliat itu, Uji megang ujung rok Aira dan membenarkannya lagi

"Oh." Jawabannya terkesan dingin tapi Uji puk-pukin kepala Aira pelan berharap bisa meredakan marahnya Aira.

Disisi lain, Ican masih setiap jadi supporter nnomor #1-nya Wony. Tiga meter dari depan Wony, ada Kuku yang bersiap menendang bola dikesempatan pertamanya. Begitu ditendang, yang maju bukan cuma bola tapi sepatunya Kuku juga maju sampai kena ke bahunya Wony. Bolanya kaga gol, sepatunya yang masuk gawang.

Semuanya kayak berhenti tiba-tiba selain Aira yang masih ngomel ke Uji karena bolanya gak ada yang masuk. Sampai-

"HUWAAA!" anak Tante Nay nangis.

Ican yang awalnya berada dipinggir lapangan langsung berlari ke Wony dan langsung menerapkan ilmu dari Mas Gyu tentang cara menghadapi perempuan yang nangis.

Guru yang ngeliat itu langsung ngebawa Wony ke pinggir lapangan untuk menenangkan Wony menanyai ada yang sakit atau enggak. Wony bilang gak ada yang sakit cuma dia gak mau jadi kiper lagi.

Liat Kuku yang berdiri kikuk dipinggir lapangan, dengan inisiatifnya sendiri Uji berjalan ke arah temennya itu dan berdiri didekat Kuku.

"Kamu mau minta maaf ke Wony?"

Kuku diem tapi air matanya udah berlinang karena merasa bersalah. Sekali kedip aja itu air mata kayanya bakal jatuh.

"Gapapa, kata Abah aku itu namanya gak sengaja. Kamu gak sengaja kan?"

Kali ini Kuku ngangguk berkali-kali.

"Yaudah, sini aku temenin minta maaf ke Wony."

Uji udah melangkah tapi ujung bajunya ditarik sama Kuku. "Nanti Wony marah, Zidan..."

Anak bungsu Abah itu menepuk dada kirinya dua kali. "Tenang, kan ada aku."

Kuku ngikutin Uji dari belakang danbegitu dekat dengan Wony, Kuku berjongkok dihadapan Wony dan langsung mengutarakan kata maaf  karena ketidaksengajaannya.

"Iya, gapapa, Ku. Udah gak sakit kok." Kata Wony dengan tenang biar Kuku gak semakin merasa bersalah. Ya masalahnya ini si Kuku nangisnya lebih histeris dari si Wony sang korban.

SeCaratttTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang