5. Awal yang baru

115 5 6
                                    

Pagi hari di kediaman keluarga Pratama.

Di kamar Meri baru saja selesai mandi rambutnya masih kelihatan basah dan sudah berpakaian lengkap menghampiri ranjang, niat hati ingin membangunkan sang suami tapi Meri ragu-ragu Karena  jantungnya sudah tidak terkontrol berdetak.

Meri mengagumi wajah sang suami yang terlelap dalam tidurnya begitu damai, ganteng, bibir tebal, hidung mancung, rahang tegas.

"Tessss.....".
Satu tetes air menetes dari rambut Meri jatuh tepat ke mata Doni, alhasil Doni langsung membuka matanya.

Betapa kagetnya Doni saat membuka mata melihat wajah Meri sangat dekat dengan wajahnya.

"Dughh......".
Doni refleks bangun dan keningnya terbentur kening Meri.

"Auwwwwww......".
Ucap mereka serempak.
Doni dan Meri mengusap keningnya yang tadi berbenturan.

"Apa yang kamu lakukan? Hahh....". Tanya Doni dengan nada jengkel.

"Ma.... maafkan aku, tadi aku hanya ingin membangunkanmu saja", dengan nada gugup Meri menjawab pertanyaan Doni.

Dengan perasaan yang dongkol Doni bangun dari ranjangnya menuju kamar mandi.

Di kamar mandi Doni bergumam sendiri.
"Astaga jantungku, kenapa bisa begini? Dia kelihatan cantik banget sehabis mandi dengan rambut yang masih basah, tidak bisa di biarkan kalau begini terus aku bisa terkena penyakit jantung".

Meri keluar kamar menuju meja makan di sana sudah ada Ayah Pratama dan Upik yang duduk dengan Ibunya yang masih sibuk menuangkan air minum untuk sang suami.

"Meri, mana suamimu? Ajak sarapan bersama kita", tanya Ibu Siska.

"Mas Doni sedang mandi Bu, nanti setelah selesai mandi pasti menyusul kesini untuk sarapan", sambung Meri.

"Pagi Ayah...pagi Ibu...", Sapa Doni.
Semua orang menoleh ke arah Doni.
Ayah dan Ibu menjawab sapaan Doni secara serempak  "Pagi......".

Mereka makan secara tenang. Selesai makan Ayah Pratama membuka obrolan.

"Nak Doni, kapan rencana kalian pindah ke rumah orangtuamu?".

"Apa Ayah!! pindah....pindah kemana?", Tanya Meri dengan raut wajah yang kaget.

"Sore ini Ayah, Saya berencana mengajak Meri untuk pindah", Sambung Doni.

"Iya nak, kamu akan pindah ke rumah mertuamu ikut dengan suamimu", Ucap Ibu Siska.
"Tapi Bu,...." Ucapan Meri di potong Ibunya.

"Kamu sekarang sudah menikah nak, surga istri ada pada suami. Berbaktilah kepada suamimu".

"Iya Bu...", Jawab Meri dengan nada lesu sambil menundukkan kepalanya.

Sore hari di kamar Meri sedang sibuk memasukkan bajunya ke dalam koper.
Doni duduk di tepi ranjang memperhatikan wajah sang istri yang kelihatan sedih.

Doni duduk di tepi ranjang memperhatikan wajah sang istri yang kelihatan sedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tahu kamu sedih akan meninggalkan orang tuamu tapi kita sudah menikah.

Aku harap kamu menerima pernikahan ini jangan membantahku ikuti semua aturanku", ucap Doni dengan nada tegas.

Meri terdiam menunduk mendengarkan ucapan Doni.

Doni menyeret koper Meri ke arah ruang tamu sedangkan Meri sudah menangis pilu berpamitan kepada kedua orangtuanya dan adiknya.

"Jangan menangis nak, berbahagialah...", Ucap Ibu Siska sambil mengusap air mata Meri.

"Tolong, jaga anakku nak Doni", Pesan Ayah Pratama waktu Doni menyalami tangannya untuk berpamitan.

"Iya Ayah..", Sambung Doni.

"Kakak....." Upik menghampiri sang kakak memeluknya sangat erat.

"Jangan main terus Dek, belajar yang rajin ya..", pesan Meri kepada Upik.

Upik menganggukkan kepalanya dengan sedih.



---–----------


Terimakasih 🙏 sudah mampir ke karya saya terus dukung ya like dan komen.
My Sister
Yome
BFF
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️








Pernikahan Kedua (Meri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang