16. Keseruan di Acara 7bulanan

77 3 5
                                    

Hallo gaess maaf ya baru bisa up lagi ceritanya, Semoga kalian semua masih setia dengan tulisan saya ini.👍

Saat Doni reflek menoleh ke arah Meri dan Ari karena terkejut mengira mereka telah saling kenal sebelumnya.

Meri menautkan kedua alisnya untuk mengingat-ingat siapa pria yang ada di depannya ini.

"Maaf Tuan, apa kita pernah bertemu sebelumnya?", Tanya Meri.

"Oh.... Mungkin Anda sudah lupa Nona, kita bertabrakan di pelataran Cafe xx beberapa bulan yang lalu", jawab Ari.

"Oh iya Tuan, Saya baru ingat sekarang. Maafkan kecerobohan saya pada waktu itu", sesal Meri.

"Tidak apa-apa Nona, oh ia... apakah Nona kehilangan barang waktu kejadian kemarin itu?", Tanya Ari.

"Barang. Ehmm.... Sebenarnya saya kehilangan gantungan kunci", jawab Meri.

"Gantungan kunci Anda ada pada saya lain kali kalau kita bertemu lagi akan saya berikan kepada Anda karena kebetulan gantungan kunci tersebut saya simpan di rumah".

"Terimakasih Tuan, gantungan kunci tersebut sangat berharga bagi saya karena itu hadiah terakhir dari nenekku sebelum beliau meninggal".

Setelah Doni mendengar perbincangan Meri dan Ari selesai akhirnya Doni menggenggam tangan Meri lalu bertanya.

"Ada apa sayang?".

Meri menceritakan semua kejadian pertemuannya dengan Ari, Doni menyimaknya dengan serius.

"Oh Tuan Ari, maafkan atas kecerobohan istri saya ini".

"Tidak apa-apa Tuan Doni,santai saja saya pamit kesana dulu ya mau menemui kenalan saya".

"Iya silahkan!!", Sambung Meri dan Doni serempak.

Ari berlalu pergi meninggalkan Doni dan Meri, saat Ari sudah agak jauh dari tempat Meri dan Doni berdiri Ari bergumam lirih berbalik menatap Meri.

"Semoga kamu selalu bahagia gadis manis, sungguh malang nasibku perasaan yang baru tumbuh untuknya harus aku kubur dalam-dalam sebelum aku sempat mengungkapkannya. Cintaku layu sebelum berkembang, kau sudah bersemayam di hatiku tapi kini semua hancur. Inilah akhir dari cintaku".

Raut wajah Ari mengisyaratkan kesedihan yang mendalam karena setelah sekian lama Ari mampu membuka lagi hatinya untuk wanita lain tapi malah bertepuk sebelah tangan.

Di lain tempat terlihat Upik yang sedang sibuk mencicipi berbagai macam jenis makanan di atas meja.

Ibu menghampirinya untuk menegur Upik karena merasa malu dengan tingkah laku Upik yang mencicipi semua makanan yang ada.

"Upik, sini ikut ibu. Kamu di sini bikin malu saja!".

"Ichh... Ibu apaan seh ini namanya Upik tidak menyia-nyiakan rezeki yang ada, Pumung gratis pula", nyangir Upik sambil melepaskan tangan Ibu dari lengannya.

"Ibu Sisca sini..!!", Panggil Mama.

"Iya Jeng Ani, sebentar", jawab Ibu.

"Hus..... Hus.... Sana Bu di panggil tuh sama besan", usir Upik mengibas-ngibaskan tangannya ke arah Ibu.

"Awas ya kamu!! Ibu kesana dulu jangan malu-maluin". Pesan Ibu kepada Upik.

"Siap bos", jawab Upik sambil memberi hormat kepada Ibu.

Rian baru datang langsung menghampiri Meri dan Doni untuk mengucapkan selamat.

Setelah berbasa-basi mengobrol sana sini Rian tidak sengaja melihat Upik yang berdiri di dekat meja tempat makanan berada.

"Aku kesana dulu ya bro, mau makan", pamit Rian ke Doni sambil mengelus perutnya dan melirik ke arah Upik.

"Ckhh.... Mau makan atau mau pdkt?".
"He... He.. dua-duanya lah bro, do'akan berhasil ya", nyengir Rian lalu berlalu pergi untuk menghampiri Upik.

Upik dengan lahap memakan puding di tangannya begitu Rian yang tepat berada di belakangnya menepuk pundak Upik, Upik reflek berbalik ke belakang dan tidak sengaja menjatuhkan puding yang di tangannya ke arah baju Rian.

Upik dengan lahap memakan puding di tangannya begitu Rian yang tepat berada di belakangnya menepuk pundak Upik, Upik reflek berbalik ke belakang dan tidak sengaja menjatuhkan puding yang di tangannya ke arah baju Rian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma... maafkan saya Tuan. Maaf.. maaf", berkali-kali Upik meminta maaf sambil membungkukkan punggungnya.

"Tidak apa-apa Nona Upik, ini bisa di bersihkan dengan tisu", ucap Rian yang sedang sibuk membersihkan bajunya dengan tisu.

Upik langsung menegakkan badannya menghadap ke arah Rian begitu mendengar namanya di sebut.

"Anda, Tuan Rian?", Tunjuk Upik ke arah Rian.

"Wahhh senengnya kamu masih ingat dengan nama saya", sambung Rian.

"Iya Tuan. Anda kan sahabatnya Mas Doni".

"Tidak usah panggil Tuan kesannya saya kelihatan tua saja, panggil kakak saja ya".

"Oh...iya Tu... Kak Rian", ucap Upik blepotan.

Upik dan Rian sibuk berbincang-bincang akhirnya Rian mendapatkan nomor handphon Upik, begitu senangnya Rian.

"Yes. Akhirnya aku mendapatkan nomornya juga", seru Rian senang dalam hati.

Di area parkiran luar rumah ada seorang gadis centil di kuncir kuda memakai dress selutut berwarna ungu muda yang baru turun dari mobil bersama dengan ke dua orangtuanya.

"Pa, apakah ini rumah teman bisnisnya Papa?", Tanya gadis centil itu.

"Iya sayang, ayo kita masuk", ajak Papa Prayoga.

Mereka bertiga berjalan masuk ke dalam rumah, Papa Suhendra menyambut kedatangan mereka.

"Halo Tuan Prayoga, senang sekali Anda sekeluarga bisa datang di acara kami", Papa Suhendra berjabat tangan dengan Papa Prayoga.

"Iya Tuan Suhendra, saya sengaja menyempatkan datang dengan anak dan istri saya. Perkenalkan ini istri saya Emi dan ini anak saya Santi".

Santi dan Mama Emi bergantian berjabat tangan dengan Papa Suhendra.

"Silahkan nikmati acaranya Tuan Prayoga".

"Iya Tuan Suhendra kita kesana dulu mau menemui Tuan Doni beserta istrinya",  pamit Papa Prayoga.


-----------



Terimakasih 🙏 sudah mampir ke karya saya jangan lupa dukung like dan komen.
My Sister
Yome
BFF
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️






















Pernikahan Kedua (Meri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang