Jong Hoon melirik sikap Ji Eun yang terlihat resah seperti menunggu sesuatu. Ia terus menerus mengecek ponselnya dan berakhir memperlihatkan ekspresi kecewa.
"Ngapain sih diliatin terus? Nungguin chat dia lagi?"
"Jong Hoon apaansih. Jangan ngada-ngada ya kamu,"
"Denger ya kak. Pokoknya aku ga setuju kakak ada hubungan sama itu orang. Amit-amit kalo aku harus jadi adek ipar cowo tengil kaya gitu. Apalagi sodaraan sama si cupu, cih,"
"Jong Hoon stop! Lagian apaansih kamu, sejak kapan jadi sok tau gini. Sekarang kakak yang balik tanya deh, gimana sekolah kamu? Hah? Kasus kemarin apa reaksi papi?" Jong Hoon terdiam menunduk.
Ji Eun menghampiri, berlutut di hadapan Jong Hoong untuk menyamakan tingginya yang tengah duduk di sofa pendek. Ia merapikan rambut yang menutupi dahi sang adik.
"Diapain papi sampe memar gini?" tanya Ji Eun.
"Jawab! Diapain kamu sama dia Hoon?!" Ji Eun marah. Sangat marah.
"Bukan...bukan untuk ini kakak bela-belain pergi dari rumah. Bukan untuk memar-memar ini Hoonie! Brengsek!" ucap Ji Eun kemudian beranjak mengambil koper kosong dari kamarnya dengan penuh emosi.
"Ayo. Kita kemasin barang-barang kamu di neraka itu. Mulai sekarang kamu tinggal sama kakak."
"No- gamau. Aku gamau dia sampe temuin kakak. Aku bisa handle dia. Kakak harus fokus sama kuliah kakak,"
"Kakk..."Jong Hoon menahan kuat-kuat lengan Ji Eun agar ia tidak gegabah seperti sekarang. Tentu lemah hatinya melihat Jong Hoon seperti itu. Terlepas sudah koper yang ia genggam sebelumnya. Ji Eun terduduk di lantai asal, meratapi nasib dia dan adiknya yang malang, harus memiliki ayah seperti monster.
"Setelah kakak lulus, kamu ikut kakak ya Hoon. Kita hidup bahagia bareng, biar gak ada lagi yang mukulin kamu, maksa kamu ini itu...ya?" ucap Ji Eun sembari memegang kedua pipi Jong Hoon yang sudah basah. Jong Hoon memeluk Ji Eun erat, mengangguk.
"Iya. Habis itu aku juga bakal jagain kakak..."
..
Airin yang baru saja kembali ke kamar setelah mengurus administrasi rumah sakit Jungkook merasa haru melihat anak sulungnya tidak beranjak sedikitpun dari sisi Jungkook. Dengan telaten dia mengusap dahi Jungkook sesuai permintaannya agar dia bisa tidur pulas. Airin mendekat lalu tersenyum,
"Udah bobo adeknya bang. Abang sekarang yang istirahat," ucap Airin.
Yoongi menggeleng, "Nanti adeknya kebangun bund. Adek bilang tadi minta diusap terus biar tidurnya nyaman. Biarin, biar adek sampe mimpi indah dulu," jawab Yoongi.
"Yaudah sini, gantian sama bunda. Abang mandi terus istirahat. Pegel tangan abang kalo begini seharian," ucap Airin.
"Bunda bisa?"
"Bisaa abaang..."
"Kaya gini, jangan salah nanti adek bangun," ucap Yoongi sembari menunjukkan Airin caranya. Ia lupa bahwa Airin adalah sesosok ibu yang melahirkan Jungkook, tentu ia tau betul apa yang disukai anaknya.
"Iya abang sayang. Makasih yaa udah ajarin bunda..." ucap Airin.
..
..
..Yoongi mengetuk pintu ruangan Ketua Program Studi atau Kaprodi sebelum ia dipersilahkan masuk.
"Permisi, Bu..."
"Ya, masuk."
"Astaga kamu kemana aja?! Semua dosen mempertanyakan kamu di semester ini. Minggu depan sudah mulai ujian dan kamu- semester ini kamu sudah harus menyiapkan judul proposal kamu. Bagaimana ini, huh? Mau dibiarkan mengulang semester?"
"Maaf bu..."
"Kamu juga suka titip absen kan?? Bayar berapa kamu? Rugi. Semua temenmu gaada yang absenin kamu juga," Yoongi terkejut dan marah, ia benar-benar mempercayai teman dekatnya. Tapi ternyata tidak ada teman tulus di dunia ini.
"Lalu apa? Menurutmu saya harus apa agar menindak kamu secara adil bagi mahasiswa lain?"
"Kalau kecurangan itu saya lanjutkan sampai atas, bisa bisa kamu di drop out."
Yoongi terdiam, karena memang itu salahnya dan ia tidak bisa mengelak lagi. Keadaan buruk itu ternyata belum seberapa hingga...
"Surat peringatan dari pihak Univ. Silahkan dibaca dengan seksama dan segera ambil keputusan."
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Rascal
FanfictionYoongi itu galak, tapi gabisa galakin Jungkook. Udah gitu aja deskripsinya.