"Oke kita mulai. Lo dikasih waktu berapa hari?" tanya Namjoon.
"Dua. Lusa udah mesti dikumpul," jawab Yoongi.
"HAH?! 3 BAB DALAM WAKTU DUA HARI?! Sumpah, lo mau bayar berapapun joki gaada yang sanggup gilak!"
"Ck, jangan gitu dong. Lo katanya mau bantuin gue. Lagian Bab 1 gue udah sempet bikin kok, tinggal rapihin aja. Bab 2 juga gampang kan cuma dari buku, Bab 3 juga cuma deskripsi objek, semua tinggal pindahin kan..."
"Ya masalahnya cari buku dan sumber gak segampang itu, Yoon," jawab Namjoon.
"Ya terus gimana?? Lo jangan putus asa gitu dong. Kalo lo nyerah, gue gimana..."
"Hadehh.... Yaudah langsung ke perpustakaan ayo. Bentar lagi tutup nih," ajak Namjoon yang langsung diiyakan Yoongi.
..
Sementara itu, di tempat yang berbeda, Jungkook yang meringkuk memeluk guling sesekali menyeka air mata yang jatuh ke pipinya. Matanya menatap layar yang menampilkan kolom pesan antara dia dan abangnya disana.
Rasanya ia sangat ingin menyapa, menyuruh Yoongi pulang untuk sekedar memeluknya, tapi ia takut mengganggu.
Ting
Jungkook tersenyum melihat notifikasi yang tiba-tina muncul. Tanpa berpikir panjang ia langsung membukanya.
Rasa khawatirnya agak mereda, tapi ia semakin ingin bertemu.
Tidak lama senyum itu perlahan hilang, terganti dengan ringisan karena sesak yang tiba-tiba menyerangnya. Dengan sisa tenaga yang ada, ia berusaha berdiri dan meraih tabung oksigen yang sudah tersedia di kamar.Setelah alat terpasang, Ia mulai dengan tenang menghiruo udara yang tersalurkan.
"Oke...t-tenang....abang baik- abang baik-baik aja Jungkook...hah....tenang..iya....hahhh...."
..
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Perpustakaan umum di kampus ini akan tutup sekitar satu jam lagi. Yoongi meregangkan ototnya dan sedikit menguap. Keadaan perpustakaan yang sudah agak sepi, membuatnya berfikir akan lebih baik jika meanjutkan semua di rumah Namjoon.
Yoongi mengambil ponsel dan menghubungi Namjoon untuk menjemputnya lagi. Namjoon memang meninggalkannya setelah berhasil menemukan buku-buku yang cocok menjadi sumber untuk penelitian Yoongi, dan akan menjemput kembali setelah sepupunya itu selesai.
"Oke, gue tunggu di dalem ya. Hati-hati lo," ucap Yoongi.
Panggilan diputuskan, lalu Yoongi merapikan semua yang ada di atas meja itu. Beberapa buku ia bawa pulang, sisanya ia kembalikan karena sudah tidak perlu.
Merasa bosan menunggu, Yoongi memilih untuk melihat buku-buku yang lain dan matanya merujuk pada satu rak tentang kedokteran. Sesaat melihat itu, Yoongi langsung terpikirkan Jungkook dan kondisinya. Ia mencari buku yang membahas mengenai sakit yang diderita Jungkook. Yoongi ingin tau apa saja upaya yang bisa ia lakukan untuk membantu proses penyembuhan. Karena menurutnya, Jungkook akhir-akhir ini sudah berbeda. Ia lebih banyak menyerah, tidak tangguh dan keras kepala seperti dulu.
"Hah??"
..
Namjoon sudah tiba di depan pintu perpustakaan. Yoongi berjalan cepag menghampirinya dengan satu buku tebal di tangannya.
Brak
"Woy, kenapa lo? Ketemu hantu mitos kampus di perpus?" tanya Namjoon karena Yoongi tidak datang dengan aura yang bagus.
"Lo kenapa gak ngasih tau gue? Dokter kenapa ga ngasih tau gue kalo ada cara lebih cepat buat sembuhin Jungkook," ucap Yoongi.
"Hah?" Namjoon bingung.
"Joon, gue mau test,"
"Test? Test apaansih ngaco lo. Udah nyerah sama skripsinya? Mau jadi Maba lagi aja? Mau tesg kampus mana lagi lo," tanya Namjoon bingung.
"Test kecocokan sumsum tulang belakang gue sama Jungkook. Dia punya harapan, Joon! Dia punya!"
"Lo serius? Itu juga beresiko buat lo juga,"
"Lo pikir gue masih mikirin diri gue??"
"Iyaiya gue ngerti. Gue tau kok prosedur itu ada. Cuma mungkin dokter mau pakai cara yang biasa dulu buat nurunin resiko,"
"Jungkook gagal nerima kemonya dan itu lebih sakit, Joon,"
"Gi..."
"Cuma ini yang bisa gue lakukan sebagai kakak. Cuma ini," ucap Yoongi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Rascal
FanfictionYoongi itu galak, tapi gabisa galakin Jungkook. Udah gitu aja deskripsinya.