Selamat membaca!!
🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨.
Sudah dua hari ini Kiara benar-benar tidak bisa tidur, kantung matanya sampai terlihat jelas untung saja Lily membantu menutupinya. Jadi tidak ada yang menyadarinya saat sarapan tadi. Namun pikirannya masih saja tidak tenang, dia masih memikirkan voice note yang dikirim Dirga untuknya dua hari lalu.
Dari mana laki-laki itu mendapatkan nomornya? Dan untuk apa ia mengirimkan voice note padanya? Kedua pertanyaan ini selalu berputar-putar di kelapanya semalaman bahkan sampai saat ini. Saat gurunya memberikan selamat pada Kiara, dan teman sekelasnya bertepuk tangan untuknya. Kiara yang tersadar akan lamunannya langsung ikut bertepuk tangan sambil menatap sekelilingnya bingung.
"Selamat ya Kiara!" kata Eva pada Kiara. Sementara yang di beri selamat hanya menautkan kedua alisnya bingung.
"Selamat buat apa?" bisik Kiara. Dia sudah terlalu melamun sampai tidak tahu apa yang terjadi di kelasnya.
"Nilai lo yang tertinggi di ulangan harian kemarin."
"Gue?"
Eva mengangguk, kini Kiara tahu kenapa dirinya menjadi pusat perhatian. Tapi bagaimana bisa? Kiara pun menghampiri Pak Nasir untuk menerima lembar ujiannya. Gadis itu sendiri tidak percaya denga nilai yang tertoreh di sana, 95? Bahkan sebelum masuk web novel dia belum pernah mendapatkan nilai setinggi ini terlebih di pelajaran Matematika. Bagaimana bisa? Oh dia sudah bingung dengan sikap Dirga padanya, sekarang dia juga dibuat bingung dengan nilainya yang tinggi.
"Seperti janji bapak kemarin, yang dapat nilai tertinggi akan bapak kasih nilai tambahan di ujian semester nanti. Sekali lagi selamat Kiara, kalau nilai kamu seperti ini terus di kelas 12 nanti mungkin kamu bisa masuk Brilliant Class"
Kiara tersenyum kikuk pada Pak Nasir, namun hatinya berbanding terbalik. Oh lupakan saja, dia tidak akan sudi memasuki kelas neraka itu!
Pak Nasir pun memanggil Eva yang mendapat nilai tertinggi kedua setelahnya. Kemudian pelajaran pun dimulai sambil Kiara yang merasa bersalah pada Eva. Karena sebagai seseorang yang pernah masuk kelas unggulan biasanya dia mendapat nilai tertinggi di kelas ini. Tapi karena Eva belakangan ini selalu mengajarinya, nilai gadis itu jadi turun. Padahal Kiara sendiri bukan orang yang pintar.
Setelah bel istirahat berbunyi hanya Lena dan Hanny yang pergi ke Kantin. Kiara dan Eva memilih tinggal di kelas, itu juga karena Kiara takut bertemu dengan Dirga di Kantin.
"Eva sorry ya gara-gara lo selalu ngajarin gue nilai lo jadi turun," kata Kiara setelah kelas sudah mulai sepi.
"It's oke Kiara itu cuma nilai, wajar kalau naik atau turun. Gue gak masalah kok," jawab Eva santai. Wajah gadis itu bahkan sama sekali tidak merasa kesal atau frustasi karena nilainya turun.
"Tapi bukannya di kelas lo dulu nilai itu segalanya? Sebagai orang yang pernah masuk kelas yang penuh anak-anak ambis, lo lebih santai dari yang gue kira."
"Ya... mungkin karena itu gue jadi mudah di singkirin sama mereka," ujar Eva sambil tersenyum getir. Ia seperti mengingat kembali bagaimana kelasnya dulu.
Kiara menghadapkan tubuhnya pada Eva. "Persaingan di sana sampai segila itu?"
Eva Mengangguk. "Di sana udah gak ada yang namanya teman, yang ada cuma saingan. Usaha lo di ukur sebatas angka dan peringkat. Gue gak mau masa-masa SMA gue di isi sama belajar dan bersaing aja. Makanya gue milih buat pindah, biar kewarasan gue tatap terjaga. Gak apa-apa deh gak masuk kelas unggulan, karena punya teman kayak lo, Lena, dan Hanny lebih asik dari pada saling adu nilai," paparnya panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRILLIANT SCHOOL (END)
Teen FictionKecelakaan, masuk Rumah Sakit ❎ Kecelakaan, masuk Novel ✅ Itulah yang dialami oleh Kiara. Dia tiba-tiba terjebak dalam Web Novel yang ia baca terakhir kali sebelum dirinya mengalami kecelakaan. Sebagai seorang yatim piatu yang tidak pernah memiliki...