66. A Daddy's Anger

6.4K 735 64
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.

"Jadi kamu menaruh kopi dua pengawal itu obat pencuci perut. Lalu saat mereka ke toilet, dan meninggalkan senjatanya di wastafel kamu menukarnya dengan pistol palsu?" tanya seorang penyidik kepolisian yang duduk di depan Martha. Memastikan lagi rangkuman dari kesaksian wanita itu, selama dia mengintrogasinya.

"Iya," jawab wanita itu singkat.

Dia yang biasanya berpenampilan rapi, elegan, dan selalu memakai barang-barang branded, kini justru terlihat berantakan dengan tangan yang terborgol. Wajah Martha yang tanpa riasan terlihat lusuh, rambutnya pun berantakan karena sehabis bergumul dengan Ivander yang tiba-tiba muncul mencegahnya melakukan penembakan. Dia tidak tahu apa alasan pria itu tiba-tiba muncul dan mencegahnya? Yang jelas karena ulahnya, Martha kini tertangkap lebih cepat dari rencana awalnya. Bahkan dia tidak berhasil membuat Kiara terluka parah atau bahakan kehilangan nyawanya. Itu adalah hal yang dia sesali sekarang.

"Dari mana kamu dapat pistol palsu itu?" tanya penyidik berjaket hitam itu lagi.

Tanpa berniat menyembunyikan sesuatu Martha pun menjawab, "Dari Cakra Pramujaya."

"Kenapa dia memberimu pistol palsu?"

"Karena aku yang minta. Selama di luar negri aku sering diikuti orang asing, jadi pistol palsu itu aku gunakan untuk menakut-nakuti mereka," jawab Martha jujur.

"Kapan itu diberikan?" tanya pria itu lagi.

"Sekitar satu tahun yang lalu."

"Lalu apa alasan kamu menembak Kairav Pramujaya?"

Martha terdiam beberapa detik, lalu sudut bibirnya terangkat sedikit. "Dia memang Keras kepala dan menyebalkan, tapi Kairav bukan targetku. Dia saja yang bodoh dengan melindungi adiknya!"

"Lalu sebenarnya kamu menargetkan siapa?"

Sambil menyeringai dia menjawab, "Kiara. Dia adalah orang yang paling ingin kubunuh! Karena dia aku kehilangan semuanya, nama baik, pekerjaan, dan orang aku cintai!! Semua karenanya, dan semuanya juga berpihak pada gadis sialan itu!!!" jelas Martha menyuarakan kalimat kebenciannya pada Kiara, dengan penuh emosi.

"Apa menurutmu dengan membunuhnya semua yang hilang di hidupmu bisa kembali seperti semula?" tanya sang penyidik.

"Mungkin tidak, tapi setidaknya aku akan lebih lega melihat dia mati seperti Ibunya. Sama halnya saat dia mempermalukanku di depan umum, aku akan sangat senang jika dia kehilangan nyawanya di depan umum!" jawab Martha kembali menggebu-gebu. Matanya dipenuhi dengan kilat amarah setiap dia menceritakan rencananya untuk gadis remaja itu.

"Dan itulah yang kamu lakukan tadi siang, saat semua murid Brilliant School berkumpul di Gymnasium kamu mau membunuh Kiara dengan menembaknya."

"Iya," jawab wanita itu tak mengelak sama sekali.

Sang penyidik lalu sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan, menautkan jari-jarinya di atas meja dan menatap Martha penuh selidik. "Lalu setelah melakukan itu, apa rencanamu selanjutnya? Kamu tahu kan, kalau kamu berhasil mencelakai putri satu-satunya Cakra Pramujaya, dia tidak akan melepaskanmu begitu saja."

Mendengar nama Cakra di sebut raut wajah Martha sedikit melunak. "Iya aku tahu, aku akan menerima hukuman apapun yang Cakra berikan, asal aku bisa membunuh gadis sialan itu!"

"Apa kamu tidak punya rasa penyesalan sedikitpun?"

"Menyesal?" Wanita itu tertawa cukup keras, sampai membuat suaranya menggema di ruang introgasi yang tak begitu luas ini. "Iya aku menyesal tidak langsung menembak kepalanya saja tadi! Sayangnya tembakanku hanya kena lengannya. Kalau saja si sialan Ivander itu tidak mencegahku, aku bisa mengirim gadis itu bertemu dengan Ibunya!"

BRILLIANT SCHOOL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang