37. Dinner with Dirga Family

7.3K 859 127
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨


.

"Mau apa kamu datang kemari? Dasar anak durhaka!" hardik Rustaf begitu melihat Hugo masuk ke kamarnya.

"Tenang dulu Pa!" Meski ia mendapat penolakan dari Papanya, Hugo tetap berjalan mendekat ke arah Rustaf. Pria itu tengah berdiri di dekat jendela, sambil membawa sebuah buku yang sepertinya sudah selesai ia baca.

"Gimana bisa aku tenang?! Polisi udah ngasih surat panggilan untukku, sebentar lagi Papamu ini akan di periksa dan terancam masuk penjara karena ulahmu! Biasa-bisanya kamu melimpahkan semua kesalahan yang kita buat bersama padaku, Papamu sendiri!!" Geram pria itu sambil menunjuk-nunjuk putranya dengan buku yang ia bawa. Dari sorot matanya Hugo bisa tahu kalau Papanya ini tengah marah dan kecewa padanya.

"Aku terpaksa Pa, ngelakuin itu!"

"Terpaksa?! Bilang aja kalau kamu mau lolos dari hukuman sendiri!" balas Rustaf sambil melewati Hugo. Dia menaruh buku yang ia bawa di nakas, sambil tetap membelakangi sang putra.

"Iya aku memang mau lolos dari hukuman, tapi itu agar Dirga gak bisa merebut Brilliant School dari kita! Memang Papa mau semuanya jatuh di tangan Dirga? Anak haram itu gak punya hak buat mewarisi Sekolah, makanya aku harus bersih dari scandal ini biar kedudukanku sebagai cucu kandung Kakek semakin kuat. Karena itulah aku harus melimpahkan semua kesalahan yang udah kita buat, pada Papa," jelas Hugo panjang lebar.

Rustaf kembali berbalik pada Hugo, sambil berkata dengan nada marah, "Tapi apa perlu sampai memfitnahku tentang kebakaran asrama juga?! Padahal itu semua idemu!"

"Kalau aku gak bilang itu rencana Papa juga, Kakek akan cari tahu lebih dalam dan bisa-bisa aku juga kena. Makanya mau gak mau aku harus limpahin semuanya ke Papa. Memang Papa mau anak Papa satu-satunya ini masuk penjara juga, sementara Dirga yang bukan cucu kandung Kakek justru punya peluang buat ambil alih Brilliant School? Ya meski dia masih Sekolah, tapi kita tahu kan bagaimana Kakek sangat menyayangi anak itu."

"Tapi setidaknya kamu kasih tahu Papa dulu sebelum buat rencana! Dan kenapa kamu baru kemari?!" Balas Rustaf lagi.

"Aku baru kemari karena mobil dan kartu kreditku disita Kakek, selama tiga hari ini aku gak bisa kemana-mana kecuali apartemen dan Sekolah! Aku hubungin Papa pun gak diangkat kan? Aku telpon ke rumah juga Papa gak mau terima, dan percuma juga aku hubungi Mama karena dia lagi ada di Turkie."

Rustaf terdiam sebentar, lalu dia berjalan ke tempat tidurnya dan duduk di sana. Dengan pandangan gusar, pria itu menatap foto keluarganya yang di pajang di atas nakas. Dia tidak bisa memikirkan bagaimana reaksi istrinya jika tahu kalau dirinya sudah di pecat. Mungkin dia kan di ceraikan, mengingat wanita itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya melakukan ini semua. Yah istrinya lah yang memberi ide untuk mengkorupsi dana beasiswa para murid, dan karena keserakahannya itu Rustaf sampai menghalalkan segala cara untuk lebih mendapatkan keuntungan.

Hugo yang masih berdiri pun mendekati Papanya dan bersimpuh di depan pria itu. "Pa aku akui aku salah karena gak bilang dulu sama Papa. Setelah berita itu muncul aku langsung panik dan gak sempat kasih tahu Papa, aku minta maaf!" ujarnya menyesal.

"Oke Papa maafin, biar bagaimana pun aku tetap tidak rela kalau anak haram itu mendapatkan Brilliant School. Kamu harus bertahan di sana apapun yang terjadi!"

"Iya Pa!" Jawab Hugo sambil mengangguk patuh.

Rustaf memang sudah kehilangan posisinya di Brilliant School, tapi dia tidak mau kalau anak haram itu mendapatkan apa yang seharusnya di miliki Hugo. Putranyalah yang harus mendapatkan itu semua, bukan Dirga. Itu adalah tekatnya dari dulu sampai sekarang.

BRILLIANT SCHOOL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang