25. Investigation

13.1K 1.6K 237
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.

Hari ini Kiara memutuskan untuk kembali ke Sekolah, dia juga sudah siap memberi kesaksian pada polisi. Meski pada awalnya Cakra tidak menyetujui keputusannya ini, namun Kiara tetap bersikukuh untuk mulai bersekolah lagi. Dia tidak mau semakin menghambat penyelidikan kasus dari jatuhnya Ana.

Pada awalnya Kiara begitu semangat ke Sekolah, tapi setelah memasuki area Sekolah rasa tidak nyaman sudah menyambutnya. Sejak dari parkiran para murid yang berpapasan dengannya selalu menatapnya sambil berbisik. Mungkin karena dia menjadi salah satu saksi dari jatuhnya Ana dua hari lalu. Kejadian itu pasti juga menjadi bahan perbincangan di Brilliant School sendiri selama dia tidak masuk. Apa lagi Kairav sekarang sedang tidak ada di sampingnya, karena sejak mereka datang laki-laki itu sudah panggil Wakil Kepala Sekolah ke Ruang BK. Jujur saja Kiara merasa sangat risih, tidak bisakah mereka pura-pura tidak peduli dengan keberadaannya saja? Mereka membuat Kiara selalu menunduk, sampai tanpa disadari ia sudah berada di depan garis polisi yang terpasang di tempat Ana terjatuh.

Dalam sekejap ingatan tentang kejadian itu kembali muncul, bagaimana Ana terjatuh tepat di depan matanya. Bahkan meski darahnya sudah dibersihkan sekalipun, Kiara masih ingat bagaimana posisi gadis itu tergeletak di sana. Seakan terhipnotis, Kiara menatapnya cukup lama. Rasa takut dan bersalah kembali memenuhi otaknya lagi. Sampai satu tangan asing menutup kedua matanya.

"Jangan dilihat!" suara seorang lelaki yang ia kenal terdengar tepat di belakang telinganya. Kiara langsung menyingkirkan tangan itu dan melihat si pemilik tangan. Benar dugaannya, itu Dirga. Laki-laki itu telihat berbeda dengan topi hitam yang ia kenakan sekarang. Hal yang belum pernah Kiara lihat sebelumnya.

"Dirga?" Laki-laki itu tersenyum tipis, mendengar Kiara yang langsung memanggil namanya tanpa embel-embel 'Kak'.

"Kenapa udah masuk? Udah baikan?"

Kiara hanya mengangguk. "Udah."

"Lo gak perlu sampai maksain diri, kalau masih belum siap."

"Gue udah siap kok, gue gak mau jadi penghalang dan semakin nunda penyelidikan," balas Kiara yakin.

"Lo bukan penghalang, siapapun akan shock kalau lihat orang yang beberapa menit lalu sama kita tiba-tiba jatuh di depan mata. Ini bukan salah lo!"

Perkataan Dirga sama dengan apa yang dikatakan keluarganya. Merasa bersalah terus-menerus pun juga tidak ada gunanya, kini dia harus membantu pihak berwajib untuk mencari penyebab terjatuhnya Kakak Kelasnya itu.

"Kak Luna, gimana keadaannya?" tanya Kiara. Entah kenapa dia ingin mengetahui keadaan gadis itu. Saat kejadian meski Kiara tidak melihat langsung keadaan Luna, tapi dia bisa mendengar tangisan gadis itu saat mengetahui teman sebangkunya telah tiada.

"Kemarin sih dia gak masuk, tapi kata Gibran hari ini dia mulai Sekolah. Mereka kemarin juga sempat di interogasi Polisi, karena Gibran dan Luna jadi orang terakhir yang dihubungi Ana sebelum dia jatuh. Mungkin nanti giliran kita," jelas Dirga.

Kiara hanya meresponnya dengan anggukan setelah mendengar penjelasan laki-laki itu. Lalu dia sedikit tersentak saat Dirga tiba-tiba memakaikan topi padanya.

"Anggap aja topi ini tameng buat halangin tatapan mereka, gue tahu lo risih," kata Dirga sambil merapikan anak rambut yang ada di wajah gadis itu.

Memang benar kata Dirga, topi itu bisa menghalangi pandangannya dari tatapan semua orang. Tapi karena yang memakaikannya laki-laki itu sendiri, maka semuanya justru semakin menatap sinis. Kiara bahkan bisa mendengar para gadis yang menggerutu kesal kepadanya.

BRILLIANT SCHOOL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang