40. Kairav's weirdness

6.9K 816 108
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.

"Wendy Amora? Kayaknya gue pernah denger itu nama," kata Adam terlihat berfikir.

"Dia salah satu cewek yang terlibat di prostitusinya Pak Rustaf. Dan kalau gak salah dia pernah jadi bahan bullyan Odelia karena dia anak angkat," jelas Leon yang langsung di balas oleh Adam.

"Ah iya, gue baru inget! Terus gimana ceritanya lo bisa berantem sama dia?" tanyanya pada Ian yang masih tiduran di sofa. Tapi laki-laki berwajah oriental itu masih enggan untuk menjelaskan, bahkan untuk membuka matanya saja dia malas. Dia hanya bisa menyenggol Gibran yang tengah duduk di pinggiran sofa tempatnya tidur dengan kaki, seakan menyuruhnya untuk menjelaskan.

Laki-laki berotot itu langsung berdecak kesal, tapi meski begitu dia tetap menjelaskannya. "Jadi kita kan ketemu sama ke sebelas cewek yang di jual Pak Rustaf, buat ngasih tahu kalau Bu Martha lagi cari cara buat nolong mereka. Tapi cewek yang namanya Wendy itu malah nuduh kalau kita yang ngasih tahu identitas mereka ke Bu Martha. Tadinya gue sama Dirga juga sempet berdebat sama dia, tapi kita lebih milih bodo amat sama ocehannya. Eh ini anak malah ngeladenin!" jelas Gibran sambil menunjuk Ian di akhir kalimat.

"Habisnya dia seenaknya aja curigain kita yang enggak-enggak, padahal kan kita niatnya baik pengen nolong. Bu Martha juga tahu sendiri dari Pak Hugo, bukan dari kita!" omel Ian masih dengan posisi tidurnya. Ocehan pedas dari gadis itu bahkan masih terngiang di telinganya, sampai ia kembali merasa kesal dan meninju sofa yang ia tiduri beberapa kali.

"Tapi kalau di fikir-fikir wajar sih dia khawatir. Sebagai anak angkat yang udah di di rawat sampai gede, pasti dia gak mau bikin orang tuanya kecewa," ujar Gibran.

"Kalau gak mau orang tuanya kecewa kenapa mau ikut prostitusinya Pak Rustaf?! Aneh itu cewek!" omel Ian sambil merubah posisi tidurnya.

"Jangan gitu, mungkin aja dia punya alasan sendiri kenapa sampai nerima tawarannya Pak Rustaf," ujar Adam berusaha meredam amarah temannya dari jauh.

Tapi sepertinya Dirga punya kecurigaan sendiri tentang gadis itu. Dia yang awalnya fokus pada HP, kini menatap Leon yang ada di depannya. "Tapi bukannya orang tuanya Wendy termasuk mampu? Kenapa dia terima tawarannya Pak Rustaf ya? Meski beasiswanya di cabut kan orang tuanya masih bisa biayain," tanyanya curiga.

"Mungkin Pak Rustaf atau Pak Hugo nawarin sesuatu yang menyangkut soal nilai. Gue denger dia juga terkenal sebagai anak yang ambis banget di kelasnya," tebak Leon.

Dia memang mencari tahu beberapa alasan para perempuan itu menerima tawaran mantan Kepala Sekolahnya. Dan rata-rata mereka melakukan itu karena ingin tetap bersekolah di Brilliant School, atau ingin bisa mendapatkan nilai bagus saat ujian di mata pelajaran yang di ajar Pak Hugo. Mengingat mata pelajaran Fisika termasuk penting untuk kelulusan nanti. Tentu itu adalah tawaran yang menarik bagi anak-anak ambis seperti mereka.

"Tapi masa dia sampai mau ngelakuin itu, cuma gara-gara pengen dapet nilai bagus?" tanya Dirga lagi, dan langsung di jawab oleh Leon.

"Lo tahu sendiri gimana ambis dan kompetitifnya anak BC kalau nyangkut nilai? Mereka bisa ngelakuin apa aja untuk itu. Jadi bisa di bilang ke sebelas cewek itu adalah para anak ambis yang dimanfaatin Pak Rustaf, buat nambah pundi-pundi uangnya."

Adam yang berada di meja yang sama dengan Dirga dan Leon hanya bisa berdecak sambil menggeleng pelan setelah mendengar penjelasan Leon. "Ck...ck...ck Sayang banget mereka gampang tergoda sama yang di tawarin dunia dari pada akherat." Dia lalu bersandar di sandaran tempat duduknya.

BRILLIANT SCHOOL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang