Selamat membaca!!
🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨
."Selalu menyenangkan melakukannya denganmu Sera." Hugo mengelus pipi wanita di depannya itu dengan lembut.
"Dan Selalu menyenangkan saat bersamamu Hugo," balas wanita itu. Hugo lalu menunduk agar bisa mengecup bibirnya singkat.
"Anggap aja sebagai ucapan terima kasih karena udah bocorin rencana Tirta. Seharusnya dia tutup mulut dan hidup bahagia dengan keluarganya saja. Beraninya dia ingin memberikan daftar nama pelangganku pada Salvatore," ujar Hugo dengan nada yang sedikit kesal. Sementara itu Sera mulai mengancingkan kemejanya yang terbuka karena ulah Hugo, lalu dia berdiri dari closet duduk untuk merapikan roknya.
"Tapi apa perlu sampai membakar Asrama? Kamu tahu kan, aku juga tinggal di sana."
"Aku tahu makanya aku nyuruh kamu buat keluar Asrama malam itu. Kalau aja si Indra Nugroho itu gak nolak tawaranku, mungkin aku gak perlu membakar Asrama," gerutu Hugo sambil memakai kembali celana hitamnya. Sera pun keluar dari bilik toilet demi menuju wastafel untuk mencuci tangannya. Dari pantulan cermin dia menatap Hugo yang mulai beralih merapikan kemejanya.
"Tapi aku masih bingung, pihak Sekolah bukannya akan mengeluarkan dana lebih banyak untuk pembangunan ulang? Apa lagi itu cuma untuk menghilangkan daftar nama pelanggan prostitusimu aja," tanya Sera sambil mengeringkan tangannya yang basah.
"Justru itu tujuannya sayang." Sambil tersenyum Hugo menghampiri Sera yang sudah menghadap ke arahnya. "Selain untuk memusnahkan daftar nama itu kita bisa melakukan pembangunan ulang Asrama Guru. Yang artinya Kakek akan mengeluarkan dana lebih banyak dari biasanya, belum lagi uang para donatur yang memberi sumbangan. Saat itu uang akan terkumpul lebih banyak dari biasanya, terus aku dan Papa akan mengambilnya sedikit," jelasnya.
"Sedikit? Aku gak yakin sedikit," timpal Sera yang seakan mengejek dirinya. Tapi Hugo tidak marah, di tidak pernah bisa marah pada Sera. Wanita yang pernah menjadi kekasihnya semasa kuliah ini, selalu membuat Hugo menjadi pria lemah yang akan memberikan apapun untuk Sera. Bahkan setelah informasi yang diberikan wanita itu padanya, Hugo bisa memberikan imbalan apa saja untuknya.
"Kamu yakin gak mau imbalan apa-apa? Misalnya tas, mobil, atau apartemen? Aku rasa itu cukup pantas untuk informasi yang kamu kasih ke aku." ujar Hugo dengan pandang menggoda. Sera sadar jika pria di depannya ini sedang menggodanya, tapi dia memilih untuk berbalik menghadap kaca berusaha menyibukkan diri dengan menata rambutnya.
"Informasi itu aku dapat juga karena kebetulan saja. Aku gak sengaja lihat mereka naik ke lantai 5, dan setelah aku ikuti siapa sangka aku menemukan fakta tentang daftar nama yang di kumpulkan Pak Tirta?" jelas Sera tanpa menatap Hugo, pria itu masih menatapnya melalui pantulan cermin.
"Tapi..." ucap Sera mengambang, lalu dia berbalik sambil memberikan tatapan menggoda. Tangannya merapikan kerah kemeja Hugo yang sedikit kusut, lalu beralih ke dada bidang pria itu. "Apartemen boleh juga, aku jadi gak perlu nginap di tempat temanku. Meski kamarku jadi salah satu tempat yang selamat dari kebakaran itu, tapi siapa yang mau tinggal di bangunan yang pernah kebakaran?"
Hugo menyeringai mendengar ucapan Sera, ini membuatnya memiliki sebuah ide. "Gimana kalau kamu tinggal di apartemenku saja? Kebetulan di tempatku ada kamar kosong."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRILLIANT SCHOOL (END)
Teen FictionKecelakaan, masuk Rumah Sakit ❎ Kecelakaan, masuk Novel ✅ Itulah yang dialami oleh Kiara. Dia tiba-tiba terjebak dalam Web Novel yang ia baca terakhir kali sebelum dirinya mengalami kecelakaan. Sebagai seorang yatim piatu yang tidak pernah memiliki...