Selamat membaca!!
🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨
.Semangkuk Rawon yang masih panas tiba-tiba muncul di depan Adam. Tentu makanan itu tidak muncul begitu saja, karena Hanny lah yang membawanya ke hadapan si Ahli strategi di Salvatore ini. Dan sebagai makanan kesukaannya Adam secara otomatis langsung menatap rawon itu dengan pandangan lapar, meski dia baru saja menghabiskan makan siangnya. Keempat inti Salvatore di tambah Kairav yang semeja dengan Adam pun hanya bisa saling menatap heran.
"Kak Adam maafin gue!" mohon Hanny dengan wajah memelas.
Adam yang awalnya terfokus pada semangkuk rawon pun kini menoleh ke samping kanannya, dan dalam hitungan detik ekspresi laki-laki itu langsung berubah. Tak hanya itu, sikapnya yang selalu bersemangat jika menyangkut tentang makanan asal jawa timur itu kini juga ikut berubah. Dia bahkan mendorong semangkuk rawon di depannya ini menjauh, seakan dia sudah tidak berselera lagi. Lalu dengan ekspresi malas dia menoleh pada Hanny.
"Jadi lo nyogok gue pake ini? Sorry gak mempan!" balas Adam. Dia yang bisa menebak siapa yang memberikan Hanny ide untuk memberikan makanan kesukaannya ini, pun melirik Leon dengan curiga. Tapi laki-laki berambut gondrong itu justru pura-pura tak melihatnya.
"Tumben, biasanya lo gak bakal nolak kalau menyangkut soal rawon, bahkan meski perut lo kenyang sekalipun," sahut Ian, lalu menyedot minumannya.
"Kali ini beda! Gue gak bisa nerima ini, ataupun permintan maaf dari dia!" tegas Adam sambil menunjuk Hanny.
Kairav yang juga berada di meja yang sama dengan para inti Salvatore ini hanya bisa menatap keduanya heran. Dia tidak tahu persoalan apa yang membuat Adam yang biasanya pemaaf dan cinta damai ini, jadi tidak mau memaafkan Hanny yang merupakan kekasih temannya sendiri. Dia lebih memilih untuk fokus pada makanannya tapi dengan telinga yang masih fokus juga mendengarkan.
"Udah lah Dam toh dia juga udah minta maaf. Sampai bawain lo rawon gini," kata Gibran membujuk.
Mendapat pembelaan dari Gibran, Hanny pun mengangguk cepat dan ikut menimpali. "Iya, kan gue juga gak tahu," sahutnya.
"Kalau gak tahu itu tanya Han, bukannya mikir yang enggak-enggak! Bisa-bisanya lo mikir Leon suka sama gue?! Kebanyakan nonton anime lo pasti!" tuduh Adam yang masih tidak terima.
"Enak aja anime yang gue tonton buka anime BL ya!" elak Hanny cepat.
"BL? BL apaan? Badminton Lovers?" tanya Adam tak mengerti.
"Bukan! Pokoknya ini gak ada hubungannya sama gue yang suka nonton anime!"
Setelah Hanny menyelesaikan kalimatnya, suara tawa mulai terdengar dari arah Kairav. Tawanya yang ia tahan kini pecah, sampai-sampai membuat kelima inti Salvatore menatapnya heran. "Emang gimana ceritanya hahaha...pacar lo sampai mikir gitu?" tanyanya pada Leon di sela-sela tawanya yang masih belum berhenti. Sementara Leon yang duduk di sebelahnya hanya mengangkat kedua pundaknya tak acuh sebagai jawaban.
Gibran yang juga penasaran dengan jawaban dari pertanyaan Kairav pun menoleh pada Hanny. Karena Leon sepertinya tidak akan mau menjelaskan. "Iya Han kok lo bisa sih mikir Leon suka sama Adam? Gimana ceritanya?" tanyanya.
"Soalnya, gue pernah lihat mereka lagi pelukan di kamar asramanya Leon. Jadi, gue pikir mereka gey," jelas Hanny dengan wajah polosnya.
Mendengar itu Gibran, Ian dan Dirga pun ikut tertawa dengan kompak, sementara Kairav semakin tidak bisa menghentikan tawanya. Ian bahkan harus berusaha keras untuk menahan tawanya saat melontarkan pertanyaan pada Adam. "Emang bener Dam?" tanya laki-laki berwajah oriental itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRILLIANT SCHOOL (END)
Teen FictionKecelakaan, masuk Rumah Sakit ❎ Kecelakaan, masuk Novel ✅ Itulah yang dialami oleh Kiara. Dia tiba-tiba terjebak dalam Web Novel yang ia baca terakhir kali sebelum dirinya mengalami kecelakaan. Sebagai seorang yatim piatu yang tidak pernah memiliki...