63. Painful Facts

6.3K 760 80
                                    

Selamat membaca!!

🔷________________________🔷
📚__________________📚
🔷____________🔷
🐨

.

"Kamu aku pecat Martha."

Kalimat yang terlontar dari mulut Haris ini sontak membuat Martha yang dari tadi diam menunduk di depan Haris, langsung mendongakkan kepalanya. Sudah dua jam berlalu sejak Konferensi pers yang dilakukan Martha hancur karena ulah Kiara. Dia begitu yakin jika tersebarnya isi chatnya dengan Gretta adalah ulah gadis itu, karena dia juga yang menunjukkan isi chat itu pada Papanya tempo hari. Dan karena isi chat itu juga, dia yang sudah kehilangan brand perhiasannya, kini juga kehilangan posisinya di Brilliant School.

"Tapi Pak Haris bukan saya yang menyebarkan isi chat itu!" ujar Martha.

"Ini bukan tentang siapa yang menyebarkannya Martha, ini tentang benar tidaknya isi chat itu! Aku juga tidak menyangka kalau kamu akan membuat lulusan terbaik Brilliant School diterima di Universitas yang pemiliknya adalah seorang mafia. Bukannya kamu membuat nama baik Brilliant School membaik, kamu malah membuatnya semakin buruk. Sekarang aku tahu, kenapa kamu tidak memberitahu apa rencanamu sebelum konferensi pers dimulai."

Martha kembali terdiam, dia tidak bisa membantah ataupun semakin berbohong pada Haris. Dari dulu aura mengintimidasi dari mantan Kepala Sekolahnya ini, tanpa sadar selalu membuatnya tidak bisa berbohong ataupun menutupi sesuatu. Itulah kenapa dia hanya bisa diam mematung di depan pria tua ini, sementara Haris duduk di kursi kerjanya dengan ekspresi tegas dan kecewa.

"Pemecatanmu akan segera diurus dan selama itu jangan datang ke Sekolah Lagi. Ini demi kebaikanmu dan Brilliant School," pinta Haris. Lalu dia memijat pelan pangkal hudungnya sekedar untuk mengurangi pusing di kepalanya sekarang. "Oh bahkan aku belum menyelesaikan permasalahan Hugo tadi pagi, sekarang aku harus berhadapan dengan masalah baru ini!"

Merasa pembicaraan mereka sudah berakhir Martha memutuskan untuk keluar. Meski dia masih tidak terima dipecat begitu saja, tapi wanita itu memilih untuk menahannya dengan mengepalkan kedua tangannya kuat. "Kalau begitu saya permisi," pamitnya, dan hanya dijawab oleh Haris yang masih memijat pangkal hidungnya dengan anggukan saja.

Setelah mengambil tasnya di sofa, dia kemudian berlalu pergi meninggalkan Ruang Kepala Sekolah. Perginya Martha dari ruangan itu kembali memancing pembicaraan dari para murid, guru, maupun pegawai sekolah yang masih ada di area Sekolah. Dan saat mereka masih menebak-nebak bagaimana nasib wanita itu sekarang, Martha memilih untuk mempercepat jalannya menuju mobil miliknya. Tak butuh waktu lama baginya untuk sampai di mobil berwarna putih itu dan pergi dari Brilliant School, tempat di mana dia sudah tidak memiliki wewenang apapun lagi mulai hari ini.

Kembali mengingat itu entah kenapa membuat darahnya mendidih. Tangannya tanpa sadar memegang kemudi dengan begitu kuat, sama kuatnya dengan pedal gas yang dia injak, sampai-sampai mobil seharga 8 milyar itu melaju dengan sangat kencang. Berkali-kali dia menyalip mobil yang ada di depannya dengan lihai, berkali-kali pula sumpah serapah dari pengemudi lain terlontar untuknya. Tapi Martha tidak memedulikan itu, pikirannya terlalu kalut hanya untuk memikirkan umpatan dari pengemudi lain yang bahkan tidak ia kenal.

Martha yang terlalu terbawa emosi ini kembali ingin menyalip mobil di depannya lagi, tapi sebuah truk yang berlawanan arah justru hampir saja menabraknya. Beruntung dia masih sempat menghindar, tapi kejadian yang begitu cepat itu berhasil membuat tangannya gemetar ketakutan. Karenanya wanita itu memilih untuk menepi di pinggir jalan, untuk menenangkan diri selama beberapa saat. Tapi bukannya tenang, dia justru kembali mengingat apa yang diperbuat Kiara di konferensi pers tadi siang.

BRILLIANT SCHOOL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang