BAB 25

473 67 1
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Lingga menatap aneh ke arah Ranti yang mulai banyak diam seperti dulu. Biasanya Ranti akan banyak bicara namun kali ini ia malah kembali dengan kegiatannya membaca novel hingga larut malam.

"Sayang.. Ranti kenapa?? Kok mulai baca novel lagi.." tanya Lingga yang sedang mengendong Ayra.

"Memangnya kenapa sih mas.. itu kan memang hobinya Ranti, baca novel.. kok masnya keliatan aneh.." jawab Kania yang sedang menyetrika pakaian.

"Bukan gitu sayang... waktu Ranti pulang tadi dia keliatan murung loh.. mas curiga kalau Ranti lagi ada masalah.." ujar Lingga.

"Iya juga ya mas.. waktu Ranti pulang tadi dia gak sebahagia kayak yang sebelumnya.. wajahnya murung, aku fikir karena kecapean aja.. nanti deh mas beres nyetrika baju Ayra.. aku tanyain Ranti ya.." jawab Kania.

Awalnya Lingga merasa lega melihat adiknya yang sudah mulai terlihat bahagia dengan kehidupannya. Jika nantinya adiknya kembali terlihat lebih banyak diam seperti dulu. Tentunya ia akan merasa sangat sedih dan terluka.

"Ran.. mas harap kamu cuma lagi pengen baca novel kesukaanmu aja.. mas harap senyuman di wajahmu tidak hilang lagi ya Ran.. mas seneng kamu yang sekarang, yang banyak senyum, yang banyak tertawa.. kamu seperti itu terlihat hidup Ran.." gumam Lingga di dalam hatinya.

Ranti masih fokus membaca novelnya hingga ia tidak menyadari sejak tadi ponselnya terus berdering. Nama Pak Arga muncul terus-menerus di layar ponselnya.

"Apa Ranti udah tidur .." gumam pak Arga sambil rebahan di ranjang tidurnya.

Menatap langit-langit kamarnya sambil memikirkan apa yang dikatakan oleh Rini. Memikirkan dirinya yang memang sangat jauh berbeda dengan Ranti. Ia hanya pria biasa bahkan ia hanya seorang guru taman kanak-kanak. Jelas tidak sebanding dengan Ranti yang berasal dari keluarga kaya raya.

Tok..tok..tok..
Pak Arga langsung kaget mendengar pintu kamarnya yang di ketuk dari luar. Lamunannya pun langsung buyar ia beranjak dari ranjangnya dan langsung membuka pintu.

"Eh.. mama..ada apa ma?" Tanya pak Arga.

Mila sudah berdiri di depan pintu sambil menunjukkan kerutan keningnya. Pak Arga pun menatap heran ke arah mamanya itu.

"Ada apa sih ma.. kok cemberut begitu.. nanti kerutan di wajah mama semakin kelihatan loh.." ujar pak Arga lagi.

"Mama mau bicara.." jawab bu Mila sambil beranjak masuk ke dalam kamar putranya.

Pak Arga sudah tau dengan pasti apa yang ingin dibicarakan oleh mamanya. Pasti itu semua tentang Rini yang mendadak datang kerumah.

"Mama mau bicara apa sama Arga.. mama gak ngantuk? Ini uda malam loh ma.." ujar pak Arga.

"Kamu gak lihat mata mama masih segar..duduk disini.. mama mau bicara.. jangan pake alasan apa-apa lagi Arga.." jawab Bu Mila.

Mendengar omelan mamanya pak Arga langsung duduk di sebalah mamanya. Ia siap-siap pasang telinga untuk mendengar omelan mamanya.
Namun pak Arga tiba-tiba kaget saat mamanya malah mengusap kepalanya dengan lembut. Meski terlihat kesulitan karena perbedaan tinggi tubuhnya dengan mamanya terlihat begitu jauh.

"Kamu makin tinggi aja.. mama jadi kesulitan mau ngelus kepala anak mama ini.." ujar Bu Mila.

"Mama sih yang kelewatan pendek makanya kesulitan.." jawab pak Arga mengejek mamanya sambil merendahkan kepalanya agar mamanya tidak kesulitan.

"Kamu ini yaa.. mentang-mentang kamu tinggi seperti papamu.. malah ngatain mama pendek.." ujar Bu Mila.

"Arga kan becanda loh ma.. masa gitu aja mama ngambek.. jadi mama mau ngomong apa sih sebenernya.. Arga fikir mama mau ngomel-ngomel gak jelas.." jawab pak Arga.

WITH LOVE I FOUND YOU[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang