BAB 45

546 62 16
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Setelah menempuh perjalanan hingga beberapa jam, akhirnya mereka sampai di desa kelahiran bunda Asih. Seorang wanita paruh baya terlihat menyambut kedatangan mereka. Ranti berfikir mungkin itu adalah ibu dari bunda Asih yang menunggu kedatangan mereka.

"Ayookk saya gendong.." ujar pak Arga yang sudah berdiri tepat di sampingnya Ranti.

Ranti benar-benar merasa kesal dengan dirinya sendiri. Dan untuk pertama kalinya ia merasa tidak berguna karena kakinya yang lumpuh seperti itu. Seharunya ia bisa berjalan sendiri dan tidak merepotkan orang lain. Apalagi harus terus di gendong oleh pak Arga.

"Akhirnya kamu pulang nduk.. ibuk kangen.." ujar mbah Marsih ibunya bunda Asih.

"Maaf ya buk.. putrimu ini baru bisa pulang sekarang.. ibuk tau kan Asih harus jaga anak-anak di panti.. ibuk juga kenapa gak ikut Asih aja ke panti.. berkali-kali Asih ajak ibuk tapi ibuk tetep gak mau.." jawab bunda Asih sambil menggenggam kedua jemari ibunya dengan erat dan penuh kerinduan.

"Alah.. buat apa ibuk ikut kamu kesana.. rumah bapakmu ini mau di kemana kan, ibuk gak tega ninggalin rumah peninggalan bapakmu.. gapapa ibuk disini sendiri.. kebun juga nanti gak ada yang urus.." ujar Mbah Marsih yang masih kekeuh dan masih ingin tinggal dirumah peninggalan suaminya itu.

Ayah bunda Asih meninggal beberapa tahun yang lalu. Bunda Asih hanyalah satu-satunya anak yang dimiliki oleh mbah Marsih. Namun mereka harus terpisah dengan putri satu-satunya. Karena bunda Asih memilih untuk mengikuti hatinya yang ingin menjadi ibu asuh anak-anak di panti asuhan. Mbah Marsih tidak bisa melarangnya karena ia tau kalau putrinya memilih jalan yang baik dengan mengasuh anak-anak yang kurang beruntung.

"Lohh ini siapa nduk.. biasanya kamu datang kesini sama anak-anak aja.. ini ada orang baru? Suami istri?" Tanya mbah Marsih yang penasaran dengan keberadaannya Pak Arga dan Ranti.

Tidak mengherankan jika mbah Marsih bertanya-tanya karena memang ini adalah kali pertama mereka berdua datang ke kampung halamannya bunda Asih. Ranti sedikit tidak nyaman mendengar mbah Marsih menebak-nebak status hubungan yang ia miliki dengan pak Arga. Namun melihat ekspresi yang di tunjukkan oleh pak Arga mengisyaratkan kalau ia senang mendengar mbah Marsih mengatakan kalau mereka adalah sepasang suami istri.

"Ini namanya Ranti buk dan yang ini namanya mas Arga.. mereka tinggal di panti juga buk tapi belum jadi suami istri.." ujar Bunda Asih menjelaskan status yang sebenarnya antara pak Arga dan Ranti.

"Ahh.. moso belum jadi suami istri.. cocok sekali mereka.. wajahnya mirip.. yang satu cantik dan yang satu ganteng.. kenapa kok belum menikah.." jawab mbah Marsih yang seakan-akan tidak percaya kalau Ranti dan pak Arga bukanlah sepasang suami istri.

"Hahahaha ya di doain aja buk.. mana tau mereka jodoh.." ujar bunda Asih.

Ranti hanya bisa tersenyum kikuk saat mendengar seluruh perkataannya mbah Marsih. Mungkin ia akan merasa senang jika posisinya ia dan pak Arga masih dalam hubungan sepasang kekasih. Namun status mereka saat ini hanyalah mantan yang saling bertemu kembali.

"Sudah..sudah.. ayokk pada masuk semua.. kalian pasti capek dan butuh istirahat.." ujar Mbah Marsih.

Semua orang langsung berjalan masuk ke dalam rumah. Beruntungnya rumah mbah Marsih cukuplah besar, dapat menampung semuanya meski nantinya mereka pasti akan ada yang tidur tidak didalam kamar.

Pak Arga ingin mendorong kursi rodanya Ranti. Namun Ranti malah menolak dan ingin mengayuh sendiri kursi rodanya. Konyolnya rodanya malah tersangkut batu membuat Ranti kesulitan untuk menarik rodanya.

"Ini kenapa sih kok pake nyangkut segala.. kenapa gak ada yang beres.. kenapa musti nyusahin orang mulu.. " gumam Ranti yang mulai kesal dengan keadaannya.

WITH LOVE I FOUND YOU[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang