Sang rinai sudah mereda, dan Risa yang dari tadi meneduh di bawah pohon beringin di dekat gerbang sekolah dengan masih menggenggam payung yang berwarna hitam di tangan kanannya.
Seraya menunggu teman-temannya datang, ia meneduh dan memandang barisan bebek dan beserta induknya yang melaluinya. Pandangnya lamat, Risa menatap beberapa anak bebek yang mengikuti sang ibu yang berjalan memasuki sebuah Danau yang ada di dalam sekolah.
Melalui pemandangan tersebut, Risa merenung akan yang ia lihat sekarang. Risa merasa jauh lebih baik beberapa pekan di sekolah ini. Gadis itu merasa sedikit terjaga ketika ia berkumpul dengan Ayu dan beserta beberapa teman, ia merasa bersyukur ketika harinya sudah sedikit cerah karena banyak dari mereka yang peduli dengan keadaannya diluar dari dugaan di pikirannya.
Sesekali ia menengadah ke arah langit yang kembali mencerah dan menampakan beberapa spektrum warna yang tersusun rapi—yaitu pelangi indah nan memanjakan pandang. Risa tersenyum setiap kali ia melihat pelangi di atas langit, bagai pelangi selalu menghiburnya dikala sedih.
Risa menyukai pelangi dari kecil karena menganggap dia selalu membawa penghiburan setelah badai menerpa di bumi. Ditambah lagi bagi gadis itu, pelangi selalu membawa kebahagiaan tersendiri—karena tak ada yang bisa menghibur hatinya selain pelangi dan kedua orang tuanya.
Gadis itu dengan pelan mengucap syukur karena masih bisa menikmati pelangi seorang diri tanpa ada yang menemani, bahkan pohon beringin menjadi saksi keindahan yang ditampakkan kepada Risa saat ini.
Lalu ketika ia melihat atas, ia merasakan firasat ada yang mendekatinya. Ia pun bersegera melihat ke sekitarnya, lalu tak lama ia melihat Dewi dan Ayu mendekat kepada Risa, Risa terpukau dengan pakaian yang dikenakan oleh mereka berdua. Sangat terlihat bagus, bahkan tak mengira mereka berdua tampak seperti pragawati yang mengenakan busana dengan merek ternama.
Risa pun tak mempermasalahkan busana yang mereka kenakan, hanya saja ia tampak pangling melihat mereka yang begitu cantik.
Hai Dewi, hai Ayu! Kalian tampak cantik sekali! Puji Risa dengan penuturan bahasa isyarat, Ayu pun terkekeh dan membalas,
Tidak, aku hanya mengenakan pakaian sederhana saja. Balas Ayu dengan terkekeh, sedangkan Dewi pun melambaikan tangan untuk memberikan sapa kepada Risa, Dewi yang turut ikut melihat langit pun tersenyum dan merogohkan gawainya untuk mengabadikan pelangi yang sedap dipandang oleh mereka.
"Dew, kamu sampai motret segala, memang untuk siapa?" tanya Ayu dengan merangkul Risa dan Dewi yang tengah fokus memotret dengan kamera gawai yang berkualitas bagus. Dewi pun masih memfokuskan diri untuk mendapatkan hasil foto yang sempurna, dalam fokusnya ia berkata dengan memainkan resolusi kamera gawainya.
"Untuk Ibuku, Yu, beliau menyukai pelangi," jawab Dewi yang membalas pertanyaan Ayu dengan jelas dan singkat. Risa yang tak tahu apa yang mereka katakan, namun gadis itu melihat pelupuk mata Dewi menjadi tampak sedikit berubah—menjadi lemas dan terlihat ada sesuatu yang disembunyikan oleh diri Dewi.
Risa tahu, itu bukan perkaranya. Terlebih lagi, ia sangat sungkan untuk menanyakan hal yang Dewi alami secara mendadak.
Lebih baik aku tanyakan nanti, menunggu waktu yang pas. dalam hati Risa. dan mereka sungguh beruntung, beberapa teman lainnya seperti Ahmad dan Sansan memanaiki motor masing-masing yang disusul Brian yang memakai mobil serta Hadi yang tak disangka, ia membawa motor sport yang berwarna hitam.
Risa yang tak menduga bahwa Brian dan Hadi sangat terlihat sangat tampan walau gaya berpakaian mereka sangat berbeda satu sama lain. Brian yang terlihat lebih kasual dan perpaduan warna lembut dan memakai celana jeans yang berwarna pudar. Sedangkan Hadi yang berpakaian dengan di dominasi warna gelap—mulai dari celana jeans berwarna gelap serta diberikan aksen robek bagian lututnya, T-shirt berwarna hitam dan jaket kulit yang berwarna hitam seperti tampak rock and roll dan jauh lebih manly daripada Brian yang terlihat sangat kasual.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT TERBUKA DARI YANG TERBUNGKAM [✅]
RandomKepada Yth: Siapa pun membaca surat ini. Ia tak bersuara bukan berarti bisa kau semena-menakan, Ia tak mendengar bukan berarti dengan mudahnya kau hina. Ia terdiam bisa jadi mengingat semua perbuatan kejimu, Dan membalas semua perbuatanmu dalam d...