Beberapa jam berlalu, ketika mereka memutuskan untuk kembali pulang, mereka mengantarkan Risa terlebih dahulu. Selama perjalanan berlangsung, Ahmad dan Sansan memilih untuk ke rumah Hadi. Sementara Brian, Ayu dan Dewi mengantarkan Risa terlebih dahulu.
Tepat dalam kediaman Hadi, Ahmad dan Sansan kini telah sampai di depan rumah Hadi yang tampak besar dan megah, dengan pahatan beberapa pilar rumah yang terukir indah, ia melihat Hadi dengan kebetulan juga baru saja sampai dan hendak memasukan motor yang dia gunakan tadi siang. Ahmad melihat gelagat pria itu yang tampak kesal dan ia menendangkan kerikil di depannya—sudah terlihat jelas bahwa Hadi sangat marah dengan keadaan yang ia alami.
Ahmad yang tak ingin membuat prasangka buruk, ia dengan cepat menelepon Hadi dengan tanpa basa-basi, sempat dicegat oleh Sansan untuk memberi batasan dan perihal kini sudah malam, dan melanjutkan esok hari, tapi Ahmad tetaplah Ahmad. Dia tak menyukai hal-hal yang menggantung tanpa ada kejelasan secara langsung, hingga dia selalu mendesak siapa pun untuk memberikan jawaban pasti.
Dari kejauhan, Ahmad melihat Hadi yang mematikan teleponnya, dan melemparkan teleponnya dengan kencang—dengan sangat frustasi, ia mengacak-acak rambutnya dan menonjokkan tangannya ke tembok berkali-kali, hingga tangannya kini sudah tampak berdaran dan penuh luka-luka.
Ahmad yang kejauhan melihat dari celah pagar yang terlihat perilaku Hadi yang sangat frustasi, dia pun memencet bel rumah yang cukup membuat Hadi terperanjat dari tempat ia berdiri.
Hadi pun datang dengan wajah yang sudah benar-benar tampak kacau, "Siapa sih malam-mala—eh, kalian? Kenapa datang malam-malam begini di rumah gue?" tanya Hadi dengan keheranan dan mencoba terlihat memalsukan diri untuk terlihat baik-baik saja.
"Di, kita mau ngobrol sama lo," ungkap Sansan dengan terus terang dan membawa satu plastik makanan kepadanya.
"Tapi udah malam, besok saja ya—" putus Hadi yang hendak menutup pintu, namun pintu itu diganjal oleh kaki Ahmad
"Gue maksa, buat pertemanan kita, please sekali aja, gue mohon," pinta Ahmad dengan memohon-mohon untuk diberikan kesempatan untuk Hadi mengklarifikasi masalah yang ia alami.
"Hmm... baiklah, gue terima," ucap Hadi yang setengah hati menerima kehadiran mereka, dan beberapa detik kemudian, Mobil Brian datang, Ayu, dan Dewi datang di saat yang tepat. Brian pun yang memarkirkan mobil dengan sembarang, dengan terburu-buru ia keluar dari mobil dan penuh amarah, ia melayangkan tinju ke wajah Hadi dengan amarah yang membakar jiwanya.
"Bangs*t! lo pengkhianat!!" sekali lagi Brian melayangkan tinju dengan sangat kencang, dan beberapa temannya menahan tubuh Brian yang kini meronta-ronta untuk dilepaskan dan dia wajah Brian sangat jelas murka sekali dengan perlakuan Hadi yang mengkhianati janjinya sendiri perihal Risa.
Hadi yang menyeka luka akibat pukulan yang dilayangkan oleh Brian pun tampak tak terima dan ingin hendak membalas perlakuan Brian yang tak mengerti apa-apa atas dirinya hari ini. Ahmad pun menahan pukulan Hadi dengan kencang, begitu juga dengan Brian yang ditahan oleh Sansan, diikuti oleh Ayu dan juga Dewi yang melerai pertengkaran terjadi pada kedua pria yang sedang berkonflik.
"Tenanglah kalian!!" seru Dewi yang berusaha mendamaikan suasana.
"Lo enggak tahu apa-apa, Bri! Jangan asal pukul gue!!" geram Hadi dengan masih mencoba bangkit dari tempat ia tersungkur karena pukulan yang sangat kencang, dengan mengatur napas, Ahmad pun masih menghalangi tubuh Hadi yang ia tahu pasti akan adu jotos di antara mereka yang meninggalkan luka dan lebam di tubuh mereka masing-masing.
"Terus apa, hah?! Lo nyium Nanda yang dulu lo janji ke gue kalau lo mau jaga perasaan Risa, dasar bedebah keparat!" umpat Brian dengan sumpah serampah yang dikeluarkan dari mulutnya, Hadi pun yang tak terima difitnah, tubuhnya memaksa Ahmad untuk mencoba memberi pukulan telak pada Brian.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT TERBUKA DARI YANG TERBUNGKAM [✅]
DiversosKepada Yth: Siapa pun membaca surat ini. Ia tak bersuara bukan berarti bisa kau semena-menakan, Ia tak mendengar bukan berarti dengan mudahnya kau hina. Ia terdiam bisa jadi mengingat semua perbuatan kejimu, Dan membalas semua perbuatanmu dalam d...