REKAMAN 6: PERGOLAKKAN BATIN

26 13 0
                                    

Dengan kondisi emosi Risa yang masih trauma, menyebabkan seluruh badannya sakit. Sudah hari kedua ia mengalami demam yang cukup tinggi hingga menyesakkan pernapasannya. Matanya yang masih berbayang dan kepala Risa terasa berat hingga ia merasa ingin meletakkan kepala karena terlalu sakit yang ia rasa, tak hanya pusing akibat sakit—namun pikiran-pikiran kalut yang membuat dirinya tersiksa.

Risa harus enyah,

Risa anak miskin, enggak boleh minta fasilitas lebih,

Risa sok cantik, padahal budeg, gagu pula,

Risa kalau bodoh ya bodoh aja,

Risa tak pantas bersekolah disini!

Dan perkataan-perkataan itu yang ada di bukunya selalu membuatnya terngiang. Walau raganya kini masih sakit, hinaan serta cercaan masih membekas dalam batin gadis yang masih terkapar di atas ranjangnya.

Ia memandangi langit-langit kamar sambil berimajinasi mereka—tentu para perundung itu seperti primata—ah tidak, lebih tepatnya simpanse yang berisik ketika sedang kelaparan, hendak beringas kepada orang yang tak diketahui, bahkan dengan agresif merebut tas manusia untuk mencari makanan di hutan liar.

Sepekan saja sudah terasa seperti neraka, apa lagi beberapa bulan selanjutnya? Tak mungkin ia meminta dirinya dengan merengek dan menuntut pada kedua orang tuanya untuk dikembalikan ke sekolah luar biasa yang dulu ia pernah singgahi. Ditambah lagi, ia tak mungkin keluar dari sekolah dengan waktu yang super singkat—yakni selama sepekan yang ia jalani. Memang, hidup takkan mudah bagi siapa pun yang menjalaninya begitu juga Risa dalam menghadapi realitanya.

Semenjak perundungan itu, Risa belajar jika memang di dunia ini sangatlah menyebalkan, semua orang memiliki ego satu sama lain, tapi dirinya pun juga tertanya pada Takdir.

Mengapa manusia diciptakan dengan perasaan egois dan penuh rasa congkak serta menginjak yang lemah? Apakah orang lemah harus di diperlakukan demikian untuk para penguasa? Apakah orang lemah harus mengubah hati untuk menjadi pendendam agar mereka terdiam karena pertumpah darahan terjadi oleh tangan-tangan mereka yang jahat?

Semoga saja, Tuhan bisa menjawab pertanyaanku. Dalam benak Risa.

Di balik cahaya yang menyergap pandangannya, ia hanya bisa memandangi secercah cahaya menyilaukan sambil memikirkan apa yang harus diperbuat. Keinginan melanjutkan hidup dirinya juga segan untuk dijalani, sebab tak ada yang mengetahui keinginannya saat ini termasuk diri Risa sendiri.

               Rasa bosan                 Malas             
Pikiran                      Buntu               

Rasa marah
                                       Rasa kecewa             
Putus asa           Risau                  Kalut.

    Bahkan, kalian pun melihat isi pikirannya yang sudah terlalu kusut.

Risa pun menggelengkan kepala, dan mencoba bankit dari ranjang yang ia tiduri beberapa jam yang lalu. Tanpa terasa, ia telah menghabiskan beberapa jam untuk tidur dan bermain-main dengan pikiran yang memusingkan. Ia hendak membuka pintu kamarnya dan berjalan menuju ruang makan, ketika ia melihat kalender, ia teringat hari ini hari rabu. Hari favorit bagi Risa karena ia menyukai mata pelajaran seni budaya.

Tapi tak disangka, ketika ia berjalan menuju arah ruang makan. Ia melihat banyak kiriman yang tertuju untuk dirinya. Baik keranjang yang berisikan berbagai macam buah dan cemilan yang bertengger di atas meja makannya.

Buah-buah itu terlihat sangat segar, bahkan ada beberapa buah yang ia belum pernah coba selama ia hidup. Namun ia pernah melihatnya di buku bergambar saat ia bersekolah di sekolah luar biasa, beberapa tahun yang lalu.

SURAT TERBUKA DARI YANG TERBUNGKAM [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang