Teruntuk engkau yang kukasihi dan tak bisa menggapaimu,
Dariku, pria yang menyukaimu.
Risaku sayang,
Terima kasih engkau telah memaafkanku
Dan telah membuka hatimu yang dengan terbuka
Untuk menerimaku lagi dalam hidupmu,
Aku memahami mengapa engkau begitu kesal padaku,
Kuakui aku telah terjerat pada kelakuan manusia culas,
Maafkanlah aku.
Kuharap engkau bisa menerima permintaan maafku.
Meski aku dan engkau bisa berhubungan kembali,
Ada perasaan bersalah yang kualami.
Aku ingin menebus kesalahan itu,
Dengan pembuktian bahwa aku mencintaimu.
***
Dilema hati yang menyelimuti Risa, antara realita dan perasaan saling tertolak—prinsip hidup mengajarkan ia harus berjuang dari awal untuk memperjuangkan haknya, sementara ia nyaris terlena dalam kehidupan sekolahnya yang bisa membuatnya lupa sewaktu-waktu akan tujuannya di sekolah SMA Angkasa.
Ia mengerti, memang dunia ini sangat keras bagi dirinya yang penuh dengan keterbatasan, namun tak berarti daya juang Risa padam begitu saja dalam diri gadis itu. disamping itu, Risa hanya memperpanjang harap jika dia diberikan kebahagiaan walau hanya sementara waktu—atau dalam rentang waktu yang panjang.
Halaman dan halaman ia buka, dan dalam susunan kata dan angka ia pelajari dengan bersungguh-sungguh. Keheningan menemani Risa yang turut berkonsentrasi mempelajari lebih dalam mengenai hukum akuntansi dipelajarinya, sejauh mata memandang, Hadi yang tepat jauh disana hanya bisa memandangi gadis itu yang tengah belajar dengan tekun.
Pria itu tersenyum dan bangkit dari rasa malasnya, ia pun membuka buku untuk pelajaran yang ia rasa kurang ahli untuk diikuti—seperti sejarah. Hadi membacanya dengan perlahan, lembar demi lembar Hadi tuntaskan.
Walau pikirnya selalu dipenuhi dengan sosok Risa yang tersenyum, Risa yang menari-nari di benak Hadi, kesana-kemari bahkan selalu dipenuhi dengan sosok gadis itu selalu menghinggap dalam otaknya yang seharusnya bekerja untuk memproses informasi dengan apa Hadi baca.
Perjuangan kemerdekaan, zaman Soekarno dan Hatta berjaya, zaman orde baru ataupun apa yang tertulis di buku sejarah yang ia genggam pun gagal untuk memasuki pikiran Hadi yang telah terdistorsi dengan sosok Risa yang menghinggap dalam hatinya yang telah luluh dari luka yang ia alami pasca ia patah hati dengan beberapa mantan yang Hadi pernah kencani.
Akan tetapi, Risa sangat berbeda—tulus, perhatian, dan mampu membuat dirinya nyaman. Hadi meyakini, langkah yang ditempuh itu sangat tepat. Untuk meraih cinta yang tulus harus melakukan sebuah usaha dan dorongan untuk mengetahui lebih dalam mengenai sisinya yang lain, bukan?
Itulah yang diajarkan oleh Risa, sang gadis yang tak bisa berbicara itu mampu mengajarinya untuk tak terlalu cepat untuk mencintai—alih-alih seperti itu, justru gadis itu mendorong agar memperhatikan nilai-nilai sekolahnya, Risa seperti bagai cenayang—bisa menebak dirinya pun juga mendapatkan nilai merah di rapor nya. Maka ia harus ekstra belajar untuk mendapatkan nilai terbaik dengan usaha meninggikan nilai hingga menyentuhkan peringkat tertinggi di kelas.
Sungguh bijak jika Risa menggantungkan jawaban perihal perasaan dan mengubahnya untuk memperhatikan yang lain, Hadi yang awalnya ingin menyerah saja tetapi dia masih bisa tersenyum bahwa pria itu seperti tidak digantung, karena Risa ingin mengajarkan tentang sisi lain dari hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT TERBUKA DARI YANG TERBUNGKAM [✅]
De TodoKepada Yth: Siapa pun membaca surat ini. Ia tak bersuara bukan berarti bisa kau semena-menakan, Ia tak mendengar bukan berarti dengan mudahnya kau hina. Ia terdiam bisa jadi mengingat semua perbuatan kejimu, Dan membalas semua perbuatanmu dalam d...