Yang melahirkan peradaban tak pantas dilecehkan, dan jika itu adalah salah satu cara untuk membungkam yang korbannya adalah orang yang kau cintai, apa yang harus kau lakukan? Apakah engkau akan menyelamatkannya atau membiarkan orang itu terjebak dalam pusara kesengsaraan selama-lamanya?
***
Badan gadis itu meronta kesakitan dan tangannya terbelenggu, sebujur badannya kini terasa seperti dibabak belurkan oleh sekawan kelompok yang jahat. Sudah beberapa kali tulang rusuknya diinjak hingga kulit Risa tak lagi mulus.
Risa meronta-ronta dan memaksa dirinya untuk mencoba melarikan diri, namun nahasnya Risa yang tak bisa melihat apa-apa hanya bisa berharap bantuan dari luar—entah siapa pun yang bisa menolong dirinya dari siksaan yang menimpa dirinya.
"Lo enggak bisa kabur, Ris! Jangan sok pahlawan jadi cewek!" seseorang menendang perut Risa dengan kencang, tak hanya sekali, namun kedua, ketiga, bahkan beberapa kali dengan tendangan itu dilayangkan oleh kaki yang cukup keras menyepak dirinya.
Risa merintih kesakitan dan mengaduh sekuat mungkin dan berharap ia akan dibantu oleh siapa pun yang di dengarnya. Dan sosok gerombolan siswa itu melepaskan karung yang membalut kepala Risa dengan kasar, lalu sosok pria itu tersenyum puas melihat Risa yang telah lebam.
Sosok murid perempuan itu menginjak kaki Risa dengan kencang dan meludahi gadis itu yang meronta-ronta, kepala Risa kini dijambak dengan kuat hingga ia kesakitan dengan teramat sakit.
"Apa? Lo mau minta tolong? Eh maaf, gue enggak bisa denger apa kata lo!" sosok gadis yang memperlakukan dirinya dengan kasar itu menampar wajah dengan kasar, dan Risa tersungkur di atas lantai gedung aula yang dingin.
Dari pandang Risa, ada sosok gadis yang misterius itu menertawai dirinya dari kejauhan. Dengan rerintihan yang ia lontarkan, semua orang yang berdiri itu menonton kesakitan dan penderitaan yang ia rasakan. Akan tetapi mereka sungguh tak normal, ia bukan memberikan pertolongan atau memberi rasa simpatik, melainkan mereka tertawa dan merasa terhibur, seperti mereka menonton pertunjukkan sirkus di hadapannya.
Ia melihat pria itu memberikan isyarat untuk memberhentikan tamparan yang diperbuat oleh murid perempuan yang berambut kecoklatan itu. pria itu mendekati Risa dan ia duduk berjongkok di hadapan Risa.
"Udah, sekarang giliran gue. Siapin kamera, biar dia viral!" perintah salah satu anggota pria yang sudah terduga itu adalah seseorang yang mendominasi di antara para rombongan penjahat yang masih menggunakan seragam sekolah SMA Angkasa.
Sungguh miris, di balik kemegahan dan ketenaran murid-murid SMA Angkasa yang tak lepas dari stigma "Borjuis". Ternyata sangat busuk, bahkan lebih busuk dari bangkai tikus yang terlindas di jalanan.
Seluruh gawai yang menerangi wajah Risa dengan cahaya senter yang membutakan netra Risa, gadis itu tampak kesilauan namun wajahnya terpaksa dihadapkan ke sosok pria yang tampak familier.
Rakha? Mengapa pria itu disini? Risa membelalakan matanya dan ia sangat ketakutan saat ini. dia pun menyorotkan kamera tepat di depan wajah Risa.
"Ha ha ha ha! Lihat guys, ini cewek yang ngerusak image sekolah kita! dihujat dulu yuk!" semua tertawa dan melemparkan hinaan kepada gadis yang malang. Risa mengerti dengan gerakan bibir yang ditampakkan oleh mereka.
Mati.
Dia pantas mati.
Gadis itu merusak.
Dia berani menghancurkan kekuasan.
Dia pantas dihilangkan dari sekolah.
Risa harus mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT TERBUKA DARI YANG TERBUNGKAM [✅]
RandomKepada Yth: Siapa pun membaca surat ini. Ia tak bersuara bukan berarti bisa kau semena-menakan, Ia tak mendengar bukan berarti dengan mudahnya kau hina. Ia terdiam bisa jadi mengingat semua perbuatan kejimu, Dan membalas semua perbuatanmu dalam d...