REKAMAN 28: BABAK TERAKHIR NANDA

4 4 0
                                    


Beberapa hari kemudian, Risa sudah bisa bangkit sadar dan melakukan rawat jalan hingga sekarang melakukan terapi. Ia pun memaksakan diri untuk memasuki sekolah demi mengejar pelajaran yang tertinggal, Astrid pun berusaha untuk meyakinkan Risa untuk tidak masuk sekolah, agar ia tak terkena masalah. Namun Risa melawan kekhawatiran Astrid, ia pun berkata kepada Astrid.

Selagi aku masih hidup, aku akan baik-baik saja, Astrid. Isyaratnya, namun Astrid hanya bisa memasrahkan diri dan tak mempercayai bahwa anaknya sangat teguh hingga seolah-olah ia tak takut dengan kematian, selagi ia menegakkan keadilan dan hak-hak atas dirinya bisa mendapatkan keadilan yang layak di SMA Angkasa.

Apa kamu yakin? Tanya Astrid yang masih tak percaya dengan keputusan yang dimiliki Risa. Gadis itu mengangguk, meski ia memakai papahan kayu untuk berjalan, dan kepalanya masih memakai perban, Risa hanya tersenyum. Entah nyawa Risa ada berapa yang dimilikinya, tapi semangat juang takkan pernah padam demi memenuhkan hak dalam hidupnya.

***

Di saat yang bersamaan, sebelum ufuk fajar telah tiba, banyak siswa yang masuk ke sekolah dan menempelkan beberapa surat yang termuat surat terbuka seperti ini:

SURAT TERBUKA UNTUK PARA PEMANGKU KUASA

DI YAYASAN SMA ANGKASA.

KAMI SELAKU SALAH SATU DARI MURID TURUT BERDUKA ATAS BOBROKNYA MORAL BAPAK/ASTRID YANG TERHORMAT!

TERLEBIH KHUSUS KEPADA PAK GUNAWAN YANG TELAH MELAKUKAN PENYUAPAN KEPADA BEBERAPA OKNUM, BERSERAH DIRI SAJA DENGAN PARA PENEGAK HUKUM SEBELUM ANDA DITANGKAP OLEH POLISI!

YANG KAMI INGINKAN ADALAH KAMI INGIN BELAJAR DENGAN LAYAK, DAN DIBERIKAN FASILITAS PENUNJANG BAGI YANG TAK MAMPU DAN JUGA FASILITAS UNTUK TEMAN KAMI YANG DISABILITAS.

KAMI MURID BUKAN UNTUK DIJADIKAN BAHAN PELAMPIASAN BAPAK DAN ASTRID UNTUK DISEMENA-MENAKAN!

MESKI KAMI MUDA, KAMI MELEK HUKUM, PAK!

SEKIAN,

DARI KAMI YANG MENGGUGAT.

Surat-surat itu ditempatkan diseluruh majalah dinding SMA Angkasa, lalu setelah mereka menempelkan banyak surat yang tertempel di mading, lalu mereka pun pergi dengan tidak meninggalkan jejak sedikit pun, baik pakaian yang mereka samarkan, CCTV yang direkayasa agar tidak terlihat, hingga mereka menggunakan sarung tangan karet untuk tidak meninggalkan finger print agar terlihat tak bisa dilacak oleh siapa pun.

Mereka pun pergi begitu saja dan segera untuk bersiap-siap untuk kembali ke rumahnya masing-masing.

***

Beberapa jam kemudian, para siswa yang telah tiba mengerubungi dan menyebar luaskan foto yang membuat geger para murid dan juga guru yang datang ke sekolah SMA Angkasa pada pagi itu, dan ketika Nanda melihat pengumuman tersebut, ia merasa sangat teramat ketakutan yang menjadi-jadi tak hanya ancaman kepadanya beberapa waktu lalu, ayahnya pun juga diancam oleh segelintir orang yang menulis surat ancaman yang berkedok "surat terbuka".

Sepanjang ia berjalan, ia selalu ditertawakan kepada para murid yang berjalan di depannya.

"Aku enggak bersalah, aku enggak bersalah, aku enggak bersalah!" rapal Nanda yang meyakinkan dirinya itu tidak bersalah dengan apa yang ia lakukan selama ini. Di gerbang sekolah, seluruh murid tampak senang Risa sudah kembali sadar dan bisa beraktivitas lagi, akan tetapi sebuah pergerakkan yang ia tak sadari Nanda berlari ke arahnya dan ingin menerjang bebas ke arah Risa.

Nanda yang seakan-akan sudah tak waras itu menubrukkan badannya hingga Risa tersungkur di atas tanah yang penuh bebatuan. Nanda pun memukul wajah Risa dengan tas yang ia pegang, memukul ke segala arah.

SURAT TERBUKA DARI YANG TERBUNGKAM [✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang