Hari-hari libur sudah berlalu, Risa tak mempedulikan semua mata tertuju padanya. Ia sadar semua mata tertuju padanya. Penampilan Risa sudah sangat berubah, ia tak feminim seperti biasanya. Ia telah membuang beberapa helai rambut dan memotongnya hingga pendek.
Senyumnya juga kini telah pudar—teringat apa kata kedua orang tuanya, bahwa ia harus bekerja keras untuk mempertahankan hak kesetaraan disabilitas di sekolah SMA Angkasa. Risa sudah terlalu muak dipermainkan oleh para orang yang sok berkuasa di sekolah SMA Angkasa yang ia tapaki.
Tentu Risa kini hanya bisa terdiam seribu bahasa sambil mengingat tujuan ia kemari. Ayu, Dewi, dan Sansan ingin bersapa dengan Risa, namun mereka semua terdiam—merasakan aura Risa yang kini sangat dingin dan tak bersahabat.
Risa pun masih tetap berjalan menuju kelas dan memilih bangku mana pun yang kosong untuk disinggahi, dia pun memutuskan bangku lama yang ia singgahi. Tepat di depan meja guru untuk lebih fokus belajar dan menebuskan semua kelalaian yang ia peroleh.
Risa yang berubah itu langsung duduk di bangku itu dan membuka buku paket lalu mempelajarinya dengan tekun—melanjutkan pelajaran yang ia pelajari pada hari minggu kemarin di rumah.
Ayu dan Dewi merasakan hal yang sangat tak biasa sejak Risa patah hati, namun di luar dari dugaan mereka. Risa telah berubah dari citra dirinya yang mereka ingat—gadis yang cantik nan supel, dan sangat ramah itu telah berubah.
Sejak mereka bertatap muka pada Risa, keadaan nya sangat aneh. Tak biasanya Risa berwajah dingin, tatapannya seakan-akan menyimpan bara api amarah yang bergejolak dalam netranya, bahkan langkah kaki nya membuat desiran bulu kuduk kedua perempuan itu merinding seketika.
Ayu pun mendekati Risa dengan penuh keberanian, dan menepuk bahu Risa yang tengah fokus belajar matematika.
Ayu terkejut melihat sekelibat catatan pelajaran Risa yang begitu rapi, bahkan pelajaran itu belum dibahas oleh Bu Nani—selaku guru matematika yang akan mengajarinya hari ini. Risa pun menutup catatan itu dan menoleh ke Ayu dengan tersenyum tipis.
Ada apa? Tanya Risa dengan membalikkan badan, Ayu yang tersenyum canggung pun memberikan sapa kepada Risa.
Anu... Ris, maaf tadi aku sama Dewi nyapa kamu, kamu tadi keliatan emosi begitu, ada apa? Kamu enggak apa-apa kan? Balas Ayu dengan penuh kehati-hatian akan menyinggung perasaan Risa. Risa pun menghela napas dan menggelengkan kepala.
Aku tak apa-apa, aku hanya ingin sendiri beberapa saat ini. Tutur Risa dengan tak langsung, Ayu tak yakin bahwa Risa akan baik-baik saja, namun ia tak ingin mengganggu Risa untuk saat ini. Dengan berat hati, Ayu meninggalkan pesan bahwa kalau dia membutuhkan teman, Ayu dan beserta kawan-kawannya selalu ada untuknya. Risa pun mengangguk mengerti apa yang dituturkan oleh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT TERBUKA DARI YANG TERBUNGKAM [✅]
RandomKepada Yth: Siapa pun membaca surat ini. Ia tak bersuara bukan berarti bisa kau semena-menakan, Ia tak mendengar bukan berarti dengan mudahnya kau hina. Ia terdiam bisa jadi mengingat semua perbuatan kejimu, Dan membalas semua perbuatanmu dalam d...