Chapter 2

104K 3.6K 61
                                    

Subhanallah. Dia sangat tampan. Jantungku seketika berdegup kencang. Matanya Coklat terang, rambutnya coklat. Badan nya tinggi dan berisi. Bibirnya sangat mempesona. membuat ku menghayal kemana mana. Ingin ku taruh bibirku di atas bibirnya.

"Hello? Are you okay?" Tanya nya. "Kamu baik-baik saja kan?" Tanya nya.

Aku berdiri sambil terdiam menatap nya terpesona. Tapi tidak akan ku biarkan dia melihat wajahku memerah. Jadi lebih baik aku langsung pergi. "Iya. Makanya lihat lihat dong kalau jalan. Punya mata kan?" Tanyaku kasar.

Dia menatapku kosong tapi sangat mengintimidasi. Ya Allah, Dia sangat tampan.

"Ih Teh Karin jangan jahat jahat sama sepupu aku. dia teh baru dateng dari Amrik tau gak? anaknya Ayu." Ujar hanif kepadaku. Oh, dia dari amrik.

Aku membersihkan baju ku dan bergegas pergi, tapi dia menahan tangan ku. "Karin." Ujarnya sambil menatap ku dengan tatapan yang sama dengan suara yang sangat lembut dan sensual. Aku melepaskan genggaman nya dan lari menuju rumahku.

Astagfirullah, tadi aku sangat tidak sopan ya. Aku tadi tidak tahu harus bagaimana karena kaki ku sangat lah lemas saat dia menatapku seperti itu. Aku bergegas masuk ke kamar ku dan tidak meperdulikan orang orang yang berbicara kepadaku. Aku membanting tubuh ke atas kasurku. Aku menatap ke langit langit kamar yang seakan akan menyakan mengapa aku tergesa gesa. Langit langit, Itu karena dia. Dia si orang asing tampan itu. Sepupu Hanif. Keponakan Kepala Desa. Dia. Si mata coklat tajam itu.

---------------------

Aku sampai ke rumah aunty ku dan langsung bergesa gesa ke kamar.

"Ryan, Ada apa?" tanya aunty tapi aku tidak menghiraukan nya. aku berlari kecil ke kamar ku dan membanting pintu. Terdengar suara Hanif yang menjelaskan kejadian tadi ke seluruh keluarganya.

Aku bisa merasakan Ereksi yang sangat kuat di dalam celanaku dan aku tidak tahu mengapa aku merasakan nya. Aku terdiam duduk di pinggir kasur ku, merenung. How to get that girl? Karin. Karin. That's her name.What a sexy name.I have to get her. I want to fuck her so hard until she forgets what her name is. aku berbicara dengan diriku sendiri. Aku sangat terangsang karena gadis itu. Dan aku tidak bisa melakukan apa apa. Jadi, saat ini, tangan ku lah yang akan menjadi partner sex ku. Yup, aku masturbasi hanya dengan menghayal tentang dirinya. Dia... Dia sangat cantik. Rambut hitam nya, Kulit kuning nya, bibir merah muda nya, Lehernya yang sangat sexy. Ah! Aku sangat ingin memiliki dirinya seutuhnya.

.......

"Aa Ryan! bangun ayo shalat shubuh jamaah di masjid. nanti telat." Ujar hanif, mengejutkan ku karena ia menggoyang goyang kan kakiku.

"what?" Kataku malas.

"Shalat shubuh. Ayo. Aa teh muslim kan?" Tanya nya. Aku mengangguk. "Bisa shalat kan?" Tanya nya lagi.

Aku duduk dan diam. "Aku sudah agak lupa." Jawabku.

"Astagfirullah Aa. Di amrik gak pernah shalat nya?" Tanya nya, Aku menunduk dan menggeleng kan kepala. Andai saja dia tau betapa bejatnya aku di USA. Melakukan sex bebas setiap malam. Alkohol adalah sahabat ku. "No problem lah Aa. Nanti Hanif bantu." Ujarnya. aku terseyum dan mengangguk. Lalu ia memberikan sebuah sarung, peci, dan sajadah. Ya aku ingat semua itu. Aku memakai baju kokoh lalu memakai peci dan sarungnya.

Aku, Hanif, dan Gilang berjalan. Sepanjang jalan, Gilang, dan Hanif berbincang bincang sambil tertawa. Aku hanya mendengarkan dan ikut tertawa.

"Aihh!! Kasep! Akang Kasep!" Teriak suara seorang gadis familiar, aku menoleh dan melihat nengsih memakai mukena sambil lari mendekati ku dan seorang teman nya mengikutinya dengan pelan pelan. "Akang, ingat aku kan?"

A pray of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang