Chapter 30

38.3K 1.3K 17
                                    


Dulu cinta hanyalah sebuah kata busuk bagiku, namun ia membuat cinta memiliki arti yang paling indah yang tak bisa di ungkapkan dengan kata kata. Aku sekarang akan menulis di lembaran baru, dengan nama Karin di setiap paragraf nya.

Cintaku tidak usah diragukan lagi. Cintaku padanya sudah sangat kuat. Dan tidak akan pernah hancur.

"Are you ready?" tanya Sam dali balik cermin.

"Sebentar lagi." jawabku sambil membenarkan baju kokoh ku. Lalu aku memasang peciku.

"Ayolah, Ryan." ucap Skate. "Jangan menjadi si pecundang penghisap penis."

"Aku gugup bodoh." ucapku pada mereka.

Mereka pun tertawa. Mereka menghampiriku. "Come here." ucap Skate.

"Group hug." ucap sam dan mereka memelukku.

Aku tersenyum. "This is why you guys are my bestfriend."

"I know. Sekarang kita keluar okay?" tanya Sam.

Aku mengangguk. Mereka berjalan di depan ku. Kita berada di sebuah aula yang telah ku sewa. Masih di Bali. Aku berjalan perlahan lahan keluar dari ruang ganti baju dan semua orang sudah menanti ku.

"Ryan Blake." ucap si pembawa acara.

Ada panggung pendek yang kecil di tengah tengah kerumunan. Di situ telah duduk ayah Karin dan seorang penghulu. LAlu di samping kanan dan kiri ada dua orang saksi. Aku mencoba untuk mengalihkan pandangan. Orang orang menatapku tersenyum. Aku membuka sepatu ku dan duduk di hadapan mereka. kita dibatasi oleh sebuah meja kayu.

Keringat ku sudah mengucur, namun tak tahu kenapa aku tidak punya keberanian sama sekali untuk mengusapnya jadi aku hanya membiarkan nya berjatuhan.

"Karin Mulyadi." ucap pembawa acara itu.

Aku menoleh ke belakang dan melihat Karin yang berjalan menujuku. Aku kembali duduk semula. Lalu Karin duduk tepat di sampingku. Aku menoleh kepada Karin dan tersenyum padanya. "I love you." bisikku.

Karin tersenyum dan menunduk malu. Aku tersenyum dan menoleh pada penghulu.

"Ijab Qobul akan dimulai." ucap si pembawa acara itu. Serentak semua orang bangun dan berlutut untuk melihat apa yang terjadi. Sinar kamera menyerang aku dan Karin.

"Bismillahirrahmanirrahim." ucap ayah Karin. Kita semua pun mengangkat tangan untuk berdoa. "Astagfirullahaladzim, Astagfirullahaladzim, Astagfirullahaladzim." ucapnya. Aku menarik napas. "Saudara Ryan Blake." ucap nya. Karin menunduk, aku rasa ia menangis. Penghulu itu menarik napas. "Bismillahirrahmanirrahim." ucapnya lalu ia menjabat tanganku. "Saudara Ryan Blake Bin Frederick Blake. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Karin Mulyadi binti Galih Mulyadi dengan mahr mas kawin 12 karat, tunai." ucapnya. "Ucapkan dalam satu napas."

Aku terdiam sejenak. "Saya terima nikah dan kawinnya Karin Mulyadi binti Galih Mulyadi dengan mahr yang tersebut di bayar tunai." ucapku. Okay, ini gampang.

Penghulu itu memandang ku dan menoleh kepada dua saksi itu. "Sah?" tanyanya.

"Sah. Sah." ucap dua saksi itu.

"Alhamdulillahirabbil 'alamiin." ucap ayah Karin. lalu ia membacakan doa.

Aku memandang Karin yang tersenyum bahagia. Ia menangis, dan itu air mata bahagia. Aku tersenyum memandangnya. Dia. Iya, Dia. Dia adalah milikku. Milikku. Seutuhnya. Selamanya.

Karin mencium tanganku lalu aku mencium keningnya. Kita bertatapan penuh cinta. "Kamu milikku, Karin." ucapku. Ia pun tersenyum malu.

----

A pray of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang