Chapter 22

36K 1.3K 10
                                    

"Aku suka pelukanmu yang hangat." Ucapku sambil memeluknya.

Sekarang kira kira sudah jam 1 pagi. Tapi kita belum juga tidur. Kita sedang menatap keluar jendela, menikmati rintik hujan yang jatuh begitu mesra nya. Aku duduk di sofa dekat jendela kamarku. dan dia membaringkan tubuhnya tepat diatasku. Aku menikmati hangatnya tubuh mungil Karin.

Aku menatap matanya yang mulai pudar. "Kamu ngantuk, Sayang?" Dia menatapku dengan mata yang sayu dan mengangguk. "Ayo kita tidur." Aku menuntun nya ke kasur.

Dia melepaskan geggaman ku dan mencium keningku. Lalu dia meraba raba sesuatu di bawah selimutku. Aku memperhatikan gerakan nya yang membuatku bingung. Ternyata dia mencari kunci kamar ku. Lalu dia menuju pintu kamarku dan membukanya lalu pergi dari penglihatanku.

Aku langsung berlari mengejar nya. "Kamu mau kemana?"

"Ke kamar ku lah." Ucapnya ketus.

Aku membalikkan badan nya agar menghadap padaku. "Kamu bercanda? Aku sudah memaafkan mu dan sekarang kamu malah membuatku marah lagi."

Dia tersenyum. "Selamat malam." lalu berjalan meninggalkan ku.

Sebelum dia memasuki kamar nya aku langsung menggendong nya. Dia pun teriak terkejut. Aku menggendong nya ke kamar ku. Dia tertawa. Mungkin dia sedang bermimpi. Aku menatapnya. Aku mengganti pakaian tidurku dengan kemeja berwarna hijau muda dan celana hitam. Karin memakai baju bagus jadi sepertinya dia tidak perlu mengganti baju.

Karin menatapku dengan tatapan yang sudah mulai normal. "Kita mau kemana?"

Aku menatapnya. "Aku lapar."

Kita langsung menuju lantai bawah. Kali ini aku mau merasakan kemesraan bersama Karin, jadi aku tidak menggunakan mobil, kita akan berjalan kaki. Okay, sebenar nya aku tadi ingin membuat Romantic Scene with Karin. Tapi mengingat tadi saja aku menggigil. Jadi aku membatalkan ide ku itu.

Sebelum aku keluar, aku mengambil jaketku yang berwarna hitam untuk ku pakai dan jaket hailey yang berwarna biru tosca yang mungkin tertinggal di rumahku. Lalu aku menghampiri Karin dan memakai kan jaket itu kepadanya. Dan aku mengambul payung berwarna putih polos dengan gagang berwarna hitam.

"Are you ready?" tanyaku. Dia tersenyum dan mengangguk.

Jarak dari mansion ku ke gerbang tidak sejauh seperti di new york. Jadi mudah untuk keluar. Saat kita berjalan ada tiga anjing menghampiri kita. Tentu saja itu anjing penjaga rumahku. Karin memeluk tangan ku lebih erat. Dan aku tertawa melihat reaksi nya. Semua security yang menjaga gerbang menyapa ku dan aku menyapa mereka.

Sesampainya di jalan raya Miami, tentu saja Miami belum tidur. Beribu ribuClub masih dipenuhi banyak orang. Karin menggenggam tangan ku.

"Kemarin kamu ke club mana?" tanyaku.

Karin menyubitku. "Jangan di bicarakan lagi, nanti kamu pasti marah."

Aku tertawa mendengar perkataan nya yang sejujurnya fakta.

Aku memilih McDonald's karena restaurant lain sudah tutup, hanya jika kamu mau makan di sekelilingi orang orang mabuk di lounge. Aku tidak apa apa dengan itu, tapi aku tau laki laki bajingan di sana pasti akau menggoda gadisku.

Seiring berjalan dengan Karin aku memegang pinggang nya agar laki laki yang lewat itu tau bahwa dia milikku. Because Everybody wants to steal my girl. haha.

Sesampainya di McDonald's, Aku langsung menaruh payungku diluar restoran. Di dalam nya, Banyak keluarga yang sedang makan disana. Mereka menatapku saat aku masuk dan membisik bisikkan kata kata. Mungkin karena mereka menyadari bahwa aku adalah Ryan Blake. Fuck, I hate being famous.

Aku menuju ke kasir untuk memesan makanan. Aku masih menaruh tangan ku di pinggang Karin. Karin menempelkan tubuhnya ke aku. Aku mengecup bibir Karin saat dia sedang berpikir tentang apa yang akan dia pesan. Aku yakin semua orang bisa mengambil kesimpulan sendiri.

Setelah makanan selesai, Aku membawa makanan dan Karin menentukan dimana kita harus duduk. Dan dia memilih meja untuk berdua yang berada tepat di dekat jendela. Dia duduk di seberangku. Dia menyantap makanan nya dengan sangat lahap. Aku tau dia sangat lapar. Aku fokus memandang nya yang sedang menyantap makanan sambil menceritakan tentang ibu nya jika sedang marah.

"Bagaimana dengan ibumu?" tanya nya tiba tiba.

Aku menunduk terdiam dan sepertinya dia menyadari bahwa pertanyaan itu membuatku sedih. "Aku tidak ingat banyak tentang ibuku.Saat dia masih hidup, dia sibuk dengan daddy." Ucapku.

Dia menatapku dengan simpati lalu dia menggeserkan kursi nya dan duduk di samping ku. Dia menciumi lengan ku. Tiba tiba seribu kilat kamera menyerbu kita dari luar Restoran.

Karin terkejut. "Astaga apa yang mereka lakukan disini?"

Aku tertawa. "Ini lah hidupku. tidak apa apa, biasa saja. bermesraan lah dengan ku. Karena aku juga ingin memberi tahu orang orang bahwa aku sudah memiliki pasangan hidup."

Karin tersenyum dan meneruskan makanan nya. "Aku mulai merasa tidak nyaman." Ucap karin dan aku mengangguk setuju dengan nya.

Sebelum kita keluar ada seorang gadis perempuan yang histeris menghampiri aku dan Karin. Ternyata dia minta foto bersama ku dan Karin. Aku harus memaksa Karin agar dia mau berfoto dengan gadis itu.

Setelah aku keluar dari restoran seluruh wartawan menyerbu ku dan karin dengan seribu flash camera dan pertanyaan yang tidak enak di dengar.

"Ryan, Come on, Take a pose."

"Who is she? Your sex slave?"

"God dammit, she is so hot i can fuck her."

Aku tau mereka menanyakan semua itu agar aku marah. namun aku sudah kebal dengan mereka. aku dan Karin mulai merasa tidak nyaman.

Tiba tiba ada mobil BMW putih bersinggah ke pinggir jalan. lalu kaca nya terbuka.

"Need a ride?" Ucap skate dari dalam mobil dan aku pun tertawa.

Aku langsung membuka pintu belakang mobil itu dan menyuruh Karin masuk dan aku mengikutinya. Skate langsung menginjak gas dengan kencang sehingga paparazzi itu tidak bisa mengejar kita.

"Jadi, posisi seks apa yang kamu gunakan untuk meluluhkan Ryan, Karin?" Tanya skate.

Aku tertawa dan menoleh ke Karin. Ternyata karin sudah mendengkur lembut dan aku tahu dia sudah tertidur lelap. "Oral." jawabku.

Skate dan sammy pun tertawa. "I bet it felt so fucking good." ucap Skate.

Aku menatap wajah Karin yang tertidur pulas di pelukan ku. "Dia tertidur."

Sam menoleh ke kursi belakang untuk melihat Karin yang sedang tidur dan dia tertawa kecil. "So? Ryan, kapan kamu akan melamarnya?" tanya sam.

Aku tersenyum dan mencium kening nya. "Soon, bro. Bantu aku mempersiapkan nya. Aku berniat untuk melamar nya secepatnya. Karena aku sudah tidak sabar."

Skate tertawa. "Tidak sabar untuk apa?"

"Oral sex setiap malam." ucapku dan kita bertiga tertawa.

Hujan pun semakin deras.

****

VOTE DUND

A pray of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang